Telepathy (Chapter 3)

Summary: Chapter 3 Hanare bertemu dengan ayah dari Kakashi.  Sakura mendengar masa lalu Haruka setelah bertemu dengan wali kelasnya.

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: Alternative Universe, Out of Character, Own Character, Supernatural, Romance & Family

Inpired by The Eye (Movie), Soul (K-Drama), Tell Me A Lie (Manga One Shot © Gosho Aoyama), Blue Tears (Manga), Ao no Exorcist (Anime), The Sixth Sense (Hollywood Movie), Quick (K-Movie)

Notes: Haruno Sakura as Hatake Sakura, Hanare as Kuraki Hanare, Kuraki Haruka as Hanare’s young sister (OC)

Chapter 3 – Masa Lalu

Hanare melangkah sambil membawa bunga dan digandeng Haruka.  Hari ini hari Minggu dan keduanya berkunjung ke makam kedua orang tua mereka.  Dan terlebih lagi Haruka ingin mengunjungi satu makam yang tak jauh dari makam kedua orang tua mereka.

Hanare menaruh bunga di atas  makam ayah dan ibunya lalu mengatupkan kedua tangannya dan berdoa.  Haruka pun melakukan hal yang sama.  Setelah itu Haruka melangkah menjauhi Hanare dan berlutut di depan makam yang tak jauh dari makam kedua orang tua mereka dan mulai berdoa.

Hanare yang menyadari Haruka sudah tak ada disebelahnya hendak ikut beranjak ke makam yang dikunjungi Haruka, namun ia berhenti dan terdiam di depan makam kedua orang tuanya dengan pandangan kosong.  Pikiran Haruka kini bergaung di kepalanya.

Hanare menggigit bibir mencoba untuk menahan tangisnya.

‘Hikari, maafkan Okaasan yang tidak bisa menjagamu dengan baik.  Hontou ni gomennasai.’

Hanare cepat-cepat menghapus air matanya saat terdengar suara langkah Haruka yang menghampirinya.

“Ayo kita pulang!” suara parau Haruka mengagetkannya.

“Ah, ya.” Hanare membalas gandengan tangan Haruka.

“Hanare,”

Hanare terkejut mendengar suara yang dikenalnya.  “Kakashi?”

“Ah, ternyata benar itu kau.” Ujarnya terdengar senang.  “Kami baru dari makam ibu kami.”

Oneesama.” Suara seorang gadis membuat Hanare tersenyum.

“Kau sudah baikan?” tanya Hanare.

“Hm.” Sakura mengangguk.  Ia lalu melirik Haruka yang berdiri dengan mata dan hidung yang merah.  “Aku Hatake Sakura, salam kenal.”

“Aa… Kuraki Haruka.” Balas Haruka sekenanya sambil memalingkan muka.

Sakura menatap Haruka.  “Eh… kau… punya bayi?” gumam Sakura yang masih dapat didengar oleh mereka.

Haruka berjengit terkejut.  “Jika sudah tahu kau lebih baik diam saja!” balasnya dingin.

Sakura menundukkan kepalanya dalam-dalam.  Wajahnya merah padam.  “Maaf.”

Haruka masih meliriknya tajam.  Namun, Hanare menyikut lengan adiknya itu dengan keras sampai Haruka akhirnya membuang muka kesal.

“Maafkan dia.  Dia tidak sungguh-sungguh marah padamu.” Kata Hanare menenangkan Sakura.

“Karena kita sudah berkumpul di sini, bagaimana jika kita makan siang bersama?” tanya Kakashi.

*Telepathy*

Hanare merasa waktu berlalu begitu cepat.  Haruka sudah berhenti bekerja dan menyiapkan keperluan pernikahan dengan dibantu Sakura yang sudah merasa lebih baik.  Walaupun Haruka bersikap ketus pada Sakura, sebenarnya ia merasa nyaman dengan Sakura.

“Hanare,”

“Ah Kakashi.” Gumamnya terkejut.

“Kau siap berkenalan dengan Ayahku?”

“Eh?” Hanare merasakan jantungnya berdebar keras.  “Ayahmu?”

“Hn.” Jawabnya singkat.

“Tapi…”

“Kau tak perlu takut.  Ayahku tidak keberatan sama sekali.”

Hanare menyambut tangan Kakashi dengan gemetaran.  Kakashi hanya tertawa kecil melihat kegugupan Hanare.  Mereka berdua melangkah ke sebuah ruang kerja.  Sesekali Hanare meremas genggaman tangan Kakashi padanya saking gugupnya dia.

Otousama.” Sapa Kakashi tepat saat mereka berhenti.

“Ah, inikah Hanare yang kau ceritakan itu?” tanya suara berat itu.

“Ya.”

Hanare menarik nafas dalam-dalam dan mencoba tenang.  “Kuraki Hanare.  Senang bertemu Anda.”

“Ah, tidak perlu seformal itu.  Kau cukup memanggilku Otousama.  Toh kau akan menjadi anakku.”

“Terima kasih Otousama.” Balas Hanare sambil tersenyum.  Wajahnya yang kaku kini tersenyum lega.

Namun, pikiran Sakumo bergaung dan membuatnya sedikit terkejut.

‘Cinta pertama  Kakashi, eh?’

*Telepathy*

Hanare bergerak gelisah di tempat duduknya.  Pikiran Sakumo yang tak sengaja terdengar olehnya membuat ia tak bisa tenang.  Kakashi yang melihat Hanare duduk sambil saling menautkan kedua tangannya mengernyit heran.

“Tidak perlu gelisah seperti itu.  Acaranya akan mulai besok.  Kau masih akan ada waktu seharian dengan Haruka setelah ini.” Ujar Kakashi.

“Ah… ya.” Jawabnya ragu.

“Sakura dan Haruka sedang pergi jalan-jalan.”

“Eh?”

“Kurasa mereka lebih baik dibiarkan bersama dari sekarang.”

“Kau tidak takut jika mereka tidak cocok atau malah tidak bisa bersama?” tanya Hanare dengan nada cemas.

“Kau tenang saja.  Tak perlu mencemaskan mereka.”

“Bukan itu.  Hanya saja… aku masih mencemaskan Sakura.”

“Ah, tentu saja.” Balas Kakashi santai.  “Dia memang belum sembuh benar, tapi Akasuna Sensei mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja jika dalam pengawasan.  Dan aku rasa Haruka bisa menjadi pengawas yang baik.”

“Begitu?”

“Hn.”

Hening.

“Kakashi,” panggil Hanare.

“Ya?”

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Kakashi membulatkan matanya mendengar itu.

“Kakashi?” Hanare menunggu jawaban Kakashi.

“Kenapa kau menanyakannya?”

“Tidak… hanya saja… aku merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya.  Tapi, aku tak ingat.”

“Begitukah?”

Hanare mengangguk dengan canggung.  Kakashi mendekat padanya lalu memeluk Hanare.  “Jangan terlalu kau pikirkan.  Yang harus kau pikirkan adalah masa depanmu bersamaku.”

*Telepathy*

Haruka menguap bosan melihat Sakura menyodorkan sepatu berwarna hitam padanya.  “Yah, boleh.”

Sakura memekik gembira lalu meminta pelayan toko untuk membungkus sepatu itu dan gadis itu lalu berkeliling.  Diam-diam Haruka tersenyum melihat gadis itu sudah tidak terlihat histeris lagi.  Yah, setidaknya dia sudah kembali normal.

“Sakura,” suara seorang pria membuat Sakura mendongak.

“Ah Uchiha Sensei.”

Mendengar Sakura menyebutkan nama pria itu Haruka mengangkat kepalanya siaga.

“Kau baik-baik saja?” tanya pria itu.

“Ya.” Sakura mengangguk sambil tersenyum.  “Tak lama lagi aku akan kembali ke sekolah.”

“Itu bagus.” Ujar pria itu.  Sasuke balas tersenyum walau tipis.  Ia mengulurkan tangannya hendak menyelipkan rambut Sakura ke belakang telinga gadis itu sampai tiba-tiba seseorang menepis tangannya.

“Jauhkan tanganmu itu, Uchiha!” Haruka menarik Sakura kebelakangnya.

“Haruka Oneesan,” pekik Sakura kaget.  Ia menarik punggung jaket Haruka dan berbisik.  “Dia wali kelasku.”

Haruka masih menatap Sasuke tajam, sedangkan Sasuke balas menatap Haruka dengan dingin.  “Uchiha Sasuke, wali kelas Sakura.” Ujarnya sambil memperkenalkan diri.

“Kuraki Haruka.  Aku harap kau sebagai guru bisa menjaga tanganmu.”

Oneesan,” Sakura menarik tangan Haruka mengajaknya untuk pergi.  “Sumimasen Sensei.”

“Haruka-chan, lama tidak bertemu.” Seorang wanita paruh baya muncul dari belakang Sasuke dan memeluk Haruka.

Okaasan,” gumam Sasuke pelan.

Tubuh Haruka menengang kaku.  Sasuke dan Sakura terkejut melihat ibu Sasuke memeluk Haruka seakan-akan Haruka adalah teman yang sudah lama tak ia temui.  Sambil menggerakkan tangannya yang gemetar, Haruka balas memeluk wanita itu.

“Kemana saja kau?  Aku merindukanmu.”

Obasan,” suara Haruka tercekat ditenggorokannya.

“Sejak Itachi ke Amerika, kau tidak pernah main lagi.”

Wajah Haruka memucat mendengar nama Itachi disebut-sebut.  “A… aku sibuk.”  Jawabnya sambil memaksakan diri tersenyum.

“Oh, tak apa sayang.  Ah ya, kau sudah mengenal Sasuke?  Dia anak bungsuku.”

Hikaru mengangguk paham, ia pernah melihat foto pria itu yang dengan bangga ditunjukkan oleh ibunya.  “Ah, tidak.  Dia wali kelas Sakura.”

Haruka menarik Sakura ke depan.  “Ini Hatake Sakura.  Kakakku dan kakaknya akan segera menikah, jadi kami jalan-jalan bersama hari ini.”

“Sakura?  Nama yang cocok denganmu.” Ujar wanita itu ceria.  Matanya melirik Sasuke penuh arti.  “Ah, aku hampir lupa.  Sasuke, ini Haruka kekasih Itachi yang aku ceritakan itu.”

Haruka menarik nafas terkejut mendengar itu.  “Eh, bukan seperti itu…”

“Tidak perlu malu.” Ibu Sasuke mengedipkan sebelah matanya pada Haruka.  “Nah, kalian mampirlah ke rumahku.”

Sakura membalasnya dengan senyum dan anggukan kepala.  Haruka masih mematung ditempatnya setelah punggung Sasuke dan ibunya menjauh.  Sakura menatap Haruka dengan pandangan prihatin.  Sepertinya Haruka memiliki masa lalu yang menyedihkan dengan kakak Sasuke.

“Haruka Oneesan,” panggilnya.

“Ya ampun, percakapan barusan membuati aku sangat lapar.” Ujarnya tiba-tiba.

“Eh,”

“Sakura-chan, aku ingin makan.  Tapi, aku tak memiliki uang.”

“Ah itu…” Sakura mengangguk-ngangguk lalu menarik Haruka ke sebuah tempat makan kesukaannya.

*Telepathy*

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sakura.

“Sangat.  Terima kasih karena sudah menjadi penyelamatku hari ini.”

“Hm.” Sakura tersenyum.  Belanjaan mereka yang banyak berjajar tak jauh darinya.  Walau piring-piring sudah kosong mereka masih bertahan dengan alasan untuk menurunkan makanan.

Hening membuat perasaan Sakura tak nyaman.  “Ano…  Haruka Oneesan.”

“Hn?” balas Haruka setelah membanting cawan ocha.

“Apa Oneechan baik-baik saja?”

Haruka ingin sekali membentak Sakura untuk menyuruhnya diam.  Kepalanya sudah cukup pusing memikirkan pertemuannya dengan ibu Uchiha Itachi tadi.  Namun, ia berusaha menahan dirinya.  Ia sudah mendengar nasihat panjang Hanare untuk tidak membuat Sakura merasa tak nyaman.

“Yah, kau bisa melihatnya sendiri.”

Sakura bergerak gelisah di tempat duduknya.  “Apa itu karena Obasan tadi?”

“Ah… Mikoto Obasan.  Dia ibu yang baik.”

Sakura meremas roknya dengan gugup.  Apakah ia harus menanyakannya pada Haruka.  “Jadi, kau dulu kekasih kakak Sasuke Sensei?”

Haruka menggeleng.  “Tidak.  Kami tidak berhubungan seperti itu.  Aku bertemu dengannya saat bunkasai.  Saat itu aku menjaga stand klub sastra klasik dan dari sanalah kami mulai berteman. Dia datang ke acara bunkasai sekolah karena ia adalah alumni SMU tempatku belajar.  Beberapa kali aku selalu memintanya menjadi guru lesku.  Walaupun aku dan dia berbeda delapan tahun.  Tapi, aku sama sekali tak masalah berteman dengannya.”

Sakura mendengar cerita itu baik-baik.  “Apa… Itachi-san ayah dari bayimu?”

Sakura dapat melihat jelas Haruka menahan nafas terkejut.  Cepat-cepat Sakura minta maaf atas kelancangannya bicara.

Haruka mengibaskan tangannya sebagai isyarat bahwa ia tak apa-apa.  “Tak perlu minta maaf.  Rasanya kejadiannya baru kemarin terjadi.”

“Kau tidak perlu bercerita jika kau tak mau.”

“Tak apa.  Sudah terlanjur, tidak akan menyenangkan jika kau akan menebak-nebak terus.”

Sakura mengangguk.  “Jadi benar bahwa dia adalah ayah dari bayimu?” ulangnya.

“Hn.” Haruka mengangguk.  “Tapi, itu karena dia marah.  Dia menghancurkan hidupku karena ia dendam pada kakakku.”

“Hanare Oneesama?”

“Kecelakaan kakakku berhubungan dengan kematian kekasihnya.  Jadi, pertemanan yang kami jalin selama ini hanyalah modus untuk menghancurkan kakakku.”

Sakura makin mencengkeram erat roknya.  “Kejam sekali.”

Haruka yang merasakan air matanya mengalir dengan cepat menghapusnya.  “Setelah kejadian itu, aku tak pernah menemuinya lagi.  Aku pindah ke sebuah apartemen dengan biaya murah bersama Aneeki.  Aku bersembunyi dari dunia luar sampai aku baru menyadari bahwa aku mengandung anaknya.  Tapi, sayangnya anakku meninggal.”

“Apa Mikoto Obasan mengetahui hal ini?”

Haruka menggeleng pelan.  “Tidak.  Dia tidak ada hubungannya dengan masalahku.  Lagipula, Mikoto Obasan selalu baik padaku.”

Sakura terdiam.  Ini pertama kalinya ia mendengar cerita seperti itu.  Sekarang ia memahami mengapa Haruka membentaknya di pemakaman waktu itu.  Pasti Haruka sedih ditinggalkan oleh putranya yang juga meningatkannya akan masa lalunya yang menyedihkan.

“Maafkan aku.”

Haruka menatap Sakura tak mengerti.  “Untuk apa?”

“Saat dipemakaman itu… aku mengatakan hal yang tidak seharusnya.”

Haruka mengangguk kaku.

“Lalu, bagaimana dengan anakmu yang satunya?” tanya Sakura.

Haruka mengangkat kepalanya terkejut dan menatap Sakura tajam.

Ditatap seperti itu, Sakura meremas roknya lagi.  “Hanare Oneesama mengatakan kau melahirkan anak kembar.”

“Lalu?” Haruka masih menatap Sakura tajam.

“Eh lalu… kau bekerja terus karena anakmu.”

“Jangan katakan apa pun tentang ini, terutama dihadapan gurumu itu!” sergahnya tak senang.

*Telepathy*

Hanare memejamkan matanya berusaha menepis umpatan-umpatan dalam hati para wanita yang menghadiri pesta pernikahannya.  Ia jadi penasaran, setampan apakah Hatake Kakashi sampai gadis-gadis itu tak berhenti menjelek-jelekannya dalam hati.  Sambil menarik nafas Hanare meraba meja dan meraih segelas minuman dan cepat-cepat meneguknya.

Hanare terdiam.  Seingatnya minumannya tadi adalah jus jeruk kesukaannya, tapi kenapa berubah menjadi lemon tea begini?

“Ini minumanmu.” Hanare merasakan tangan Kakashi yang menyodorkan jus jeruk padanya.

“Ah, maaf.” Wajah Hanare memerah.  “Aku tak tahu.”

Kakashi tersenyum tipis dan melirik adiknya dan Haruka sedang mengobrol.  Ia cukup senang melihat Sakura akrab dengan Haruka, terlebih lagi nanti mereka akan satu sekolah pada bulan April ini.  Rasanya tak ada yang lebih menyenangkan lagi selain melihat adiknya yang bisa tersenyum seperti semula dan istri yang cantik berada di sisinya.

“Kakashi,”

Melihat wajah Hanare yang memohon Kakashi bertanya, “Ada yang kau butuhkan lagi?”

Hanare tersenyum lemah.  Walaupun matanya tak bisa melihat Kakashi, ia tetap ingin Kakashi melihatnya.

“Jangan tersenyum seperti itu di hari pernikahan kita.” Bisiknya.

“Seorang anak haruslah selalu dekat dengan orang tuanya.”

Kakashi mengangguk.  Ia sudah mengerti kemana arah pembicaraan Hanare.

“Tentu.”

“Oh, terima kasih.  Aku berhutang banyak padamu.” Katanya dengan mata yang berair.  Pikirannya menerawang saat dimana Haruka menghilang selama tiga hari dan setelahnya mengurung diri di kamar.  Sejak hari itu Hanare rasanya tak bisa memaafkan dirinya sendiri.  Ia yakin, ia bisa membuat hidup Haruka menjadi lebih baik jika ia menikah dengan Hatake Kakashi.

Namun, hal yang mengganjal itu terasa menyesakkannya.  Siapa sebenarnya Kakashi?  Mengapa ia tiba-tiba muncul dan mengajaknya menikah?  Apakah ada hal yang disembunyikan Kakashi darinya?

“Hanare,”

“Ah eh… ya?” Hanare terkejut.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Oh itu… aku… hanya yah, merasa senang.  Senang memikirkan reaksi Haruka saat ia bisa mengurus Hikaru nanti.”

“Ah, ya.  Apa kau menginginkannya?”

“Eh?” Hanare mengernyit tak mengerti.

“Apa kau menginginkan seorang anak?”

Seketika wajah Hanare memerah.  “Yah… sebagai seorang wanita tentu saja….” Hanare menghentikan ucapannya saat menyadari wajahnya terasa memanas.

Kakashi terkekeh geli.  “Aku pun menginginkannya.” Ujar pria itu sambil merangkul Hanare.

*Telepathy*

“Kau yakin tidak ingin pergi ke suatu tempat?” tanya Kakashi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Entahlah Kakashi.  Tapi jika kau ingin berlibur aku akan menemanimu.  Kudengar dari Yamato dan Ayame, kau bekerja terlalu keras.”

Kakashi tersenyum.  Pria itu duduk di tempat tidurnya sambil memandangi Hanare yang duduk di kursi depan meja rias dengan gaun tidurnya yang berwarna putih.  “Baiklah, tak apa jika aku mengajakmu ke suatu tempat?”

“Ya, selama itu adalah tempat yang aman.”

Kakashi terkekeh.  Ia menarik Hanare untuk duduk di sampingnya dan menggenggam tangan gadis itu.  “Terima kasih.”

Hanare mengernyit heran.  “Untuk apa?”

“Untuk menjadi istriku.”

Wajah Hanare memerah.  Ia tiba-tiba terlihat salah tingkah dan itu membuat Kakashi terkekeh.  “Seharusnya aku yang mengucapkan terima kasih.  Walaupun ini tergolong cepat, tapi kau membuat bebanku terangkat.”

Kakashi tersenyum lalu memeluk Hanare.  “Aku ingin melindungimu, Hanare.”

“Eh?” Hanare mematung.  Apa maksud ucapan pria itu?

“Lebih baik kita tidur.  Besok, kita akan pergi pagi-pagi sekali.”

Hanare mengangguk lalu menarik selimutnya.  Ia dapat merasakan Kakashi berbaring di sebelahnya dan tangan hangat pria itu menariknya dalam pelukannya.  Hanare tersenyum lembut sampai kantuk yang luar biasa mulai menyerangnya.

*Telepathy*

Senyum bahagia seorang ibu terpancar di wajah Haruka, begitulah yang Sakura lihat saat ini.  Hikaru, balita berumur tiga tahun itu sedari tadi melompat-lompat dengan satu kakinya dan berjalan ke arah Haruka sambil berjinjit.  Terkadang ia menyenandungkan lagu yang tak jelas dan membuat Sakura terkikik geli.

“Suatu hari nanti kau akan tahu bagaimana rasanya melihat anakmu tumbuh.”

Sakura yang tadinya manatap Hikaru kini menoleh ke arah Haruka.  “Aku senang kau baik-baik saja.”

Haruka tersenyum.  “Jadi, apa yang membuatmu mampir kemari?”

“Aku mengantarkan seragam sekolah dan peralatan sekolah.” Sakura menyodorkan kantong yang terbuat dari kertas pada Haruka.

Haruka terdiam, matanya kosong.

“Haruka Oneesan,”

“Bagaimana dengan Hikaru?”

“Saat kita berangkat sekolah seseorang akan mengurusnya.”

Haruka terlihat berpikir.

“Hanare Oneesama ingin melihatmu meneruskan sekolah.  Terlebih lagi, sebenarnya… aku ingin di sekolah kita selalu bersama-sama.”

Haruka menatap Sakura sambil tetap diam.

“Kau adalah teman pertamaku.  Dulu, aku selalu sendiri di sekolah.  Tak ada seseorang yang mau berteman denganku.” Jelasnya dengan pandangan menerawang.

Haruka menatap Sakura dalam-dalam. Sepertinya ada sesuatu di sekolah yang menganggunya.   Sakura seperti tak pernah senang jika membicarakan tentang orang-orang yang dekat dengannya.  Apa yang sebenarnya terjadi pada Sakura dulu?

To be continue…

Yo!  Sorry lama nggak update-update.  Tugas kuliah yang bertambah kian hari membuat saya menelantarkan cerita ini. Oke, makasih untuk reader yang udah baca dan menyempatkan komen dan kasih kritik untuk cerita ini.

11 responses to “Telepathy (Chapter 3)

  1. TUNGGU……….!!!!
    Jd, haruka itu prnah hamil, trus ngelahirin anak kembar tp yg satu meninggal? Trus anakny yg msih hidup itu nmany Hikaru?? Trus dia hamil sm siapa? Itachi??
    Hadooooooohh, nih cerita keren deh, bsa bkin bingung ( ‘-‘)b

  2. akhir’a… Keluar jg ini cerita, nunggu lama bgt ampe rada2 bingung lg sm cerita’a..
    Akhir’a Kakashi n Hanare nikah, tp apa itu bnr kalo Hanare first love’a Kakashi?? Kasihan ya Haruka, kehilangan satu anak’a..
    Tp msh pnsrn sm Kakashi..
    Smga chap 4 jgn lama ya..

    Jia Jung

  3. Wah mst bca dri awal neh kykny, udh agk lupa soalny neh crt..

    Tp yeah akhirny hanare ma kakashi married jg… Tp apa hanare ma kakashi prnh ktm ya? Ato jgn2 yg bkin hanare buta gr2 kakashi??? Pnsrn…

    Jgn lama2 ya thor lanjutanny

Tinggalkan komentar