Ghost Story for Ryoma

Summary : Seiring waktu penghuni Kos Biru berganti.  Anin kesulitan untuk menghadapi klien baru. Aya mulai aneh dan insiden kaca kamarnya yang pecah memulai hari-hari pertama mereka tinggal di Kos Biru.

Disclaimer : Prince of Tennis/The New Prince of Tennis © Takeshi Konomi

Warning: Gaje, typo, OOC, & OC.

Inspired by Takojou FULL-HOUSE by Aya Nirwana(FanFact/Fiction)

.

..

Di hari Sabtu yang cerah cerita ini, tersebutlah Anin yang sedang mondar-mandir di ruang tengah. Yuuri, Dika dan Nadwa yang duduk-duduk santai memandangi Anin dengan heran.  Keduanya mengetahui persis apa yang memusingkan Anin saat ini. Kali ini yang akan homestay di kosan biru adalah cowok-cowok Jepang dari berbagai profesi. Dan yang menyiapkan semua ini 2 bulan sebelum kedatangan mereka adalah salah seorang pengusaha sukses di negeri asalnya, dengan memberi pemasukan untuk menambah lapangan tenis.

“Anin, kenapa sih mondar-mandir gitu?” Yuuri setengah sewot menegur Anin.

“Ini Aya kenapa belum dateng? Bentar lagi itu orang-orang mau dateng ini.”

“Lah Aya nggak bilang sama lo, katanya dia ada meeting sama bosnya.” Celetuk Nadwa.

Meeting? Ini hari Sabtu.”

“Itu dia, bosnya kalo kasih jadwal meeting tiap hari Sabtu. Paling cepet kalo meeting di kantor jam setengah 2 udah balik. Kalo meeting di luar dia balik sore jam 4.”

Anin tepok jidat.

“Oya kemungkinan sih dia balik rada jam 4-an. Katanya dia meeting diluar.”

“Tidaaaaak~” Anin mulai hiperbola.

“Nyantai aja kali Nin, anggep aja mereka kek klien kita sebelum-sebelumnya.”

“Haduh-haduh… yang ini susah banget, Sayur. Gue udah ketemu ni orang dan susah banget ya nego sama ni orang.  Aya kan cuek tuh, pas banget buat ngadepin orang-orang macam kek dia ini.”

“Oooh,”

Ketiga member yang lain mengangguk-ngangguk.

Suara bel depan yang berbunyi membuat Anin makin kaget. “Mereka dateng! Mereka dateng! Mereka dateeeeng!”

“Jangan panik dong ah!” Dika menepuk-nepuk bahu Anin untuk menenangkaan.

Dan muncullah ke-28 orang yang akan homestay di sini.

“Ha-hai,” Anin menyapa dengan gugup yang membuat ke-3 member Fan3less melotot kesel.

“Oh Anin, terima kasih sudah mempersiapkan semuanya. Apa ada kendala?”

Anin sulit berkata-kata.  Hingga akhirnya Dika yang menggantikan Anin bicara. “Nggak ada kendala apa-apa sih, cuma Aya nggak setuju ruang tengah sama meja makan diganti perabotannya.”

“Oh, nanti aku yang akan ngomong langsung dengan Aya-san ini. Oya, namaku Atobe Keigo dan ini teman-temanku semua.”

“Oooh,” dalam hati member Fan3less mengagumi kelihaian Atobe dalam berbahasa Indonesia, dan mereka pun mulai memperkenalkan diri satu-persatu.

“Mukahi Gakuto.” Si rambut merah pendek a la iklan shampo memperkenalkan diri.

“Oshitari Yuushi,”

“Shishido Ryou.”

“Ootori Choutarou.”

“Sanada Genichirou.”

“Yanagi Renji.”

“Kirihara Akaya.”

“Niou Masaharu.”

“Yagyuu Hiroshi,”

“Shiraishi Kuranosuke,”

“Toyama Kintaro.”

“Oshitari Kenya.”

Eh, masih sodaraan ama Yuushi ya?” tanya Nadwa.

Kenya cengengesan. “Iya, sepupuan.”

Perkenalan pun dilanjutkan, “Zaizen Hikaru.”

“Liliadent Krauzer,” kata si bule pirang panjang itu.

“Kite Eishiro.” kata si jangkung berkacamata yang gaya rambutnya a la Elvis Presley.

“Sengoku Kiyosumi, wah ada cewek-ceweknya. Lucky!”

Member Fan3less menahan diri untuk bereaksi pura-pura muntah.

“Saeki Kojirou.”

“Tezuka Kunimitsu,” satu lagi yang berkacamata dan terlihat lebih dewasa dari pada yang lain.

“Fuji Shuusuke,”

“Inui Sadaharu.”

“Oishi Shunichiro,”

“Kikumaru Eiji,”

“Momoshiro Takeshi, boleh panggil Momo-chan aja.”

Member Fan3less kompankan maksa ketawa.

“Kaido Kaoru.”

“Echizen Ryoma.”

“Oke semua udah lengkap kalo gitu ya. Gue Anin pemimpin kos-kosan ini. Ini Yuuri, Dika, sama Nadwa. Sebetulnya masih ada satu lagi Aya, cuma dia lagi kerja, nanti sekitar jam 4 baru balik.”

“Kerja di akhir pekan?” Sanada setengah kagum.

“Kalo ada apa-apa atau mau ke mana, sebisa mungkin kami bakal memandu. Karena itu gue bakal membagi beberapa kelompok dan masing-masing kalo ada apa-apa bisa tanya ke masing-masing pemandu.” Jelas Anin. “Sekarang gue sebutin ya; Tezuka, Fuji, Inui, Taka, Eiji, Oishi, Momo, Kaido, Echizen,”

“Oy!”

“Kalian sama gue. Kalo ada apa-apa boleh tanya gue.”

“Atobe, Gakuto, Shishido, Ootori, sama Yuushi,”

“Ya!”

“Kalian sama Yuuri.”

“Saeki, Liliadent, Kite, Sengoku. Kalian sama Dika.”

Mereka mengangguk paham.

“Terus Shiraishi, Kenya, Zaizen sama Kintaro.”

“Oy.”

“Kalian sama Nadwa. Lanjut! Sanada, Yanagi, Kirihara, Yagyuu, Niou, Marui kalian sama Aya.  Untuk sekarang segitu aja.  Kalian boleh istirahat.”

“Koshimae, ayo kita tanding!” Kintaro merengek dan Shirashi Cuma geleng-geleng lihat kelakuan kouhainya.

“Oh kalo mau main tenis, kalian bisa di halaman belakang.  Ada 3 lapangan yang kemarin dipesen Atobe.”

Kintaro jejingkarkan saking girangnya.

“Eh, cuma hati-hati aja jangan sampe kena kaca. Kemarin kami udah minta untuk segera dipasang pagar kawatnya cuma belum ada yang datang buat masang dari kemarin.”

“Oke Neechan.” Kintaro langsung melesat diikuti Ryoma dengan tampang cueknya.

Sore pun tiba, tersebutlah para member Fan3less kecuali Aya bersama Eiji dan Taka memulai acara masak untuk makan malam.  Tak berapa lama sebuah mobil berwarna silver berhenti di depan kosan dan Aya turun dari mobil.  Yuuri yang melihat itu langsung keluar.

“Elu naik Go-Car? Gaya lo! Biasanya Go-Jek.”

“Heh! Di tempat gue meeting lagi hujan deres. Lagian lagi promo nih lumayan nggak mahal-mahal amat.”

“Oh, jadi ini yang namanya Aya.”

Atobe manghampiri mereka dengan gayanya yang elegan (yang terlihat bagi Aya: Elek gan. Translate: Jelek gan!).

“Siapa ya?”

“Atobe Keigo.”

“Oooh, yang mau ganti perabotan ini rumah.” Celetuk Aya judes. “Denger ya, gue tau sih elu yang kasih pemasukan gede untuk tinggal di sini. Tapi jangan ngatur-ngatur perabotan yang udah ada deh! Kalo kamar lo atau lain-lain sih boleh aja.”  Aya tidak terima karena perabotan yang di pilih a la retro vintage mau diganti seenak jidat sama penghuni baru.

Buset! Aya on point banget! Batin Yuuri.

Atobe nyengir. “Oke.  Alasan diterima.”

“Aya, nanti lo ikut makan malem ya. Anin udah pesen nih lu mesti makan malem terus kenalan sama yang lain.”

“Harus ya? Gue ngantuk banget nih. Mau tidur.”

“Tapi nanti tu bocah-bocah gimana?”

“Kasih aja nomor hape gue, atau nggak suruh mereka ketok kamar gue kalo ada apa-apa.”

PRANG!!!

Suara kaca pecah dan beberapa benda lain yang berjatuhan membuat semua kaget dan berhenti dari pekerjaannya masing-masing.  Yang berada di kamar semua keluar, dan yang berada di lapangan menghampiri kaca yang pecah.

“Ada apa sih?”

Anin keluar lewat pintu belakang dan melongo. “Waduh! Itu kamar Aya.”

Aya yang mendengar namanya disebut-sebut  cepat-cepat membuka kamarnya dan melihat kaca jendela pecah dan salah satu dari tiga rak buku IKEA warna putihnya hancur dan buku-buku berjatuhan beserta bola tenis yang menggelinding.

Yuuri melongo sambil ngelirik Aya.  Aya yang udah kelewat capek menghela napas.  Atobe yang ada di belakang Aya ikutan bengong melihat kekacauan kamar itu.

“Bukunya baek-baek aja Ay.” lapor Yuuri.

“Kemungkinan besok baru bisa diperbaiki.”

“Ada yang mau ngeganti rak buku gue? Itu gue belinya pas diskon lebaran.” Aya berkata dengan lemas.

“Biar aku aja yang urus. Besok sudah bisa diperbaiki.”

Aya berbalik lalu keluar kamarnya. Dia memandangi bocah-bocah yang bergerombol dan kasih tampang judes. “Siapa yang bikin kaca kamar gue pecah tadi?”

Semua diam dan Ryoma maju.

“Maaf.” Ryoma minta maaf pada Aya.

“Beresin kamar gue! Bukunya ditumpuk aja di depan rak lain. Kalau udah, raknya singkirin ke gudang.” Perintah Aya.

“Aya!” Anin negor Aya.

“Oiya, tambahan! Lo mesti tidur di kamar gue malam ini.”

Semua pada bengong.

Ryoma yang disuruh makin bengong.

“Yuuri, gue entar tidur di kamar lo ya.”

Yuuri ngangguk-ngangguk.

“Aya-san maksudnya apa?”

“Lho? Bukannya udah jelas ya?”

Ryoma masih kelihatan tidak mengerti.

“Lo liat tempat tidur itu?” tunjuk Aya di kamarnya. “Lo malam ini tidur di sana.  Sedangkan gue tidur di kamar Yuuri.”

Keempat member Fan3less lain tiba-tiba langsung ngeh.  Anin yang tidak mau penghungi kosnya kabur segera mengendalikan keadaan.  “Jangan dong Ay!”

“Nggak! Pokoknya dia mesti tidur di situ!”

Aya berlalu. Anin segera mendekati Ryoma. “Kalo nanti malem ada yang ketok-ketok dari jendela, gordennya jangan dibuka ya!”

Ryoma memandang Anin dengan heran.

“Echizen, jangan buang waktu!  Aku akan membantu.” Tezuka masuk ke kamar Aya dan mulai menurunkan bubu-buku di rak yang hancur.

“Aku juga.” Momoshiro masuk bersama Fuji, Oishi dan Inui.

Sedangkan Yanagi dan Yagyuu lebih penasaran dengan koleksi bukunya Aya.  Tezuka bahkan mengakui kalau beberapa novel klasik yang belum dia baca ada di sini.

“Nih pengki sama sapunya.  Kalau udah bawa ke belakang aja.” Kata Nadwa.

“Koleksi Aya-san lengkap ya, ngomong-ngomong ini bisa dipinjam nggak?” tanya Yagyuu.

“Boleh aja.  Aya nggak keberatan kok.”

“Makasih, aku pinjam ini ya.”

“Ya ambil aja, tapi nanti bilang sama Aya langsung ya.”

Ryoma tidak mengerti kenapa salah satu pemilik kos-kosan menyuruhnya untuk tidur di kamarnya.  Terlebih lagi ucapan pemilik yang lain yang baginya terdengar aneh.  Siapa pula yang mau mengetuk jendela malam-malam?  Tadi sekitar pukul sepuluh malam Aya mengambil bantal dan selimutnya dan Ryoma mengambil bantal dan selimutnya sendiri dari kamarnya, mematikan lampu kamar Aya dan mulai tertidur.

Tak berapa lama suara ketukan terdengar dari jendela. Ryoma berguling ke kiri. Suara ketukan dari jendela terdengar lagi.  Ryoma yang gusar tidurnya terganggu bangun dan membuka tirai.

Tidak ada siapa-siapa.

Ryoma membanting tubuhnya dan kembali memejamkan mata. Namun, suara ketukan itu terdengar lagi.

“Cih!” Ryoma makin kesal.

Namun saat dia membuka mata seseorang terlihat duduk di ujung tempat tidur.  Ryoma bengong selama beberapa saat dan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk melihat lebih jelas.  Sosok itu duduk memungunginya, pakaiaan putihnya terlihat terlihat lebar dengan rambut panjang yang terlihat mencapai tempat duduk.

Ryoma mulai merinding. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya dan dia benar-benar ingin pindah ke kamarnya sendiri.  Ryoma berusaha bergerak, tapi pergelangan kakinya seperti ditahan dua tangan yang sedingin es.  Ryoma memfokuskan diri untuk menggerakkan kakinya. Tapi ia tetap tidak bisa bergerak.

Tak lama sosok yang duduk di ujung tempat tidur itu menoleh sedikit demi sedikit dan mengeluarkan suara teriakan yang membuat ngilu telinga yang mendengarnya.

“Selamat pagi,” para penghuni baru menyapa Yuuri yang sedang mengoleskan selai kacang ke roti panggang.

“Pagi juga, yang lain masih pada masak. Kalau mau roti panggang bikin sendiri ya, selainya ada di rak.”

“Yoo,”

Tak lama, Ryoma datang dengan ngos-ngosan. “Aya-san mana?”

“Masih tidur keknya di kamar gue. Elu kenapa?”

“Aya-saaaaan!” Ryoma kasih tampang sangar.  Membuat para penghuni lain memandangi dengan penasaran.

“Kenapa lu manggil gue?”

Ryoma balik kanan. “Aya-san, jadi gitu kenapa Aya-san nyuruh aku tidur di kamar Aya-san.”

“Oh, kalian ketemu?” tanya Aya santai. “Gimana? Diajak kenalan ya?”

Ryoma yang mendengar itu langsung menggigil.

“Aya-san hidoi! (Aya jahat!)”

Aya angkat bahu, “Cuma mau kasih tahu aja kalo itu yang bakal terjadi di kamar gue kalo kacanya pecah atau jendela kebuka malem-malem.”

“Aku nggak mau lagi tidur di kamar Aya-san.”

“Tidak perlu lagi.” Atobe ikut nimbrung. “Nanti ada orang yang akan datang untuk membetulkan kacanya dan rak yang baru juga akan datang.”

“Oh, thanks ya.” Kata Aya dengan sumringah.

Tak lama Anin, Dika, Nadwa dan lain-lain yang ikut berkontribusi untuk masak

“Dika bikinin ni anak bubur ayam ya.” Katanya sambil nunjuk Ryoma. “Paling cepet dia sembuh 2 hari.  Sekarang mending lo balik ke kamar lo dan istirahat. Kalau mulai kerasa badan panas mending dikompres aja jidatnya.”

“Maaf, maksudnya?” Tezuka bertanya dengan heran.

“Lo siapa ya?”

“Tezuka Kunimitsu.”

“Makanya Ay, begitu pulang kemarin kenalan dulu. Elu malah langsung molor gitu.” Tegur Anin.

“Iya, iya.” Aya membatin pas melihat Tezuka, kenapa Anin nerima om-om ngekos di sini sih? “Nggak lama lagi Ryoma bakal terserang demam, jadi tolong jagain dia ya.  Nanti gue cek ke kamarnya.”

“Aku nggak mau makan bubur!”

“Eh, jangan salah ya! Bubur buatan Dika enaknya nggak ada yang ngalahin!” sergah Nadwa.

“Udah-udah nanti gue anterin ke kamar lo deh. Sekarang mending istirahat aja.  Momo, bantuin Ryoma deh ke kamarnya.” Sergah Dika.

“Yosh!”

Momoshiro ngebawa Ryoma yang kelihatan kurang tidur ke kamarnya.

Aya menghadap mereka dan kemudian memperkenalkan diri. “Gue Aya, kemarin ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal jadi sorry banget kalo kemarin gue pulang telat dan langsung tidur.  Kalo ada apa-apa kalian bisa langsung hubungi gue.”

“Oya, kemarin beberapa bocah ada yang pinjem buku lo.”

Aya mengernyit memandangi mereka satu-persatu setengahnya malah nggak pantes dipanggil bocah. “Oh boleh, asal bukunya dijaga baik-baik. Oya buku apa aja ya yang dipinjem dan siapa aja yang ngambil kemarin?”

Tezuka maju sambil menunjukkan buku Dostoyevsky.  Aya mengambil buku itu dan menscan barcode yang ada di belakang buku. Yuuri geleng-geleng.

“Oke, tolong dijaga ya.” Kata Aya sambil memberikannya lagi pada Tezuka lalu Yagyuu dan Yanagi pun menyodorkan buku yang dipinjam untuk discan pake smartphone-nya.

“Kamu mencatat semua buku pinjaman?” tanya Inui.

“Iya dong! Kadang temen-temen gue ada yang nggak tahu diri balikin buku. Dan itu bikin gue ngubek-ngubek rak buku.  Jadi gue bikin aplikasi smartphone biar gue bisa nyatet buku apa aja yang dipinjam.” Jelas Aya. “Oke, udah gue catet semua. Kalian jaga baek-baek buku gue ya. Udah ah, gue ke kamar dulu.  Oya yang berenam kemarin;  Sanada Genichirou, Yanagi Renji, Kirihara Akaya, Marui Bunta, Niou Masaharu, sama Yagyuu Hiroshi, kalo ada apa-apa kalian bisa tanya gue.” Setelah mengatakan itu Aya mengambil roti yang tadi diolesin selai kacang sama Yuuri dan melesat ke kamar Yuuri.

“Aya-san jarang keliatan ya.” Celetuk Kirihara.

“Iya, dia orangnya akhir-akhir ini lebih demen di kamar, jarang keluar dan kalo keluar itu pun cuma buat kerja doang.”

“Berarti dulu Aya-san tidak seperti itu?” Kenya ikut-ikutan nanya.

“Yah, dia kayak gitu sejak dua bulan lalu sih.” Jelas Anin. “Nggak tau kenapa tau-tau pulang dari acara wisuda temennya dia jadi kek begitu.”

Seperti yang dikatakan Aya, menjelang siang Ryoma terkena demam dan setelah seharian berbaring dengan kompresan di jidat, Dika mengantar bubur untuk makan malam.  Seperti yang dikatakan Nadwa, bubur ayam buatan Dika sangat enak dan Ryoma belum pernah memakan bubur seenak itu.

“Gimana udah enakkan?” Anin yang menjenguk Ryoma yang sedang makan.

“Lumayan.” Ryoma masih melanjutkan makannya. “Ngomong-ngomong yang kulihat tadi malam apa pernah terjadi sebelumnya pada Aya-san?”

Anin menghela napas. Dia berharap cerita ini nggak nyebar ke penghuni lain, takutnya mereka pada kabur lagi.  “Lo pinter juga ya bisa nebak kek gitu. Iya dulu kejadian sama Aya yang lupa nutup jendela.”

“Jadi, yang aku lihat tadi malam itu apa ya?”

“Mau denger ceritanya?”

Ryoma diam membalas pandangan Anin.

“Yakin mau denger?”

“Anin-san mau cerita nggak sih?” Ryoma mulai kesal.

“Oke-oke, jadi gini di depan kamar Aya ada pohon gede tuh. Waktu kami beli rumah di sini, yang punya sebelumnya bilang untuk jangan nebang pohon di situ.  Kami sih oke-oke aja, lagian ini rumah dijual murah banget.  Dan yang lo liat semalem itu adalah penunggu pohon itu.”

Ryoma makin merinding dengernya.

“Tapi kata Yuuri dia nggak niat ganggu kok, cuma mau kenalan dan berkunjung aja.”

“Tapi, kenapa Aya-san nyuruh aku tidur di kamar itu? kalau dia tau bakal ada kunjungan seperti itu.”

“Nggak tau sih, kata Yuuri sebisa mungkin jangan sampai kamar itu kosong.  Karena kalau enggak nanti merembet ke tempat lain.  Kadang dia kalo lagi iseng ngetok-ngetok semua kaca jendela serumah.”

Kono te do. Mada mada dane…” gumam Ryoma dengan wajah makin pucat.

..

.

Mencoba menulis lagi. Sepertinya gue mesti belajar dari awal lagi.

1 responses to “Ghost Story for Ryoma

  1. Itu diabsen semua 😂😂 kasian amat si ryoma disatronin bgitu 😂😂
    Gak mesti belajar dr awal lg kok ay, ttp kaya gaya penulisan ghost story 😄
    Suka bgt kost biru makin ramai 😊😊

Tinggalkan komentar