Telepathy (Chapter 6)

Summary: Hanare menghapus air matanya dengan kasar.  “Seharusya dari awal aku menekan anggapanku tentang kau yang mencintaiku.  Aku terlalu berprasangka dan berkhayal akan dicintai oleh suamiku.”

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto, Detective Conan © Aoyama Gosho

Warning: Alternative Universe, Out of Character, Own Character, Supernatural, Romance & Family

Inpired by The Eye (Movie), Soul (K-Drama), Tell Me A Lie (Manga One Shot © Gosho Aoyama), Blue Tears (Manga), Ao no Exorcist (Anime), The Sixth Sense (Hollywood Movie)

Notes: Haruno Sakura as Hatake Sakura, Hanare as Kuraki Hanare, Kuraki Haruka as Hanare’s young sister (OC)

Itachi meremas kuat kertas yang berada di tangannya.  Ia tersenyum sedih saat mengetahui kenyataan itu.  Rasa bersalah menggerogotinya saat ia menyadari bahwa Haruka menanggung penderitaannya sendiri.

Aniiki,” panggil Sasuke saat melihat Itachi yang masih saja duduk di ruang tengah pada jam seharusnya ia pergi bekerja.

“Sasuke,”

“Ada apa?  Apa terjadi sesuatu?”

“Dia… Hikaru memang anakku.”

Sasuke membulatkan matanya terkejut.  Otak cerdasnya mencerna apa yang terjadi sambil melihat kertas yang sudah kusut itu.  “Apa itu hasil tes DNA Hikaru?”

“Ya.  Hasilnya menyebutkan bahwa Hikaru adalah anakku.”

“Siapa itu Hikaru?” sebuah suara membuat mereka terlonjak.

Okaasan.” seru kedua pria itu terkejut saat melihat ibu mereka menatap mereka tajam.  Tubuh keduanya membeku saat menghadapi ibu mereka.

“Ceritakan padaku, siapa itu Hikaru?  Dan kenapa kau menyebut bahwa dia itu anakmu, Itachi-kun?  Bukankah kau belum menikah?”

Itachi menelan ludah begitu mendapat tatapan sangat tajam dari ibunya.  Wanita itu lalu menyuruh Sasuke duduk di samping Itachi, sedangkan dirinya menempatkan diri di hadapan kedua putranya itu.

Telepathy

“Kau sudah sadar?”

Oneesan?

Yokatta.” Hanare bersyukur adiknya telah sadar.

“Apa yang terjadi?”

“Kau kecelakaan setelah pulang sekolah.”

“Kecelakaan?”

“Ya.” Hanare mengangguk.

“Hikaru?”

“Sakura menjaganya.  Dia sengaja tidak pergi ke sekolah hanya untuk menjaga Hikaru.”

Kami-sama, aku telah merepotkan banyak orang.”

“Tak apa, yang terpenting kau baik-baik saja.  Bagaimana perasaanmu?”

Haruka baru saja membuka mulut untuk menjawab kakaknya.  Namun, pintu ruangan itu bergeser dan seorang wanita masuk ke dalam kamar rawat Haruka.  Wanita itu tersenyum lembut begitu melihat Haruka.

“Mikoto Obasan.”

“Kau tidak apa-apa, Haruka-chan?”

Haruka dengan perlahan bangun, Mikoto cepat-cepat membantu gadis itu duduk.  Hanare yang mengetahui tujuan Mikoto menjenguk Haruka cepat-cepat keluar dengan beralasan ia harus menelepon Kakashi.

Mikoto meletakan buah-buahan yang dibawanya di atas meja dan duduk di hadapan Haruka.

Obasan, aku turut berduka cita dengan kematian calon menantu Obasan.  Aku benar-benar tak tahu bahwa Itachi memiliki calon istri.  Kakakku saat itu bukan dengan sengaja terlibat dalam kecelakaan beruntun.  Ia berniat baik untuk melindungi anak kecil yang hampir tertabrak mobil saat itu.  Jadi, kumohon jangan pernah menyalahkannya.”

“Haruka,” ujarnya dengan tenang.  “Aku sudah tahu itu.”

“Anda tidak menyalahkan kakakku?”

Wanita itu menggeleng.  “Sama sekali tidak.  Itu semua sudah ditakdirkan seperti itu.”

Haruka menundukkan kepalanya.  “Terima kasih, Obasan.”

“Ya, itu semua memang sudah takdir.  Seperti pertemuanmu dengan Itachi.  Yah, walau sebetulnya kalian bertemu dengan cara yang salah.  Itu termasuk kesalahan putra tertuaku yang menyedihkan.”

“Maafkan aku karena rasanya aku belum bisa memaafkan Itachi sepenuhnya.”

“Wajar jika kau merasa seperti itu.  Tapi, aku harap ada kesempatan untuk kalian.  Dan aku akan sangat senang sekali jika melihat kalian bersama sebagai keluarga yang utuh.”

“Itachi sangat membenci kami.”

“Aku rasa tidak seperti itu.”

“Eh?”

“Itachi selama ini selalu memikirkanmu.”

Haruka terdiam.  Ia bingung dengan apa yang diucapkan Mikoto barusan.

“Awalnya aku mengira kalian sudah berpisah, jadi aku tak berani bertanya apa-apa padanya.  Tapi, saat ia berada di Amerika hampir setiap ia meneleponku ia pasti akan bertanya, ‘Apa Okaasan pernah bertemu Haruka?’ aku menjawab, ‘Tidak, aku sama sekali tidak melihatnya.’, setelahnya Itachi diam dan memutuskan sambungan begitu saja.”

“Itu tidak berarti apa-apa.”

“Tapi, bagiku sebagai ibunya itu berarti sesuatu.  Aku harap kau mau memberikan Itachi kesempatan kedua.”

Haruka menggigit bibirnya dengan mata berkaca-kaca.  “Aku tidak tahu Obasan.” Bisiknya lirih dengan tubuh gemetaran.  “Aku masih merasa takut dengannya.”

Mikoto menatapnya sedih lalu memeluk Haruka dengan sayang.

Telepathy

Hanare setidaknya merasa lega untuk urusan adiknya.  Haruka berhak untuk bahagia.  Dan semoga Haruka masih bisa bahagia walaupun itu dari kenangan buruk yang menimpanya.  Hanare memilih mendudukan dirinya di ruang tunggu rumah sakit.

“Hanare,”

Hanare sedikit terkejut saat merasakan tangan Kakashi menyentuh bahunya. “Kakashi, kau membuatku terkejut.”

Kakashi terkekeh.  “Jadi, apa Haruka baik-baik saja?”

“Ya.” Hanare mengangguk.  “Kakashi,  ada yang ingin kubicarakan.”

Kakashi terdiam.  Ia menatap Hanare dengan penasaran.  Ia lalu mengambil tempat di samping wanita itu.  “Ada apa, Hanare?”

“Kakashi, apa alasanmu menikah denganku?”

Kakashi mengerang begitu mendengar pertanyaan itu.  “Itu lagi yang kau tanyakan.  Bukankah sudah kukatakan padamu…”

“Apa ini demi Kurenai-san?”

Kakashi tertegun mendengarnya.  “Apa maksudmu?”

“Oh sudahlah Kakashi, kau menikah denganku karena kau merasa berutang padaku bukan?  Karena aku menyelamatkan putra wanita itu?  Begitu?” Hanare makin menundukkan kepalanya.

Hening.

Kakashi tak menjawab.  Hanare menutup matanya rapat-rapat untuk menghalangi air matanya yang jatuh.  Ia sudah menduga hari ini akan terjadi.  Hari dimana kenyataan sebenarnya yang memudahkan hidupnya terungkap.

“Kau benar.”

Hanare nyaris terlonjak saat mendengar pembenaran dari Kakashi.

Suara beberapa orang berlalu-lalang tidak membuat percakapan mereka terhenti. Kakashi meneruskan, “Lima tahun yang lalu Asuma, suami Kurenai meninggal saat bertugas.  Aku yang sejak dulu mencintai Kurenai ingin sekali menikahinya, tapi Kurenai begitu mencintai Asuma sampai ia tak melihatku sama sekali.  Kurenai lebih memilih membesarkan putranya daripada menikah lagi, maka dari itu aku memilih mundur.

“Hari itu… aku mengajak Ryo berjalan-jalan.  Namun, aku lengah sesaat sehingga aku nyaris saja mencelakakannya. Tapi, kau datang di saat yang tepat.  Kau datang dan menyelamatkan Ryo.  Aku tak tahu lagi bagaimana caraku untuk berterima kasih padamu.  Dari mulai memperhatikanmu, dan berusaha mendekatimu dengan cara membantumu menyebrang jalan.”

“Jadi, kau selama ini tidak mencintaiku?”

“Eh?” Kakashi tertegun.

“Benar bukan?”

“Apa maksudmu?”

Hanare menghapus air matanya dengan kasar.  “Seharusya dari awal aku menekan anggapanku tentang kau yang mencintaiku.  Aku terlalu berprasangka dan berkhayal akan dicintai oleh suamiku.”

“Hanare,”

“Aku harus ke tempat Haruka.” Hanare bangkit dari tempat duduknya setelah yakin bahwa air matanya sudah terhapus habis dari wajahnya.

“Hanare,” Kakashi menarik siku Hanare.

“Untuk saat ini, aku tidak ingin bicara apa-apa denganmu.  Aku tidak ingin rasa cintaku padamu berubah menjadi benci.  Maafkan aku, Kakashi.”

Kakashi dengan terpaksa melepaskan Hanare.  Pengakuan Hanare barusan membuatnya terkejut dan berpikir ulang.  Apakah sedikit saja ia mencintai istrinya atau ia masih tetap dibayang-bayangi Kurenai?

Telepathy

“Hikaru,” seru Haruka senang begitu melihat bocah itu menghambur ke pelukannya.  Haruka melihat Sakura dan kakaknya yang tersenyum balas tersenyum senang.  “Tadaima.”

Okaerinasai, Oneesan.”

“Terima kasih sudah menjaga Hikaru.”

Sakura tersenyum tulus.  “Bagaimana jika kita rayakan?  Aku akan memasak hari ini.”

“Terima kasih Sakura, tapi kurasa kau lebih baik istirahat saja.  Kau sudah beberapa hari ini menjaganya.”

“Tidak apa-apa.  Aku sedang bersemangat hari ini.”  Sakura mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.  “Ayo, Oneesan!

Sakura mengajak Hanare keluar untuk membeli bahan makanan.  Sebenarnya itu hanyalah perintah Sasuke padanya.  Entah kenapa ia merasa harus memenuhi perintah pria itu.  Ia tak mengerti dengan Sasuke yang tiba-tiba meminta hal seperti ini padanya.

“Sakura, ada apa?”

“Eh?” Sakura tersentak.

“Ada apa denganmu dan Sasuke?” tanyanya.

“Eh, Uchiha Sensei…”

“Sebutkan saja namanya dengan biasa.” Ucap Hanare.

Sakura terdiam.  Mereka menghentikan langkah saat berada di depan zebra cross, menunggu lampu untuk pejalan kaki yang merah berubah menjadi hijau.

“Aku dan Sasuke adalah sepasang kekasih.” Bisiknya, matanya seketika berubah sayu.  “Kami merahasiakannya dari siapa pun karena dia guruku di sekolah.  Tapi, suatu ketika beberapa gadis yang tidak menyukai kedekatanku dengan Sasuke mulai menyerangku.  Mereka mengatakan hal-hal yang tidak benar di belakangku dan mulai mengerjaiku, bahkan sampai mencelakakanku.

“Waktu itu aku hampir mati.  Tapi, Sasuke menyelamatkanku dan berhari-hari kemudian hidupku sudah berbeda.   Aku mulai melihat arwah orang-orang yang sudah mati itu mendatangiku.  Ayah dan kakak yang menganggapku tidak waras mulai memanggil psikiater yang menyuruhku selalu meminum obat penenang.  Di saat-saat terberatku itu Sasuke tetap datang.  Ia selalu menenangkanku dan menjengukku diam-diam.  Saat semua orang menganggapku sudah gila, ia tetap datang dan memelukku.  Aku…. aku merasa istimewa sekali, terlebih lagi dicintai olehnya.”

Hanare tersenyum.

“Ah, sudah lampunya sudah berubah.  Ayo!” Sakura menggenggam tangan Hanare dan menuntunnya menyebrang.

“Eh?”

“Ada apa Oneesama?” Tanya Sakura saat melihat Hanare berhenti tepat setelah mereka menginjak trotoar.

“Itachi-san,”

“Eh?”

“Sakura, kita harus kembali.”

“Ada apa?”

“Itachi-san akan ke tempat Haruka.”

“Apa?”

“Kita harus cepat, Sakura!”

Oneesama,”

“Kuraki Hanare-san,” suara berat itu membuat keduanya terkejut.

“Sasuke,” pekik Sakura terkejut saat melihat pria itu.

“Bisa kita bicara?”

“Maafkan aku Uchiha-san, ada hal yang lebih penting yang harus kulakukan.”

“Haruka tidak akan apa-apa.”

Hanare terpaku di tempatnya.

“Percayalah padaku.”

Telepathy

Haruka baru saja membaringkan Hikaru yang tertidur siang saat suara ketukan di pintu terdengar.  Haruka jadi bertanya-tanya, siapa yang datang?  Haruka mengibaskan kemejanya yang kusut dan membuka pintu.

“Haruka,”

Haruka begitu terkejut melihat seseorang yang berdiri di depan pintunya.  Tubuhnya lemas dengan lutut yang gemetaran. Ia tahu suatu hari nanti ia akan bertemu Itachi lagi, tapi tidak secepat ini.  “Itachi…”

“Bolehkah aku masuk?”

Pertanyaan itu menyadarkan Haruka.  Dengan perlahan ia mundur dan membiarkan pria itu masuk.  Walaupun sebetulnya ia masih ketakutan akan pria itu, tapi mengingat ucapan Mikoto padanya, Haruka berusaha menekan rasa takutnya.

“Di mana Hikaru?” Tanya pria itu sambil menatap Haruka tajam.

“Kau… ingin melihat Hikaru?” tanyanya dengan suara parau.  “Dia sedang tidur.”

Suasana dingin dan canggung seperti ini menyesakkan keduanya.  Itachi menatapnya lama sampai akhirnya sorot mata pria itu berubah.  Mata pria itu entah mengapa terlihat sedih menatap Haruka.  Ia melangkah mendekati Haruka.

Melihat Itachi melangkah mendekatinya, Haruka mundur dengan tubuh ketakutan.  “Berhenti!”

Itachi menghentikan langkahnya dan entah mengapa ia merasa sedih begitu melihat Haruka yang ketakutan.  Tapi, ia merasa harus memperbaikinya.  Dialah yang membuat Haruka seperti ini dan dia pula lah yang harus memperbaiki hubungan mereka.

Ia melangkah lagi untuk mendekat ke Haruka.  Haruka memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.  Ia bisa merasakan Itachi berada di hadapannya, tapi ia tak kunjung membuka matanya.  Ia takut jika nantinya Itachi akan menyakitinya lagi seperti waktu itu.

“Haruka,” panggil Itachi.

Haruka tetap memejamkan matanya rapat-rapat.  Tubuhnya tiba-tiba terasa kaku saat tangan Itachi menyentuh kedua tangannya yang mengepal.

“Tanganmu begitu dingin.”

Haruka membuka matanya, dapat dilihatnya tangan Itachi menggenggam kedua tangannya dan menggesekkannya agar membuat tangan Haruka menghangat.  Mata Haruka memburam.  Air matanya tergenang dan perlahan-lahan turun menelusuri pipinya.

“Kau begitu kurus, apa kau makan dengan baik?”

Haruka hanya diam tak menjawab.  Ia menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang keluar.  Entah mengapa ia merasa Itachi yang dulu berteman dengannya seperti kembali padanya.

“Hei, lihat aku.” bisik Itachi lembut.  Ia mengangkat dagu Haruka agar menatapnya.

Haruka menatap Itachi yang begitu dekat dengannya.

Itachi menatapnya dengan lembut.  “Haruka, maafkan aku yang menjadikanmu seperti ini.”

Air mata Haruka semakin banyak yang jatuh.  “Itachi…” bisiknya dengan pedih.

“Ssh, jangan menangis.” Bisik Itachi sambil menghapus air mata Haruka dan menciumnya.

Telepathy

“Ah, Hanare.”

Hanare terkejut begitu mendengar suara panggilan itu.  “Otousama.”

Pria tua itu tertawa.  “Maaf mengejutkanmu.”

“Tidak apa-apa, Otousama.” Balasnya sambil tersenyum. Suara gesekan lantai dengan roda terdengar.  “Eh, Otousama memakai kursi roda?”

“Ah, kau pasti mendengar suaranya yang mulai berisik.” Kekeh Sakumo melihat keterkejutan di wajah menantunya.  “Aku tidak bisa berjalan sejak dua puluh tahun yang lalu.”

“Ah, maaf.”

“Tidak apa-apa.  Itu bukan masalah besar.  Jadi, apa yang tengah kau kerjakan?” tanyanya.

“Aku sedang membaca.” Jawabnya sambil tersenyum malu.

Sakumo menatap buku dengan banyak lubang timbul itu dan ia mengangguk paham.  “Kau tidak ikut dengan Kakashi?”

“Tidak.  Aku takut mengganggu pekerjaannya jika aku ikut.”

“Kehadiran istri tidak akan mengganggu.  Malah itu akan menambah semangat kerjanya.”

Hanare tertawa canggung.

“Kau tahu, awalnya ku pikir Kakashi tidak akan pernah menikah.”

“Eh?  Kenapa Otousama berpikiran seperti itu?”

“Yah, melihat sikapnya selama ini–” Sakumo angkat bahu.  “Kau mungkin tidak tahu ini, tapi bertahun-tahun yang lalu kau dan Kakashi pernah bertemu.”

“Eh?”

“Waktu itu Kakashi adalah seorang anak yang sombong dan tidak pernah mempedulikan keadaan di sekitarnya.  Sampai saat kami sekeluarga berlibur, aku dan almarhum istriku melihatnya menolongmu yang terjatuh.  Kami saat itu gembira sekali, kami pikir Kakashi akan seperti biasanya mengabaikan orang-orang sekitarnya.  Aku masih ingat wajahmu yang memerah sehabis menangis itu dan wajah Kakashi yang memerah saat kami pandangi.”

Hanare tertawa.  Ia tak menyangka bahwa ia dulu pernah ditolong Kakashi.  “Apa Kakashi masih ingat?”

Sakumo angkat bahu.  “Kau tanyakan saja padanya.”

Hanare tersenyum.

“Bagaimana keadaan Sakura?  Apa dia baik-baik saja di sana?”

Hanare mengangguk.  “Dia baik-baik saja.  Adikku selalu menjaganya di sekolah.”

“Sukurlah.  Setidaknya ada seorang lagi yang berbaik hati menjaganya.”

“Eh?  Seorang lagi?”

Sakumo tersenyum penuh arti.  “Setidaknya pemuda bernama Sasuke itu bisa dipercaya untuk menjaga putriku.”

Hanare balas tersenyum.  “Itu pasti.”

To be continue…

Makasih untuk yang udah menyempatkan diri kasih jejak berupa komentar untuk cerita yang membosankan ini.  Maaf banget nih kalo ceritanya makin ngawur. Yah namanya juga fanfic, makin dikembangkan makin ngawur #dikemplang-writer-laen. Oya, maaf juga baru update sekarang, dari kemarin sibuk sama tugas kuliah dan lain-lain, hontou ni gomennasai.

Rencananya chapter depan ini udah tamat, kalo butuh password untuk fanfic lain silahkan aja mention di twitter saya @Ayanoshida ntar saya DM deh, tapi kalo saya nggak nyahut-nyahut kirim aja e-mail ke yoshidayano@gmail.com e-mail helmputih kadang jarang dibuka,sankyuu Minna-san.

12 responses to “Telepathy (Chapter 6)

  1. akhirnyyya…..stlah skian lama nunggu…smpe ampir lupa
    eh muncul lg telepathyny……..senanggggnya…….crtanya bah kerennn kok…..wokelah nanti aku follow trus aku mention dahhh….hehhehhh

  2. omooo udh mu tamat XD
    akhh stlh skian lama ga di update /plak
    pnasaran brat sama prasaan kakashi ke hanare apalgi stlh dnger critanya sakumo ttg kakashi yg prnh nolong hanare 😀
    ga sbar nunggu part end nya lin 😀
    nt aqu mnta pw nya jga yoo 😉

  3. Uuwwaaahhh..
    Akhir’a di publish jg chap 6,, serius deh aku nunggu’a ampe lumutan..
    Kekekekeke… XD
    Jd Hanare udh tau alasan Kakashi nikahin dia?? Tp aku rs Kakashi sbnr’a udh suka sm Hanare..
    Seeenneeenngg,, akhir’a Hikaru bisa ketemu sm Ayah’a a.k.a Itachi..
    Mkn penasaran sm klnjtn hbgn Hanare n Kakashi..
    Nanti aku follow twitter’a ya, jgn lupa di follback.. @tia_jia..
    Oce.. 😀

    Jia Jung

Tinggalkan komentar