WHO YOU? #2

Gambar

 

Title/Judul                      : Who You ?

Rating                             : 16 ?

Genre                              : Romance

Author                             : oxadimoga

Cast/Pemain                  : Choi Minho, Bae Suzy

 

Happy Reading !!! 😀

___________________________________________________________________________

Suzy POV

Angin berhembus menerpa, menyingkap sedikit rambut-rambut halus yang menutupii wajahku. Mataku perlahan terpejam, ku hirup dalam, udara pagi penyambut terbitnya matahari. Kubuka mataku kembali, menikmati pemandangan indah Seoul daratap rumah sakit. Mengingatnya memunculkan senyum tipis di bibirku, terasa sakit dan sedikit rindu di hatiku.

Enam tahun yang lalu adalah awal pertemuan kami. Awal kami merangkai kenangan indah bersama. Setelah hari itu kami memustuskan bertemu kembali untuk yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Hubungan kami berkembang pesat. Semuanya indah, kami sampai pada tahap mengenal sepenuhnya keluarga satu sama lain.

 

Flashback

Tiga tahun lalu, di suatu siang, saat aku datang ke apartemen Minho seperti biasa untuk mengisi kulkasnya. Aku menemukan sepasang sepatu laki-laki yang bisa kupastikan itu adalah milik Minho. Terletak sejajar dengan sepatu minho, sebuah stiletto merah menyala, aku mengernyitkan dahi, hemm… mungkin milik Minna Eonnie, kakak Minho. Tapi tidak bisanya di hari kerja dan jam seperti waktu ini Minho tidak di rumah sakit, terlebih lagi Minna Eonnie datang ke apartemen Minho. Tidak ada suara apapun yang terdengar, sunyi, senyap. Aku memasukkan buah, sayur, minuman, dan makanan kaleng ke dalam kulkas. Tidak kunjung terdengar suara apapun. Aku memutuskan untuk melihat kamar Minho, mungkin ia masih tidur, atau mungkin sakit.

Mungkin ini yang orang sering katakan bagai tersambar petir di siang bolong. Minho memang sedang tidur dengan nyenyak, sangat nyenyak, dengan seorang wanita yang sedang bersandar di dadanya yang tidak tertutup apapun. SH*T!!!! GILA! INI GILA!

MENGAPA IA BISA MELAKUKAN INI SEMUA?

Aku mematung beberapa detik di ambang pintu. Tidak ada kata-kata apapun yang keluar dari mulutku, bibirku terkatup rapat. Pandanganku mulai kabur tertutupi cairan yang makin membanyak dalam mataku. Samar terlihat seseorang bergerak bagun di depanku.

“Suzy-ah…!!!” suara rendah laki-laki yang serak terdengar. Satu detik kemudian aku membanting pintu dan berlari keluar apartemen.

Aku memutuskan hubungan dengannya sejak saat itu. Aku tidak perlu penjelasannya. Wanita itu, aku akhirnya tahu siapa dia dari teman-temanku. Minho memang ternyata sedang dekat dengannya. Tapi aku tidak pernah bisa berpikir mengapa ia tega menghianatiku. Cihh… memang semua pria sama saja. Awalnya mungkin berbeda, namun lama kelamaan makin terlihat yang sebenarnya.

Tidak sebentar waktu yang kubutuhkan untuk melupakannya. Hari-hari tanpanya adalah hari yang paling menyedihkan dalam hidupku. Tentu saja! Aku, orang yang sulit jatuh cinta, akhirnya jatuh cinta kepada seorang pria yang ku kira berbeda, terbaik, dan sempurna, ternyata tidak jauh beda dengan pria-pria lainnya. sulit untukku menerima kenyataan ini.

Flashback end

 

Aku menyimpulkan senyum. Kenangan… ya… semua itu tinggalah sebuah kenangan. Mungkin bisa dikatakan sebagai kenangan manis, sekaligus pahit.

Tiga tahun sudah ia benar-benar menghilang dari hidupku, kabar terakhir yang kudengar ia pergi ke Amerika. Satu kali pun aku tidak pernah bertemu dengannya. Paling aku hanya bertemu dengan ibunya beberapa kali dan kakak perempuannya. Itupun tidak di sengaja. Aku menyesali itu. Mungkin karena kekecewaannya yang begitu besar padaku sehingga ia benar-benar tidak ingin bertemu denganku. Saat aku memintanya untuk menyudahi hubungan ini, tidak begitu saja ia memutuskannya. Ia masih berusaha untuk mempertahankan hubungan ini.

Aku menghela napas panjang. Terasa sedikit perih dihatiku. Terbesit sebuah rasa yang abstrak yang tidak ku tahu apa namanya. Setelah apa yang telah Hatiku tetap memihak padanya, memilihnya, dan miliknya.

Kulirik jam di tangan kiriku, satu jam sudah aku di sini dengan pikiran yang melayang entah ke mana hanya karna enam tahun lalu di tanggal ini aku dan Minho bertemu pertama kalinya.

“Ya! Janganlah sering melamun,” suara namja sedikit mengagetkanku.

Aku memutar tubuhku menghadap sumber suara dan memberikan senyum kecilku, “ Aniyaa… Aku tidak melamun.”

“Sudahlah! Jangan berbohong! Aku sudah memanggil lima kali, bahkan kau tidak menyadarinya sedikitpun,” serangnya.

Whats wrong?” tanyanya menatap lurus mataku.

Aku hanya menggeleng. Ia mengacak pelan rambutku. Sung Joon, seorang dokter ahli bedah rumah sakit ini, telah berada di sisiku beberapa bulan belakangan ini. Apakah kau berpikir bahwa aku adalah seseorang pembual atau labil? Aku bersamanya hanya memenuhi keinginan eomma. Eomma kenal baik dengan eomma Sung Joon. Aku tahu tujuan eomma adalah menjodohkanku dengannya, namun ia tidak pernah mengatakannya. Mungkin ia juga takut apa yang terjadi padaku sebelum ini terulang lagi. Kepergian Minho membuat hidupku terombang ambing. Aku juga sudah pernah mengatakan kepadanya bahwa aku belum siap untuk berhubungan lagi dengan seorang namja. Bisa dibilang aku terpaksa berkenalan dengan Sung Joon untuk mengurangi kekhawatiran eomma. Satu lagi, dengan adanya dia di sisiku belakangan ini, bukan berarti aku telah menyukainya dan sekarang ia adalah kekasihku, aku hanya berniat mulai mencoba untuk membuka lagi hatiku. Tidak mungkin selamanya aku seperti ini.

“Pulanglah! Kau pasti lelah setelah jaga malam mengantikan Jiyoung!” tangannya menyentuh pundakku. Jiyoung adalah sahabatku, ia penanggung jawab bagian emergency. Aku menggantikannya sementara karena ia sendiri sedang sakit, ia terjatuh di tangga darurat saat akan menolong seorang pasien.

Aku hanya mengangguk, “Kau baru datang?”

Ia hanya mengangguk juga. “Kau sudah sarapan?” tanyaku.

“Belum.” Jawabnya singkat.

“Mau aku temani?” tanyaku menawarkan diri.

“Tidak usah. Kau pulang saja. Aku sudah janji sarapan dengan Professor Kim sambil membicarakan masalah pasien,” jawabnya dengan jelas.

“Baiklah, aku pulang saja,” ujarku disambut anggukan dan senyuman darinya.

Aku berjalan beberapa langkah berniat meninggalkan roof top yang kini sudah mulai panas tersorot matahari. Tidak ada langkah kaki yang mengikutiku.

“Kau tidak turun?” tanyaku memutar tubuh menghadap Sung Joon.

“Kau duluan saja. Aku masih ingin di sini,” balasnya, menghadapku sebentar dan membalikkan lagi badannya ke arah city view.

“Baiklah,” aku membalas lemah dan mengamati punggungnya. Sung Joon adalah orang yang baik, sangat baik, bahkan lebih baik dari Choi Minho. Aku merasa sedih karena tidak bisa memberi balasan mengenai semua yang telah ia berikan padaku. Memang aku yang terlalu egois, tidak tahu diuntung. Maafkan aku. Tapi menurutku ia bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku.

*****

            “Dokter!” panggil seorang suster sambil sedikit berlari ke arahku, “ aku menoleh ke arahnya, “ada seorang pasien anak, semua dokter menangani pasien dan dokter Kim belum datang, kami butuh bantuan dokter.”

Aku hanya mengangguk dan melangkah cepat ke arah ruang gawat darurat. Seorang anak berusia dua sampai tiga tahunan tergeletak lemah di atas tempat tidur, aku mendekatinya.

“Sudah dari sehari yang lalu tubuhnya panas, semalam sempat turun, namun sampai sekarang tidak kunjung turun,” seorang wanita muda yang sepertinya ibunya menjelaskan padaku.

Aku mengambil sebuah papan jalan yang berisi biodata dan hasil tes darah pasien dari tangan suster. Namanya Choi Junsu. Aku menyentuh dahinya, anak itu demam tinggi. Aku segera memeriksanya.

“Bagaimana keadaannya dok?” tanya ibunya.

“Ibu tidak perlu kuatir berlebihan. Anak ibu demam biasa, nanti akan saya berikan obat. Sebaiknya selama beberapa hari ini, ia beristirahat total,” jawabku menyimpulkan senyum sambil mengusap kepala Junsu, tiba-tiba aku teringat Minsoo di rumah. Mata Junsu mirip dengan Minsoo, tidak hanya itu saja, bahkan hidung dan bibirnya hampir mirip.

“Apakah dia baik-baik saja?” seorang laki-laki berjas putih tercetak nama rumah sakit ini berhenti berlari di depanku, terasa matanya menatap wanita yang merupakan ibu Junsu. Aku mengernyit sedikit siapa orang itu, sepertinya ia ayah junsu, tapi dokter siapa? Aku ingin mencoba menjelaskan kepadanya.

“Bapak tidak perlu terlalu..,” aku menatap wajah ayah Junsu. Jantungku terasa berhenti berdetak satu detik dan berdetak sangat cepat di detik berikutnya. Napasku sesak. Aku tercekat. Ayah Junsu adalah Choi Minho? Banyak pertanyaan yang terlintas di kepalaku. Apakah ia ayah junsu? Wanita ini istrinya? Kapan ia menikah? Usia Junsu sama dengan usia Minsoo? Apakah ia menghamili wanita lain? SELAIN AKU? Saat masih bersamaku? Kapan ia kembali? Mengapa ia menggunakan jas itu? apakah ia bekerja di sini? Sejak kapan? Mengapa aku tidak tahu? Sepertinya apa yang aku rasakan sama-sama dirasakan juga olehnya. Minho juga terlihat terkejut.

Aku menghindari tatapannya. “A.. anda tidak perlu ku.. kuatir. Aaa.. aaa.. anak anda.. Junsu hanya perlu istirahat,” ujarku terbata-bata. Anak? Anaknya? Mataku memanas, pandanganku sedikit buram. “Saya permisi dulu, semoga Junsu cepat sembuh.”

Aku berjalan menjauhi mereka. Sebisa mungkin aku menahan air mata siap mengalir. Aku menarik napas panjang , menyetabilkan dirku. Kulihat dari sudut mata, suster Lee mendekatiku. Aku berbicara sebentar dengannya dan menuliskan resep obat.

“Dokter, ada apa dengan anda? Adakah sesuatu yang mengganggu?” tanya suster Lee.

Aku menggeleng sambil tersenyum, “Mungkin aku hanya kelelahan.”

“Dokter tadi adalah dokter bedah baru di rumah sakit ini,” ujar suster Lee.

“Iya, aku baru melihatnya pertama kali. Sejak kapan dia di sini? Di rapat terakhir minggu lalu ia belum ada di sini,” ujarku mencari informasi.

“Iya memang, ia baru bekerja empat hari yang lalu. Kinerjanya sangat baik, tidak perlu diragukan lagi, dokter-dokter senior kagum padanya. Tapi, sayang sekali, aku tidak menyangka bahwa ia telah mempunyai anak,”

Hatiku sedikit sakit mendengarnya. “Suster Lee, sepertinya aku harus pulang sekarang,”

“Baiklah, anda terlihat lelah, beristirahatlah, nanti malam anda harus bertugas lagi bukan?”

Aku menggangguk, memberikan tepukan halus di bahunya , dan mengucapkan terima kasih.

*****

Walaupun lelah, aku menyempatkan diri pulang ke rumah. Aku tiba-tiba sangat merindukan Minsoo. Aku ingin mengantarnya ke sekolah sebelum kembali ke apartement untuk beristirahat.

Eomma menatapku aneh. Aku jarang melakukan ini, biasanya, eomma dan minsoo yang menghampiriku ke apartement. Terlebih ini masih pagi hari. “Ya! Mengapa kau ke sini? Bukannya istirahat saja, wajahmu terlihat lelah sekali.”

Aku hanya tersenyum tipis, menatap matanya lurus. Hatiku terasa sakit. Rasa bersalahku muncul kembali. “Aku merindukan Minsoo, eomma,” jawabku pelan seraya meninggalkan eomma yang masih memasang wajah bertanya-tanya.

Kubuka perlahan pintu kamar Minsoo. Kulihat minsoo sedang menggunakan pakaian dengan bantuan eonniku, Minji eonnie. “Minsoo-ahh..,” panggilku pelan. Minsoo menoleh ke arahku dan tersenyum lebar.

“Eommaaaaa….” Suara nyaringnya terdengar begitu ceria, menghilangkan rasa lelah yang menerpaku. Ia berlari merentangkan tangan ke arahku dan dengan senang hati aku menyambutnya dengan pelukan erat.

“Bogoshippoeo, eomma..” ujcapnya lucu.

“Eomma juga rindu padamu,” aku memeluknya erat.

Eomma? Apakah itu yang kalian pertanyakan? Yap, Minsoo adalah anakku. Anak? Apakah aku sudah menikah? Tentu saja belum. Ayah Minso? Yap, tebakanmu benar, ayah minus adalah laki-laki yang baru saja aku temui tadi, seorang dokter bedah yang sekarang telah memiliki anak bernama Junsu. Pantas bukan bila Junsu memang mirip dengan Minsoo. Ayah mereka sama. Beberapa tahun yang lalu aku terlalu tenggelam dalam cinta. Aku terlalu bodoh sebagai wanita dengan begitu saja mempercayai seorang laki-laki. Suatu hari aku memberikan seluruhnya karena keyakinan yang begitu besar bahwa ia akan jadi suamiku, pendamping hidupku, selamanya.

Seketika rasa bersalah menyergapku. Rasa bersalah pada keluargaku dan minsoo. Suatu saat minsoo pasti akan bertanya tentang ayahnya. Aku tidak tahu aku harus menjawab apa. Tidak mungkin aku memberitahukan padanya apa yang sebenarnya terjadi. mungkin malah dia akan menghakimiku sebagai wanita murahan yang hamil tanpa suami. belum tentu juga minho akan mengakuinya sebagai anaknya. Pandanganku mengabur. Tak terasa sesuatu yang hangat telah mengalir di pipiku.

Minji eonnie menatapku bertanya-tanya. “Minsoo-ah, kau bermain dulu dengan harabeoji ya…,” ujarnya sambil menggendong minsoo dan tidak membiarkannya melihatku menangis. Eonnie kembali ke kamar dan memelukku.

“Aku bertemu dengannya,” bisikku lemah dipelukannya.

“Minho?” tanyanya memastikan. Aku hanya menggangguk lemah.

“Di mana?”

“Di rumah sakit,” air mata dipipiku tak kunjung berhenti mengalir.

Kulepaskan pelukan kakakku dan kuhusap air mataku, “Jangan pernah lagi membawa minsoo ke rumah sakit.”

Minji eonnie mengangguk. Hal ini ku lakukan karena aku terlalu takut bila minho tau minsoo adalah darah dagingnya. Memang aku tidak pernah mengatakan kepada siapapun kalau aku mengandung. Hanya keluarga terdekat saja yang mengetahui hal itu, memang aku yang meminta merahasiakannya. Aku juga sengaja menang tidak meminta pertanggungjaewabannya. Wanita gila mana yang mau menikah dengan laki-laki hidung belang yang tidur dengan banyak wanita? Mungkin aku terlalu takut bila ia menolak keras mengakui dan menerima bahwa minsoo adalah anaknya. Aku terlalu takut menghadapi apa yang akan ia katakan padaku, mungkin ia akan mengatakan aku wanita murahan. Atau mungkin saja ia akan merebut minsoo dariku, mengingat bagaimana berakhirnya hubungan kami dulu. Namun kemungkinan yang terbesar adalah ketakutan yang pertama.

“Mulai hari ini, biar aku saja yang datang ke rumah, kurangi membawa minsoo ke apartemenku,” aku memperingatkan, “jangan sampai dia tahu ada minsoo, terlebih dia adalah anaknya.”

TBC

___________________________________________________________________________

Alhamdulilaaah bisa update lagi, hehehe. Maaf banget janji secepat kilat itu hanya bualan belaka. heheheehee

tugas lagi super banyak, super sibuk, dll. Semoga suka yaaa ceritanyaa…

Seperti biasa… Jangan lupa kritik, saran, pesan, dan kesannya yaaaa!!!!!

Thank Yoooooouuu!! 😀 😀 😀

10 responses to “WHO YOU? #2

  1. Argg g sabar buat ke part 3nya… alur ceritanya keren..
    Minho menghamili suzy?trus itu beneran junsu anaknya Minho?mudah2n bukan ya thor…

  2. Ckckc minho napeun namja knp minho jahat banget sama suzy? Itu junsu beneran anaknya minho??? Trus minsoo itu anaknya minzy couple -,-
    Thor sung jongnya diganti sama jongin kalau engga sehun kalau engga luhan aja thor xD
    Tp aku mau tau povnya minho thor ttg penjelasan dari awal pas perpisahaan sampai pas pertemuan kembali pengennya buat minho menyesal karena udh jahatin suzy -,-
    Nexxt ya thor aku suka sama ceritanya palli 😀

  3. Omo , tenyata suzy udh punya anak-_- sdikit gk ngerti sih tpi stelah baca berulang” bru ngerti. Hehe
    Thor update nya cepetan dong, kaga sabar nihhh

  4. salam kenal thor, aku reader bru d sini
    kereeennnn…. thor ff’a
    lnjut y…
    jngn lama2, g sbar sama part slnjut’a

  5. Omooooo…
    Kyaaaa….
    Suzy trnyta udh pnya anak..??
    Kok bsa?? Omo ..
    Minhoo… yaak… babo..
    Kereeen thooorr…
    Lanjuut…
    Daebaakkk…
    Hwaiting for next chapt yaaaa..
    ^-^

Tinggalkan komentar