[FF Lomba – Rate T Romance ] Gara Gara Diary ( Oneshot )

[ RATE-T Romace] Gara Gara Diary

Judul               : Gara Gara Diary

Author             : Hatmint

Main Cast        : ~ Min Hachan           aka       Min Hachan (Raya)

                          ~ Seo Johyun                        aka       Min Seohyun (Shane)

                          ~ Choi Minho            aka       Choi Minho

                          ~ Lee Taemin            aka       Lee Taemin

Annyeong….

Ini adalah cerita asli dari khayalanku.

Dan bagi castnya, aku hanya meminjam nama untuk memerankan cerita buatanku. Maaf jika ceritaku tidak tergolong bagus. Untuk pengembangan, harap beri kritik dan sarannya. Gomawo and Happy Reading

^_^
***
~Author POV~

“Taemin… bangun…..” triak Minho di telinga Taemin yang sedang tertidur lelap.

“Nnnnn nae……” jawab Taemin seraya bangun dari tidurnya.

“Lihatlah ini sudah jam berapa? Apa kau tidak berangkat ke sekolah. HAH…?????” Tanya Minho

Mata Taemin terbelalak melihat jam bekernya. “OMO……!!!!! Pukul 6.30…… aku belum mandi…!!!!” teriak Taemin.

Taemin berlari menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Taemin sudah dalam keadaan rapi menggunakan seragam sekolahnya.

“Ayo berangkat.” Ajak Taemin ke Minho yang sedang memakan sandwicenya santai.

“Apa kau tidah melihat kalender? Hari ini kan hari libur” kata Minho lalu tertawa lucu. Puas bisa mengerjai sepupunya. “Aku hanya megerjaimu tadi. Kekeke” sambung Minho.

“Jiahhhhh HYUNG…..!!!!!!!!!!!!” teriak Taemin marah karna dikerjai sepupu sekaligus sahabatnya.

“Sudah sudah. Lebih baik kau makan dulu saja. Aku ingin mengajakmu keluar ke mall. Kita sudah kehabisan peersediaan makanan dan tadi appa ku dan appa mu sudah mengirimkan uang bulanan kita” terang Minho untuk menghentikan amarah Taemin.

“Hhh…… baklah…” dengus Taemin seraya duduk dan mencomot sepotong sandwich buatan Minho.

***
@MALL

Siang hari di kota Busan yang panas, tidak menyurutkan keinginan kedua namja yang baru saja keluar dari sebuah apartment di dekat SMA Busan, untuk pergi ke Mall yang letaknya hanya beberapa blok dari apartment mereka.

“Hyung,,, tumben ya appa dan eomna kita tidak menjenguk kita” Taemin mengajak Minho bicara agar jarak yang mereka tempuh tidak berasa lama.

“Entah. Tadi saat appa dan eomna ku menelfon, dia bilang sedang ada acara keluar kota bersama dengan appa dan eomna mu. Entah acara apa. Soalnya mereka tidak menceritakannya kepada ku” jawab Minho tenang.

“Kau merindukan mereka?” sambung Minho merasa dongsaengnya itu merindukan kedua orang tuanya karna sudah sejak natal kemarin, mereka tidak bertemu. Lagi pula, hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 18 tahun.

“Ya hyung..” kata taemin lemah.

Pembicaraan mereka terhenti saat mereka sampai di depan mall. Segera mereka masuk dan membeli apa saja yang mereka perlukan untuk satu bulan kedepan. Tak lupa pula, Minho membeli sebuah kue tart dan lilin berbentuk angka 1 dan 8.

Di tengah acara belanja mereka dan saat mereka tengah membayar belanjaan mereka, ponsel Taemin berbunyi.

“Yeboseo…mwo!!!? Nae…. Aku akan segera kembali.” Kata Taemin cemas lalu memutuskan telfonnya.

“Ada apa taem?” Tanya Minho

“Appa,,,… kita harus segera kembali hyung….” Pinta taemin.

“Nae…..” setelah mereka membayar belanjaan mereka, mereka segera kembali untuk berkemas menuju rumah Taemin di DongBong Gu.

Tapi,,,, saat mereka membuka pintu apartment mereka,,,,,

Mereka dikejutkan dengan pintu apartment yang tidak terkunci. Padahal sebelumnya, mereka telah menguncinya. Dan yang punya kunci duplikatnya hanya mereka berdua dan keempat orang tua mereka. Ketakutan mulai merayapi mereka.

“Hyung, kau sudah mengunci pintunya kan…?” tanya Taemin curiga.

“Nae. Aku tadi sudah benar benar menguncinya.” Minho menjawab pertanyaan Taemin dengan cemas. Takut kalau benar ada pencuri yang memasuki apartment mereka.

“Aish…. ya sudahlah. Ayo kita masuk. Kita lihat saja” kata Minho berani sambil melangkah masuk.

“Nae… Ayo…” balas Taemin mengikuti Minho sambil membawa belanjaan mereka.

Tiba tiba…….

“A~” triak Taemin kaget.

~Author POV~

Taemin menaiki tangga dengan langkah panjang. Saking paniknya, dia menaiki dua tangga sekaligus. Sesampainya di dalam aparteman, Taemin mengedaran pandangannya ke sekeliling. Tidak ada apa apa. Saat Taemin memasuki kamarnya, sebuah kejutan dari orang orang yang menyayanginya membuatnya shock.

“Saengil chukae hamnida Saengil chuae hamnida Saengil chukae hamnida Taemin Saengil chukae hamnida” nyanyian selamat ulang tahun dari kedua orang tua Taemin dan Minho serta Taesun membuat Taemin terharu. Apalagi Minho yang melihat mereka memberian kejutan itu, mulai menyalakan lilin dan meletakkan lilin itu di atas kue tart yang mereka beli tadi.

“Saengil chukae Taemin…” kata Minho seraya menyusul Taemin dan meletakan kuenya disamping kue yang dibawa orang tua mereka.

“Nah sekarang, ucapkan harapanmu dan tiup lilinnya” perintah eomna Taemin.

Taemin menurut.

“Yay…” teriak semuanya senang. Pesta yang cukup sederhana itu berjalan dengan ceria.

***

Taemin dan Minho berangkat ke sekolah mereka dengan berjalan kaki. Karena aparteman mereka dengan sekolah hanya berjarak 15 menit jika di tempuh dengan berjalan kaki.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, suasana seolah terlihat mulai ramai. Segera mereka memasuki kelas masing masing yang biasa digunakan mereka belajar selama 1 semester ini.

“Hei Taemin-ya” panggil Lee Jinki. Ketua kelas osis.

“Waeyo?” tanya Taemin dan Minho bebarengan.

“Apa kalian sudah tahu, hari ini akan ada siswi baru yang menempati ruang kelas kita. Namanya Choi Hachan dan Choi Seohyeun.” Terang Onew semangat. Onew adalah siswa tercerdas sekolah ini. Selain sebagai ketua kelas, dia merupakan cucu dari pendiri sekolah ini.

“Mereka pindahan dari New York. Dan yang aku dengar Choi Seohyeun satu kelas dengan Onew dan Jonghyun.” Tambah Key. Memang Key update dengan berita berita yang biasanya belum diketahui oleh siswa lain. Maklum, salah satu pamannya adalah staff pengajar di sekolah ini.

“Cantik tidak?” tanya Minho meremehkan.

“Lihat saja nanti.” Tantang Key.

Bel tanda pelajaran dimulai, mulai berdering.

Semua siswa siswi segera memasuki ruang kelas untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sang ketua kelas memimpin untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. Agar ilmu yang mereka dapatan, dapat bermanfaat dikemudian hari.

Tak lama kemudian, seorang guru memasuki ruang kelas mereka. Di kelas Taemin, seorang guru memasuki kelas bersama kepala sekolah dan seorang siswi yang mengenakan seragam sekolah mereka. Hanya saja, dari wajahnya terlihat kalau dia masih asing dengan yang berkaitan dengan Korea dan sekolah itu. Terlihat dari caranya menata rambutnya. Rambut yang seharusnya dibiarkan tergerai itu, diikatnya ke belakang bagai ekor kuda.

“Annyeonghi gaseyo. Hari ini kita mempunyai siswi baru. Dia pindahan dari New York. Dan saya harap, kalian bisa saling bekerja sama.” Harap Kepala sekolah yang dibalas ucapan setuju dari para murid.

“Eh Key, bukannya hanya siswa dengan grade yang tinggi yang boleh masuk ke kelas ini. Kelas ini kan khusus untuk orang yang berotak encer.” Bisik seorang siswa yang terlihat tidak suka dengan siswi baru itu.

“Sudah. Lihat saja nanti. Aku yakin kepala sekolah telah mempertimbangkan semuanya” jawab Key tenang.

“Baiklah, silahkan kau perkenalkan nama dan dari mana kau berasal. Saya masih ada tugas. Jadi saya permisi dahulu.” Ucap sang Kepala Sekolah lalu berlalu menuju ruangnya.

“Hai gals. Choi Hachan ibnida. Aku berasal dari New York. Ayahku yang memintaku dan eonniku untuk bersekolah disini. Karena mereka ingin aku dan kakakku mengingat Korea yang telah menjadi tanah airku.” Terang Hachan.

“Dari mana sekolahmu?” tanya Key.

“Aku berasal dari North London high school” jawab Hachan.

“Kenapa dahulu kau tinggal di NY?” tanya salah satu siswi.

“Appaku. Dia memintaku untuk ikut tinggal bersamanya.” Jawab Hachan lagi. Dia sedikit bosan dengan pertanyaan itu. Pertanyaan yang tidak asing baginya.

“Kenapa kau tidak ikut dengan eomnamu?” tanya Taemin penasaran.

“Taemin, sudah cukup pertanyaannya. Kalian bisa bertanya padanya nanti.” Potong Miss Hwang.

“Hachan, kau bisa duduk di bangku yang kosong itu.” Sambung Miss Hwang sambil menunjuk bangku di sebelah Taemin.

“Sekarang, kalian buka buku paket kalian halaman 135 tentang TEORI ASAM BASA.” Perintah Miss Hwang.

~Taemin P.OV~

“Kenapa kau tidak ikut dengan eomnamu?” tanyaku penasaran.

“Taemin, sudah cukup pertanyaannya. Kalian bisa bertanya padanya nanti.” Potong Miss Hwang.

“Mwo?” pekikku kaget. Karena saat giliranku, aku malah tidak di ijinkan bertanya.

“Hachan, kau bisa duduk di bangku yang kosong itu.” Sambung Miss Hwang sambil menunjuk bangku di sebelahku.

‘Kenapa harus denganku?’ batinku. Jantungku berdeta lebih cepat saat dia berada di dekatku. Entah kenapa? Padahal kami kan baru bertemu.

“Sekarang, kalian buka buku paket kalian halaman 135 tentang TEORI ASAM BASA.” Perintah Miss Hwang. “dan Taemin, bisakah kau berbagi buku dengan Hachan?” sambung Miss Hwang.

“Nae Miss” jawabku. Segera ku letakkan buku paket Kimia di tengah mejaku dan Hachan.

Hachan menyimak setiap keterangan yang diberikan Miss Hwang. Dia tidak terlihat kesulitan dengan pelajaran yang diterimanya. Namun, sesekali ku pergoki pandangannya yang melirikku mencoba mengenali siapa aku.

“Yak. Cukup sekian pelajaran hari ini. Jika ada yang belum jelas, kalian bisa menanyakannya di luar jam pelajaran.” Kata Miss Hwang mengakhiri pelajaran kimia hari ini. Tak lama kemudian bel tanda istirahat berbunyi. Sebagian murid keluar kelas untuk menuju ke kantin sekolah.

“Taemin, kau tidak keluar?” tanya Key.

“Ani hyung. Aku belum lapar.” Tolakku.

“Taemin, kajja kita ke kantin sekarang.” Ajak Minho hyung yang tiba tiba sudah ada di depan pintu kelasku. Pada saat yang bersamaan, kakak Hachan juga memasuki ruang kelasku.

“Raya, lets go to the canteen. You must be hungry.” Ajak kakak Hachan. Tapi, aku agak asing saat kakak Hachan memanggil Hachan dengan nama Raya.

“Come on Shane. Stop call me like that. This is Seoul not New York. You should call me Hachan and talk with hanguel” gerutu Hachan.

“Nae. Kajja.” Ajak Shane seraya menarik tangan Hachan ke kantin sekolah.

“Taemin…” seret Minho hyung. Ternyata dari tadi aku mengamati pertengkaran kecil Hachan dengan kakaknya.

“Eh Nae…” gagapku.

***

“Hyung, siapakah nama korea kakak Hachan?” tanyaku saat kami tengah makan malam di apartemen kami.

“Kenapa? Kau ingin tahu?” selidik Minho hyung.

“Ani. Aku hanya penasaran saja. Kenapa Hachan memanggilnya Shane?” tanyaku lagi

“Itu karena namanya di New York adalah Shane. Nama koreanya adalah Seohyun. Apa Hachan tidak menceritakannya padamu?” Minho hyung balas bertanya padaku.

“Ani hyung. Kita tidak sempat mengobrol. Saat perkenalan saja, aku tidak sempat bertanya. Saat aku mau bertanya, Miss Hwang menghentikanku”. Terangku jujur.

“Mungkin kau salah bertanya. Sudahlah, lanjutkan makanmu. Setelah itu, kerjakan tugas sekolahmu lalu tidur.” Perintah Minho hyung seperti eomnaku.

“Nae hyung…..” kataku lalu melanjutkan makanku dan menjalankan perintah Minho hyung. Dia sendiri sudah asyik dengan buku soal yang ada di depannya.

***

~Hachan P.O.V~

“Telefon rumah kembali berdering. Tadi dari Auntie Sicca. Kali ini dari siapa lagi?” gerutuku dalam hati. Sedari tadi, telefon itu berdering. Ingin rasanya kucabut saja kabel telefon itu. Agar tidak ada yang mengganggu konsentrasiku membaca novel favoriteku.

“Hai Raya, kenapa kau tidak mengangkatnya?” tanya Seohyeon eonni atau yang sering dipanggil Appa dengan nama Shane. “Siapa tahu, Dady yang menelfon.” Lanjut Shane sambil mengangkat gagang telefone.

“Yeboseyo?” sapa Shane ramah.

“Yeboseyo? Shane, kau menggunakan bahasa Korea?” sapa seseorang di seberang.

“Dady…..” pekik Shane senang.

“Dady…” pekikku kaget. “Shane, handsfree saja.” Pintaku. Lalu Shane menekan tombol handsfree.

“Hai girls. How’s everything? Dady miss you so much. Apartemen serasa sepi tanpa kalian. Bahkan, auntie Sicca sering bertanya keadaan kalian. Jadi aku berikan saja nomor telefon apartemen kalian.” Terang Siwon. Appaku.

“Jinja? Tadi baru saja auntie Sicca menelfon.”kata Shane.

“Dady, why you sent us here?” tanyaku.

“Itu karena permintaan Momy. Ray. Dady hanya menurut saja.” Jawab Dady.

Saat Dady menyebut Momy, air mataku menetes. Aku merindukan kehadirannya. Bagaimana tidak? Momy meninggalkan ku ketika aku berumur 1 tahun dan Shane berumur 2 tahun. Dan yang membuatku sedih, Momy meninggal karena anemia.

“Ray…” tegur Shane. Tanpa sadar, aku malah melamun. Bahkan, pertanyaan Dady tidak kusimak seperti biasanya.

“Eh ye? Ada apa?” tanyaku tak mengerti.

“Dady bertanya apakah kau menikmati hari pertamamu di school?” ucap Shane mengulang pertanyaan Dady.

Aku tak mampu berkata tidak. “Ya Dady. Aku menikmatinya. Semuanya ramah padaku.” Jawabku jujur masih dengan perasaan mengganjal tentang Momy. “Dady, Shane, sebaiknya aku tidur duluan. Aku sudah mengantuk.” Pamitku lalu berlalu ke kamarku.

Sayup sayup kudengar suara Shane yang masih asyik berbincang dengan Dady. Dan tak lama kemudian, aku telah tertidur.

***

“Raya… get up. You should prepare to school…” ucap Shane membangunkanku.

Dengan mata yang masih terpejam, aku melangkah menuju kamar mandi yang ada di sebelah lemari bajuku.

“Eh, Raya, bukan itu…” pekik Shane lalu menuntunku menuju kamar mandi. Karena ternyata, pintu tadi yang ku tuju adalah pintu lemari bajuku. Shane mengusapkan tangannya yang telah dia basahi hingga aku bangun.

“Shane……………..” pekikku

Shane hanya terkikik geli melihatku yang gelagaban. “Ppali. Kau bisa telat.” Katanya seraya mengacak rambutku. Lalu berlari ke luar kamarku.

15 menit kemudian, aku telah siap dengan seragam sekolahku dan diriku yang telah segar kembali. Sekali lagi, kupandangi pantulan diriku dari kaca. “Tidak begitu buruk. Aku cantik.” Gumamku.

“Raya… Ini sandwich dan milk mu. Cepat kau makan. Aku akan memanasi mesin mobil. Setelah itu, kunci pintunya dan segera susul aku di garasi. 15 menit kau tidak turun, aku akan meninggalkanmu agar kau berangkat sendiri.” Ancam Seohyun eonni.

“Eh,, tunggu… lebih baik aku makan di mobil saja…” aku segera mengganti gelas susuku dengan gelas bertutup yang bisa dibawa bepergian. Lalu menyomot sandwich yang telah disiapkan Seohyun eonni.

“Kajja.” Ajakku semangat lalu mengunci pintu apartemen kami.

Kami berjalan beriringan menuju garasi khusus untuk orang orang yang tinggal di apartemen ini.

Seohyun eonni menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Sedangkan aku memakan sarapanku sambil membaca novel yang kemarin baru aku beli.

“Ray, kita sampai.” Seohyun eonni membuyarkan konsentrasiku membaca Novel.

“Nae eonni. Aku duluan ya…” pamitku lalu keluar dari mobil untuk menuju ke kelas tanpa menunggu jawaban darinya.

“Hachan-ah” panggil Taemin.

“Ye. Ada apa?” tanyaku.

“Kemarin, sepulang sekolah, Miss Hwang memintaku untuk memberitahumu. Jika kau belum mendapatkan buku, kau diminta untuk menemuinya istirahat nanti.” Kata Taemin.

“Oh. Nae. Gomawo atas pemberitahuannya. Eh, maukah kau nanti menemaniku? Aku belum tahu dimana ruang kerja Miss Hwang.” Pintaku

“Nae. Nanti aku temani.” Katanya senang. Aku dapat melihat binar senang dari sudut matanya yang cerah. “Kalau begitu, mari kita menuju ruang kelas bersama.” Ajaknya ramah.

“Nae. Kajja.” Aku mengikuti langkah panjangnya. ‘Lee Taemin, tahukah kau? Kau membuatku tidak dapat melupakanmu’ batinku senang.

Tanpa kami sadari, ada dua pasang mata yang mengawasi langkah beriringan kami. Aku tidak tahu siapa mereka. Tapi, aku hanya menganggapnya sebagai seorang teman saja. Atau mungkin Momy yang mengawasiku.

~Minho P.O.V~

“Hei Taemin, kenapa kau terburu buru?” tanyaku heran yang melihat gelagat aneh Taemin. Hari ini sangat berbeda dia telah berseragam rapi. Padahal, biasanya dia baru akan mandi. Semenjak pulang sekolah kemarin, dia terlihat aneh. Selalu senyum senyum sendiri dan melamun. Bahkan kini, lagu lagu cinta yang dia putar.

“Ah, ani hyung. Aku hanya ingin berangkat duluan. Ada seseorang yang harus ku temui. Ini permintaan dari Miss Hwang.” Katanya bersemangat lalu keluar seraya menyambar tasnya tanpa mengambil roti dan susu miliknya.

“Taemin… Tunggu…” teriakku. Namun, dia tidak mendengarkannya. Kumasukkan makanan Taemin ke kotak bekal beserta  susu kotak yang belum sempat disentuhnya.  Segera kususul Taemin. Lagipula, 30 menit lagi bel tanda masuk berbunyi.

Ku ikuti langkahnya. Aku tertegun saat melihat sebuah mobil Hyundai merah. Dari kaca depannya yang dibuka, terlihat Seohyun yang berada di belakang kemudi dan Hachan yang asyik dengan novel tebalnya.

Hachan, veoja itu, kenapa setiap melihatnya, aku selalu merasa aneh, bagai ada perasaan lain di dalam hati yang sudah lama aku tutup dari semua yang berbau veoja.

Sedangkan Taemin yang tadi kulihat santai, kini terlihat berlari memasuki gerbang sekolah. Sepertinya, dia ingin meyusul mereka.

“Hachan-a” panggil Taemin. Saat dia melihat Hachan berjalan keluar dari mobil mereka. Benar dugaanku. Taemin berangkat pagi hanya ingin bertemu dengan Hachan.

“Ye. Ada apa?” tanya Hachan.

“Kemarin, sepulang sekolah, Miss Hwang memintaku untuk memberitahumu. Jika kau belum mendapatkan buku, kau diminta untuk menemuinya istirahat nanti.” Kata Taemin.

“Oh. Nae. Gomawo atas pemberitahuannya. Eh, maukah kau nanti menemaniku? Aku belum tahu dimana ruang kerja Miss Hwang.” Pinta Hachan.

“Nae. Nanti aku temani.” Katanya senang. Aku dapat melihat binar senang dari sudut matanya yang cerah. “Kalau begitu, mari kita menuju ruang kelas bersama.” Ajaknya ramah.

“Nae. Kajja.” Balas Hachan. Kulihat, keduanya berjalan berirringan menuju kelas mereka. Ada sedikit perasaan marah saata aku melihat mereka berjalan bersama.

Selama beberapa saat, aku tertegun dengan apa yang aku lihat. Hingga suara bel tanda pelajaran dimulai berdering. Aku keluar dari tempat persembunyian yang ternyata diikuti seorang veoja. Ternyata dia tadi juga melihat kejadian Taemin dan Hachan. Namun, ada hal yang membedakannya dariku. Dia berekspresi senang. Sedangkan ku? Aku merasa marah dengan Taemin. Entah apa.

Seohyun hampir terjatuh karena tersandung akar pohon. Secara reflek, aku menangkapnya dan memeluknya. Mata kami saling bertatapan. Kulihat dari matanya ada rasa shock karena hampir jatuh.

“Eh, mianhae” Kata Seohyun yang membuatku tersadar kembali lalu melepaskan pelukanku. Kulihat, pipinya bersemu merah.

“Nae. Cheonmaneyo. Kajja kelas akan segera dimulai.” Ajakku lalu melangkah mendahuluinya. Dia mengangguk pelan dan mengikutiku menuju ke kelas yang ternyata sudah ada Mr Park. Guru matematika yang paling killer di sekolah ini.

“Kalian, darimana saja?” tanya Mr Park dingin dan tegas.

“Mianhae Mr Park. Kami terlambat.” Ucap Seohyun meminta maaf.

“Saya tahu kalian terlambat. Dan sesuai peraturan yang ada, siswa yang terlambat harus keluar dari kelas saya. Apapun alasannya!” tegas Mr Park.

Kulirik wajah Seohyun yang memucat. Aku yakin , baru kali ini dia mendapatkan guru se killer ini. Segera ku lirik Onew. Dari sorot matanya mengatakan “Akan aku usahakan tidak lama”. Dan aku balas dengan tatapan “Usahakan biar aku yang dihukum. Kasihan Seo. Ini adalah hari keduanya.” Yang segera dibalas dengan tatapan Onew “Aku tidak bisa. Tidak ada pengecualain dalam kamus Mr Park”.

“SEDANG APA KAU BERTATAPAN DENGAN MURID? MEMINTA DIBERI BANTUAN HAH!?” ucap Mr Park terkesan galak. “SEKARANG, KALIAN BERDIRI DI LAPANGAN HINGGA PELAJARAN SAYA SELESAI!” perintah Mr Park.

Segera ku tarik Seohyun untuk menuju ke lapangan. Satu hal yang kusesalkan bersekolah disini. Guru gurunya tidak pernah bertoleransi dengan alasan yang tidak disertai bukti yang faktual.

Hampir 2 jam aku dan Seohyun berdiri di lapangan di bawah sinar mentari yang sangat terik. Kulirik jam tanganku. 5 menit lagi bel tanda istirahat akan berbunyi.

“Teet…” suara bel tanda istirahat berdering.

“Ahirnya…” kataku lega. “Kajja…” ajakku ke Seohyun.

Namun, baru saja melangkah, Seohyun sudah pingsan duluan. Spontan, kutangkap tubuhnya yang hampir terjatuh dan segera kugendong menuju ruang UKS sekolah.

~Author P.O.V~

Hampir 2 jam Minho dan Seohyun berdiri di lapangan di bawah sinar mentari yang sangat terik. Minho melirik jam tangannya.

‘5 menit lagi bel tanda istirahat akan berbunyi.’ Pikir Minho

“Teet…” suara bel tanda istirahat berdering.

“Ahirnya…” kata Minho lega. “Kajja…” ajak Minho ke Seohyun untuk meninggalkan lapangan.

Namun, baru saja melangkah, Seohyun sudah pingsan duluan. Secara spontan, Minho menangkap tubuh Seohyun dan segera diangkatnya menuju UKS sekolah.

Onew yang merasa bersalah karena tidak berhasil membujuk Mr Park, segera menyusul Minho di ruang UKS sekolah.

Tak berapa lama kemudian, Hachan yang diberi tahu kalau eonninya pingsan, segera menuju ke UKS sekolah bersama Taemin yang juga ingin menyusul Minho.

“Eonni….” Ucap Hachan panik melihat eonninya yang belum sadar. “Oppa, bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Hachan panik.

“Mianhae. Tadi, dia dihukum oleh Mr Park karena telat masuk jam pelajarannya.” Terang Onew.

“Mwo? Hanya telat dihukum berdiri di terik matahari hingga jam pelajaran selesai? Dan tadi, ada 2 jam pelajaran jadi eonniku berdiri di terik matahari selama 2 jam?” tanya Hachan shock. “Kenapa tidak ada dispensasi untuk siswi baru?” tanya Hachan lagi

“Ani. Aku saja yang cucu dari pemilik sekolah ini tidak mendapatkan dispensasi.” Keluh Onew.

“Jinja? Ketat sekali?”

“Memang seperti inilah sekolah kita” kata Key yang ternyata menyusul Onew setela mendengar kalau Seohyun pingsan.

Tak lama kemudian, Seohyun tersadar. Guru piket yang berjaga menyarankan agar Seohyun pulang untuk beristirahat. Hal itu disetujui Hachan yang langsung mengurus surat ijin di ruang BK.

Taemin yang baik hati, segera merapikan dan memasukkan semua peralatan belajar Hachan ke dalam tas. Namun, sebelumnya Taemin menyelipkan selembar kertas berwarna ungu di dalam novel Hachan sebagai penanda yang bertuliskan :

“You make me always think about you

You make me always miss you

You make me want to love you

You still my heart ,,,

Since we met…

Min Hachan,,,,

Saranghae

Fr : LT  (022-456-727)“

Dan Taemin segera membawakan tas Hachan menuju mobil Hachan yang telah terparkir manis di depan UKS sekolah. Taemin segera memasukkannya ke dalam bagasi. Dalam hatinya, dia harap harap cemas. Apakah Hachan akan menerima pernyataannya atau tidak?

***

Setelah mangantar Shane alis Seohyun ke dalam kamarnya, Hachan kembali membaca novelnya. Segera dibukanya halaman terakhir yang sudah dia baca. Saat Hachan mebuka novelnya secara acak, selembar kertas berwarna ungu jatuh dari dalam novellnya.

Segera dipungutnya kertas itu. Dibacanya tulisan yang tertulis di dalamnya. “Taemin-ah” desah Hachan senang.

Hachan menanti hingga jam sekolah pulang, lalu Hachan menghubungi nomor ponsel Taemin. “Yeboseyo?” sapa Hachan.

“Yeboseyo? Nugu?” balas Taemin.

“Taemin-ah ini aku Hachan. Aku telah menerima suratmu.” Kata Hachan menahan luapan bahagia. Baru kali ini ada seorang namja yang berani mendekatinya.dan baru kali ini juga dia menyukainya.

“So, maukah kau keluar denganku malam ini?” tanya Taemin.

Agak lama Hachan tidak menjawab pertanyaan Taemin. “Chakaman”

“Eonni, boleh tidak nanti malam aku pergi keluar? Aku ada janji dengan seseorang.” tanya Hachan ke Seohyun yang tengah mencari susu kotak di dalam lemari es.

“Kau ingin berkencan ya? Dengan siapa? Taemin?” selidik Seohyun.

Hachan hanya mengangguk senang.

“Nae. Kau boleh pergi.” Putus Seohyun sambil mengacak rambut Hachan pelan. “Ya~ akhirnya dongsaengku punya boyfriend…” gumam Seohyun senang.

“Mianhae membuatmu menunggu lama. Aku sudah mengatakannya ke Seohyun eonni. Dan aku dibolehkan untuk pergi bersamamu nanti malam. Dimana kita bertemu?” kata Hachan dengan luapan bahagia yang ditahannya.

“Ehm . . . aku akan menjemputmu nanti malam jam 8. Berikan aku alamat apartementmu.” Pinta Taemin seraya menyiapkan alat tulis.

Hachan menyebutkan alamat apartemennya secara lengkap.

~Seohyun P.O.V~

Hari ini adalah kencan pertama Hachan. Entah kenapa? Dia yang berkencan, tapi aku juga yang ikut panik. Aku ingin, malam ini terasa sempurna bagi Hachan. Jika malam ini berjalan sempurna, maka dia bisa lebih enjoy menikmati kisah cintanya. Sama sepertiu dulu.

“Raya, pakai gaun ini. Lalu, kau pasangkan dengan legin ini. Dan, pakai syal ini.” Kataku seraya menunjukkan baju yang telah aku pilihkan untuknya. Semoga saja dia suka. Aku telah mengubek ubek lemari pakaiannya untuk mencari baju yang pas untuknya. Dan aku telah menemukann ynag cocok dengannya.

“Shane, kenapa kau yang jadi panik sih?” tegur Hachan.

“Ani. Aku hanya ingin kau merasakan kencan pertama yang sempurna.” Kataku beralasan.

Hachan tersenyum. “Eonni, terimakasih atas perhatianmu padaku. Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah bingung mau memakai apa.” Kata Hachan lalu memelukku hangat.

“Gwenchana Ray”. Kubalas pelukan hangatnya. “Yak. Cepat kau bersiap. Aku bantu kau memakai make up” potongku mengakhiri pelukan hangat Hachan.

“Nae eonni” ucapnya menurut.

Selama 15 menit, aku memoleskan make up tipis di wajahnya. Tinggal lip balm untuk melembabkan bibirnya yang mungil.

“Yak. Selesai. Kau cantik” kataku sedikit berteriak dan memujinya.

“Hm… wahh… Eonni,… gomawo” katanya senang dan puas. Aku senang melihatnya senang.

“Nae. Cheonmaneyo. Bersenang senanglah nanti. Tapi, jangan sampai kau terlena hingga melakukan hal yang merugikan dirimu” Aku menasihati satu satunya Dongsaengku.

“Nae Eonni. Aku tidak akan mengecewakanmu.” Yakinnya padaku.

Bel apartemen kami berdering. Sepertinya Taemin sudah datang dan kini aku harus membiarkan adikku dalam penjagaannya.

“Annyeonghi gaseyo noona.” Sapa Taemin ramah. Dan kubalas dengan anggukan.

“Eonni, aku pamit..” pamit Hachan lalu memakai sneakernya.

“Nae hati hati. Taemin, aku titipkan Hachan padamu.” Kataku.

“Nae noona. Aku akan menjaganya. Dan akan aku kembalikan Hachan dengan selamat dam masih lengkap. Kecuali hatinya yang berada di hatiku.” Gombal Taemin.

“Taemin-ah. Kau itu.” Protes Hachan.

“Aigoo… sudahlah berangkat. Ingat jangan pulang larut malam.” Pesan ku.

Apartemen yang biasanya ramai dengan gelak tawaku dan Hachan seketika menjadi sepi. Hanya tinggal aku yang bertahan dirumah. Lalu, aku teringat sesuatu. Buku Diary yang dulu selalu menemaniku semenjak kematian eomna.

“Dear Diary

Ini adalah lembar terkhirmu. Ini tandanya, aku harus mengambil persdiaan buku Diary baru dan mengubur yang lama.

Ohh Diary, terimakasih kau telah menjadi teman yang baik bagaikan eomna. Kau adalah tempat pelarian masalah yang aku miliki.

Diary, untuk lembar terakhirmu, aku akan menuliskan tentang perasaanku pada seorang namja yang telah mencuru hatiku. Aku kira dia tidak sengaja. Tapi, aku menyukainya. Entah dia menyukaiku atau tidak. Tapi, dia telah banyak menolongku dan aku merasa berhutang budi padanya.

Diary, maukah kau mengetahui namanya? Namanya adalah ❤ Choi Minho ❤ namja yang telah berhasil merebut hatiku dari kelamnya sakit hati yang dulu tercipta karena sang mantan. Diary, dan malam ini, Hachan satu satunya adikku berkencan dengan Lee Taemin. Sepupu Minho. Mereka tinggal di satu apartemen dan aku lihat, Taemin baik. Dan itulah alasannya aku mengijinkan Hachan pergi bersamanya.

Diary, jika memang aku ditakdirkan untuk bersamanya, biarkan dia mengetahui semuanya. Aku tak tahu apa yang ada di fikirannya. Tapi, dia telah mengambil hatiku yang telah lama tertutup abu sakit hati.” Aku menulis lembar terkhir dari diaryku dan segera mengambil kantong plastik bening untuk menguburnya. Namun, sebelumnya kuukir nama dan alamat apartemenku. Juga dimana letak Buku Diary yang telah aku kubur sebelumnya.

Aku berjalan menuju taman yang tidak jauh dari apartemanku. Perlahan, kugali tanahnya untuk meletakkan buku Diary itu. “Diary, jika memamng kau diijinkan kembali padaku, maka pada saatnya nanti kau akan kembali denganku. Entah dengan cara apa” guamamku.

Setelah mengubur Diaryku, aku kembali menuju apartemenku unutuk beristirahat dan menunggu Hachan pulang.

Pukul 22.00 Hachan baru kembali dari kencan pertamanya dengan Taemin. Taemin menepati janjinya. Hachan pulang dengan selamat tanpa ada cacat sedikitpun. Setelah Taemin pulang, kami lalu beristirahat agar besok tidak telat berangkat ke sekolahan.

~Minho P.O.V~

Aku merasa suntuk diam dirumah seorang diri. Apalagi, karena Taemin yang pergi berkencan dengan Hachan. Memang aku kalah cepat dengan Taemin. Aku tidak tahu kalau dia langsung menyatakan cintanya.

“Argghh…” aku merutuki diriku sendiri. Dari pada aku semakin larut dalam kekecewaan, aku memilih pergi ke taman yang tak jauh dari apartemenku.

Aku terdiam melihat sesosok veoja yang melangkah menuju ke taman. Entah mengapa, sepertinya aku mengenalnya. Dari pada aku penasaran, lebihh baik aku ikuti saja kemana langkahnya. Ternyata, dia menuju ke sebuah pohon. Kulihat dia sedang menggali tanah menggunakan tangannya.

“Diary, jika memang kau diijinkan kembali padaku, maka pada saatnya nanti kau akan kembali denganku. Entah dengan cara apa” guamamnya yang cukup terdengar oleh telingaku. Suara itu, suara Choi Seohyun.

Setelah kepergiannya, aku menggali tanah yang tadi digalinya. Dan aku menemukan seebuah buku Diary yang dibungkus plastik bening. Aku segera pulang untuk membuka isi dari diary itu.

Aku tertegun mambaca lembar terakhir yang ternyata isinya tentangku. “Ahh veoja ini ternyata menyukaiku. Kenapa aku tidak segera sadar? Kenapa aku malah mencintai dongsaengnya yang jelas jelas mencintai dan dicintai sepupuku. Egois sekali aku” rutukku pada diriku sendiri. Didepan sampul depannya, aku menemukan alamat taman yang menjadi tempat penguburan Diary sebelum yang aku pegang. Dan menurut alamatnya, ini semua berada di Seoul. Hanya saja, berbeda tempat.

***

~Author P.O.V~

Paginya, Minho memutari tempat tempat yang ditujukan oleh Diary milik Seohyun. Tujuannya adalah dia ingin lebih mengenal veoja yang mencintainya. Karena jujur saja, semenjak perkenalan Seohyun dikelas, Minho telah menyukainya. Hanya saja, entah kenapa pikirannya lebih mengarah ke Hachan. Padahal, hatinya memihak Seohyun.

Sorenya, Minho langsung ke aparteman Seohyun untuk mengembalikan buku Diarynya. Dan sekalian menyatakan perasaannya yang telah dia pendam.

“Ting Tong…” suara bel apartemen Seohyun dan Hachan berdering.

“Nae. Sebentar…” teriak Seohyun lalu berlari untuk membukakan pintu.

“Annyeong. Aku kemari ingin mengembalikan ini.” Ucap Minho to the point dan langsung menyodorkan setumpuk Diary.

Seohyun terpaku memandangi Diarynya yang berada di tangan Minho.

“Seohyun-ah siapa yang datang?” tanya Hachan. Namun, Hachan urung menghampiri Seohyun yang terpaku karena dia melihat Minho yang berada di depan pintu aparteman mereka.

Cukup lama Seohyun terdiam. Hingga membuat Minho salah tingkah.

“Ah.. aku sudah tidak bisa menunggu lagi.” Ucap Minho lalu berlutut di depan Seohyun. “MIN SEOHYUN, MAUKAH KAU MENJADI VEOJA CHINGUKU?”        tanya Minho penuh percaya diri.

“Nae” bisik Seohyun shock. Dia tidak menyangka secepat ini diarynya kembali dan juga Minho menyatakan perasaannya.

“Mwo?” kata Minho meminta Seohyun mengeraskan suaranya.

“N. Eh Nae…” gugup Seohyun yang dikagetkan Hachan karena dari tadi sudah tidak sabar menyaksikan drama singkat eonninya.

“Wahh finally eonniku punya kekasih…” goda Hachan penuh senyum.

Seohyun dan Minho yang digoda hanya tersenyum malu.

***

“Seohyun-ah Hachan-ah. Cepat. Minho dan Taemin telah menunggu kalian” teriak Siwon dari lantai 1 aparteman mereka.

“Naaee appa…” koor Seohyun dan Hachan kompak.

“Appa, kami berangkat.” Pamit keduanya lalu keluar menghampiri Minho dan Taemin.

‘Nae anakku. Berhati hatilah.’ Batin Siwon haru.

“Appa… saranghae…” buru Seohyun dan Hachan bersamaan. Keduanya lalu memeluk Siwon hangat.

“Nae. Anak anakku.” Balas Siwon memeluk Hachan dan Seohyun hangat.

~~FIN~~

 

5 responses to “[FF Lomba – Rate T Romance ] Gara Gara Diary ( Oneshot )

Tinggalkan komentar