Say it just for me 5

Author : Renz

Genre : Romance, Friendship
Rating : PG+15
Cast : Eun hae, Cho Kyuhyun [Super junior], Lee Donghae [Super junior], Sunny [SNSD]

Annyeonggg….Ini dia part 5 dari say it just for me. Kali ini author bener-bener ingetin “Please don’t be silent reader” cz part selanjutnya tergantung dari comment para reader semua *maksa mode on*. Selamat membaca.. ^0^
Previous: Part 1, Part 2, Part 3, Part 4

Eun Hae POV
“Apa itu pemberian dari seseorang yang istimewa??” tanya kyu pelan. Aku menatapnya kaget, tidak menyangka dia akan bertanya seperti itu. Kutatap gelang yang ada di pergelangan tanganku, mengingat sosok namja yang memberikannya.
*flashback*
“Jadi kamu menunggu kyu??” tanya hae oppa, menarikku ke kursi terdekat. Aku hanya diam, mengambil tempat duduk di sebelah hae oppa. “Memang kalian janjian jam berapa??”
“Jam 7… tapi mungkin dia sedang sibuk jadi tidak bisa datang.” kataku berusaha ceria. “Mungkin lebih baik aku pulang. Sudah malam.” Aku berdiri dan berjalan pergi ketika hae oppa memegang pergelangan tanganku.
“Bagaimana kalau hari ini aku menggantikan kyu untuk menemanimu?? Masih ada ½ jam untuk naik ke tower. Tempatnya bagus sekali lho, kamu pasti akan menyukainya. Gimana??” Aku menatap hae oppa ragu, akhirnya mengangguk. Apa di atas sebagus itu?? Aku jadi penasaran. Aku selalu ingin naik ke seoul tower.

“Kajja..” kata hae oppa bersemangat, menarik tanganku masuk ke seoul tower.
Kami naik lift untuk sampai ke lantai paling atas, puncak dari seoul tower. Tempat itu dikelilingi kaca yang membuatmu bisa melihat seluruh kota seoul dari ketinggian. Aku berjalan mendekati salah satu sisi kaca dan menempelkan wajahku di sana, menatap kerlap-kerlip cahaya yang memantul dari seluruh kota dengan takjub. Seoul terlihat indah dari atas.
“Aku tau tempat yang lebih indah untuk melihat seoul..Kajja..” bisik hae oppa pelan, menyuruhku mengikutinya. Hae oppa menuju ke pintu bertuliskan ‘pintu darurat’. Aku menatapnya ragu ketika hae oppa masuk ke dalam pintu itu. “Oppa…memang kita boleh masuk sini??”
“Tenang saja…” Hae oppa tersenyum dan berjalan naik ke tangga yang menuju lantai berikutnya. Aku mengangkat bahu dan berjalan mengikutinya. Kami sudah sampai tangga terakhir ketika hae oppa berhenti di depan sebuah pintu. “Sekarang tutup matamu.” kata hae oppa begitu aku berhenti di sebelahnya. Aku menatapnya bingung, akhirnya menutup mataku. “Jangan buka matamu sebelum aku suruh ya..”
Hae oppa menggenggam tanganku erat dan membimbingku masuk pintu itu. Kurasakan angin menerpa tubuhku. Sepertinya kami berada di luar. “Sekarang buka matamu..”
Aku membuka mata dan mendapati seoul terlihat sangat jelas dari sini tanpa penghalang apapun. Kerlap-kerlip cahaya bagaikan bintang yang bertaburan menghiasi seoul. “Indah sekaliii…” gumamku pelan, menatap ke bawah dengan takjub.
“Sudah kubilang kamu pasti akan menyukainya..” kata hae oppa dengan senang. “Ini tempat rahasiaku. Jika sedang sedih, aku pasti akan datang kesini dan memandang keindahan kota seoul. Seoul paling indah jika malam hari.” Hae oppa memandang lurus ke depan, seulas senyum keluar dari bibirnya.
Aku mendongak ke arahnya. “Kalau begitu, apa tidak apa-apa aku datang ke sini. Bukankah ini tempat rahasia oppa??”
Hae oppa menoleh dan tertawa pelan. “Aku tidak keberatan berbagi rahasia dengan seseorang. Bosan juga memandang kota seoul sendirian. Hahaha. Tapi cukup kamu saja yang tau, biar ini jadi rahasia kita berdua.”
Aku mengerjapkan mata mendengar kata-kata hae oppa. Kata-kata yang sama diucapkan oleh kyu. “Dia juga mengatakan kata-kata yang sama, tapi sepertinya dia sudah melupakannya..” gumamku pelan, menatap langit yang kosong.
“Apa kamu menyukainya??”
Aku menoleh ke arah hae oppa dengan bingung. “Apa kamu menyukai kyu??” tanyanya sekali lagi.
“Tentu saja tidak… mana mungkin aku menyukainya. Oppa aneh-aneh saja..” kataku berusaha tertawa, mengalihkan padangan dari tatapan hae oppa.
“Oh begitu…bagus deh..”
Aku mengernyit mendengar kata-kata hae oppa. “Eh maksudnya bagus deh karena itu berarti kamu tidak mungkin patah hati..” kata hae oppa dengan gugup, senyum kikuk keluar dari bibirnya.
Aku tertawa pelan melihat oppa yang terlihat gugup. Tapi apa maksudnya ‘kamu tidak mungkin patah hati’??
“Kamu ingat yeoja yang dengan kyu waktu itu. Namanya sunny. Dia itu cinta pertama kyu. Mereka putus karena sunny harus melanjutkan sekolah di inggris. Sunny adalah alasan kyu tidak pernah menerima cinta dari yeoja lain, karena itu ketika kyu memperkenalkanmu kupikir dia sudah bisa melupakan sunny. Tapi ternyata…” Hae oppa tidak melanjutkan kata-katanya, matanya menatapku lekat. Aku hanya diam mendengarnya.
Jadi itu alasan dia memintaku pura-pura jadi pacarnya, karena dia menunggu cinta pertamanya kembali. Dan sekarang cinta pertamanya telah kembali. Apa ini berarti akhir dari semuanya?? Bukankah memang seharusnya seperti ini, perjanjian ini pasti suatu saat akan berakhir. Tapi kenapa rasanya begitu sakit?? Kenapa aku tidak rela??
“Wah sudah waktunya tutup. Lebih baik kita kembali sekarang kalau tidak kita akan terkunci…” Aku tersentak ketika hae oppa menepuk pundakku perlahan. “Kajja..” ajaknya sambil tersenyum, ditariknya tanganku keluar dari tempat itu.
Kami keluar tepat pada waktunya, 10 menit sebelum tower ditutup. Aku dan hae oppa terengah-engah setelah berlari mengejar lift terakhir yang turun. Untunglah kami bisa keluar. Fiuhh!!
“Ah~sebentar ada yang tertinggal.. Kamu tunggu di sini ya..” kata hae oppa cepat segera berlari pergi. Aku hanya menatapnya bingung, berjalan mendekati kursi terdekat. Aku menutup mata dan mengambil nafas dalam, berusaha menenangkan rasa sakit di dadaku. Sejak mendengar perkataan oppa, rasanya dadaku begitu sesak.
“Eun hae..” Aku membuka mata dan menatap hae oppa yang tersenyum di hadapanku. “Ulurkan tanganmu..” katanya cepat. Aku mengulurkan tanganku dengan bingung. Hae oppa mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan memakaikannya ke pergelangan tanganku.
“Ini..” Aku menatap hae oppa dengan kaget. Sebuah gelang perak dengan hiasan bintang-bintang di sisinya. Cantik sekali.
“Ketika kita masuk tower tadi kulihat kamu memandangi gelang itu terus. Menurutku gelang itu pasti sangat cocok untukmu.”
Aku tidak bisa berkata apa-apa, menatap gelang di pergelangan tanganku lekat. Hae oppa tau aku memperhatikan gelang ini terus, bahkan dia berlari untuk membelinya. Seandainya kyu yang melakukannya.
Hae oppa tersenyum dan mengacak rambutku pelan. “Sudah malam..Kuantar pulang.. Kajja..”
*flashback end*
Aku masih menatap gelang di pergelangan tanganku, tidak menyadari kyu yang berjalan mendekatiku. Dia mengangkat wajahku dan mengusap pipiku perlahan. “Jangan perlihatkan wajah seperti ini untuk orang lain” bisiknya lirih, mendekatkan wajahnya ke arahku. Detak jantungku berdetak lebih kencang, menyadari wajahnya yang begitu dekat denganku. Aroma maskulin tercium dari tubuhnya.
Wajahnya hanya berjarak beberapa inchi dariku ketika terdengar suara dari handphonenya. Dia menghentikan gerakannya dan menjauh dariku. Aku hanya diam, berusaha menetralkan detak jantungku yang menggila. Apa tadi dia akan menciumku??
“Yoboseyo?? Sunny ada apa??” Suaranya melembut ketika mengucapkan nama si penelepon.
“Ah ne.. baiklah aku akan ke sana sekarang..” Kyu menutup handphonenya dan menoleh ke arahku. Dia tampak akan mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Matanya menatapku ragu. “Aku pinjam dulu bajunya..besok kukembalikan..Aku pulang dulu ya..” katanya pelan dan berbalik pergi.
Aku hanya menatap punggungnya yang menjauh. Kulangkahkan kaki menuju kamar, mengambil jaket yang tergantung di kamarku dan memeluknya erat. Tangisku pecah seketika. Apa yang kamu harapkan eun hae?? Apa kamu berharap dia akan menciummu dan mengatakan bahwa dia mencintaimu?? Apa kamu tidak dengar nada suaranya yang melembut ketika berbicara di telepon?? Dia sudah menemukan cinta pertamanya seon dan sebentar lagi perjanjian ini akan berakhir. Begitu semuanya berakhir tidak akan ada lagi yang tersisa di antara kalian.
——————
“Eun hae..” Seon mengguncang tubuhku keras, menyadarkanku dari lamunan. Aku menoleh ke arahnya. “Gwenchana?? Sepertinya 3 hari ini kamu sering melamun.” tanya seon dengan khawatir.
Aku menggeleng pelan, berusaha tersenyum. “Ani.. aku tidak apa-apa seon. Aku hanya pusing memikirkan tugas choi seonsangnim. Tiga hari lagi sudah harus dikumpulkan, tapi masih banyak yang belum selesai.”
“Kenapa tidak minta tolong kyu?? Bukankah dia sudah berjanji akan membantu??”
“Aku tidak mau merepotkannya.” jawabku singkat, mengalihkan pandangan dari tatapan seon.
Seon duduk di depanku. “Ada apa eun hae?? Apa kyu melakukan sesuatu lagi?? Ceritakan saja padaku biar kupukul dia..” kata seon dengan kesal. Aku tertawa pelan. “Sepertinya kamu yang ada masalah dengannya sampai ingin memukulnya..”
“Tentu saja aku ada masalah dengannya. Akhir-akhir ini sahabatku selalu berwajah sedih hanya karena namja menyebalkan itu. Rugi deh dulu aku menyebutnya tampan..” Seon berdiri sambil berkacak pinggang, mempraktekkan cara yang bagus untuk memukul. Aku termenung mendengar perkataannya. Apa wajahku terlihat begitu sedih??
Drrt…Drrt..Drrt..
“Eun hae..handphonemu..” Aku menoleh dan mendapati nama kyu di sana. “Kamu tidak mengangkatnya..” tanya seon yang melihatku diam saja. Kuraih handphoneku dan melepas batreinya.
“Seon.. aku ijin pulang duluan ya. Aku tidak enak badan.” Aku segera berdiri dan mengambil tas, berjalan pergi meninggalkan seon yang kebingungan.
Aku melangkahkan kakiku keluar sekolah, menyusuri jalan dengan melamun. Sudah hampir 3 hari aku menghindari kyu. Aku tidak mengangkat telepon atupun membalas smsnya, bahkan di sekolah pun sebisa mungkin aku tidak bertemu dengannya. Setiap istirahat aku pasti segera bersembunyi di kamar mandi sampai bel masuk berbunyi. Aku sedang tidak ingin melihat atau pun mendengar suaranya karena itu hanya akan membuat dadaku terasa sesak. Aku tidak ingin menangis di depannya.
“Eun hae…” Aku menoleh dan mendapati hae oppa berjalan ke arahku sambil melambaikan tangan, seulas senyum keluar dari bibirnya. “Kenapa kamu hanya diam saja di depan toko??”
Aku mendongak dan mendapati diriku berada di depan toko buku seoul. Ternyata tanpa sadar aku berjalan sampai toko ini. “Aku tidak sadar kalau berjalan sampai sini..” gumamku pelan.
“Ayo kita makan eskrim..kutraktir..” tawar hae oppa, menunjuk kafe di sebelah toko buku. Aku menatapnya ragu, akhirnya mengikuti hae oppa. Hae oppa mengambil tempat duduk di sebelah jendela kafe. “Ayo duduk…Kamu belum pernah makan eskrim di sini kan..enak sekali lho..”
Aku mengambil tempat duduk di depan hae oppa, menatap keramaian orang yang berlalu lalang lewat jendela kafe. “Ada apa eun hae?? Sekarang bukan saatnya pulang sekolah, tapi kamu sudah pulang. Apa ada kaitannya dengan kyu??” tanya hae oppa lembut.
Aku menggeleng pelan, mengalihkan pandanganku ke kaca jendela. “Ani….”
Hae oppa tidak bertanya lagi, matanya ikut menatap keluar jendela. “Kamu mau pesan apa??” tanya hae oppa tiba-tiba sambil menyodorkan menu ke arahku. “Paling enak di sini eskrim coklatnya. Kamu mau??”
Aku mengerjapkan mata dan mengangguk. Hae oppa menuliskan pesanan kami dan menyerahkannya pada pelayan toko. “Jadi bagaimana tugas matematikamu??”
“Tugas matematika?? Tinggal tiga hari lagi tapi masih banyak yang belum selesai..tapi darimana oppa tau??” tanyaku dengan bingung.
“Tentu saja aku tau.. Waktu itu kan kamu membeli dua buku matematika yang sangat tebal. Mana mungkin kamu membelinya kalau tidak untuk mengerjakan tugas. Iya kan??” kata hae oppa sambil tertawa.
Aku hanya nyegir dengan wajah yang memerah. Memang benar yang dikatakan oppa, mana mungkin aku membelinya kalau tidak untuk tugas. Hehehe.
“Bagaimana kalau kubantu?? Aku lumayan jago matematika lho.” kata hae oppa sambil menepuk dada bangga. Aku menatapnya pura-pura curiga. “Gratis kan??”
“Hmm…untuk kali ini kuberikan diskon gratis deh. Tapi seterusnya cukup dengan segelas coklat aja. Hahaha.” kata hae oppa sambil tertawa, mengedip ke arahku. Aku ikut tertawa. Hae oppa benar-benar orang yang menyenangkan, berada didekatnya membuatku bisa melupakan masalahku.
“Jadi kapan kita mulai mengerjakan??” tanyaku bersemangat.
Kyuhyun POV
Aku menutup handphoneku dengan kesal, membantingnya ke meja. “Kamu kenapa sih kyu?? Akhir-akhir ini kamu terlihat kacau.” jinki duduk di sampingku, menatapku khawatir.
“Ani…aku tidak apa-apa..” gumamku pelan, menelungkupkan kepalaku di meja.
Aku bohong. Aku tidak baik-baik saja, bahkan jauh dari kata itu. Aku frustasi. Aku frustasi karena hampir seminggu dia tidak mengangkat ataupun membalas smsku. Setiap kucari di kelas pasti dia sudah menghilang. Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Bahkan ketika sunny pergi ke inggris pun, aku tidak merasa seperti ini. Ada apa denganku??
“Oppa..bisa bicara sebentar..” Aku mengangkat wajahku dan menatap taeyeon yang ada di hadapanku. Wajahnya tampak serius.
“Baiklah…” Aku berdiri dan mengikuti taeyeon keluar kelas. “Ada apa taeyeon?? Sepertinya serius sekali.” tanyaku begitu kami berada di tempat yang lumayan sepi.
“Ini oppa…” Taeyeon mengulurkan amplop tebal padaku. Kuambil amplop itu dengan bingung. “Buka saja oppa..”
Aku menatap isi amplop itu dengan tidak percaya. Amplop itu berisi lima buah foto. Semuanya foto eun hae dengan hae hyung. Mereka tampak duduk berhadapan di sebuah kafe. Salah satu foto memperlihatkan hae hyung yang tampak mengelus pipi eun hae. Foto yang lain memperlihatkan eun hae dan hae hyung yang tertawa. Foto yang satunya lagi memperlihatkan mereka yang duduk bersebelahan, jarak mereka sangat dekat.
“Aku tidak sengaja melihat mereka di sebuah kafe dua hari yang lalu oppa. Kupikir oppa pasti tidak tau tentang ini..”
Aku hanya diam menatap foto di tanganku. Kuambil nafas dalam dan tersenyum ke arah taeyeon. “Aku tau tentang ini taeyeon. Namja di foto ini namanya hae hyung. Dia ini hyungku.”
Taeyeon mengerjapkan matanya kaget. “Jadi oppa tau tentang ini??”
“Tentu saja. Saat itu aku juga ada, tapi kebetulan aku harus pergi keluar sebentar.”
“Oh..kupikir yeojachingu oppa..” Taeyeon tidak melanjutkan kata-katanya. Dia membungkukkan badan ke arahku. “Mianhae oppa sudah menuduh yeojachingumu..” katanya dengan penuh penyesalan.
“Lebih baik kamu kembali ke kelas. Bel masuk sudah berbunyi..” Taeyeon mengangguk dan berbalik pergi.
Begitu dia pergi, aku menendang tembok di depanku dengan marah. Kutatap foto itu dan meremasnya sampai tidak berbentuk. Aku berjalan menuju kelas eun hae, tidak memperdulikan bel masuk yang sudah berbunyi. Aku harus berbicara dengannya.
Kelas eun hae masih ramai dengan anak-anak yang keluar masuk. Beberapa yeoja tampak berhenti dan memanggilku, tapi tidak kuperdulikan. Kuedarkan pandanganku dan mendapati eun hae sedang mengobrol dengan seorang namja yang tidak kukenal. Mereka tampak tertawa, membuatku mengingat foto yang diberikan luna. Rasa marah menguasaiku dan tidak bisa kukendalikan lagi.
Aku berjalan mendekatinya dan menariknya keluar kelas, tidak memperdulikan tatapan seluruh kelas. “Kyu…sakittt..” Eun hae meronta, berusaha melepaskan pergelangan tanganku. Aku hanya diam, menariknya menuju gudang sekolah yang sepi.
“Apa maksudnya ini??” bentakku keras, mengulurkan foto-foto itu ke arahnya. Dia mengambil foto itu dan menatapnya kaget. “Foto ini…”
“Jadi sekarang kamu selingkuh dengan hae hyung. Berapa banyak lagi namja yang menjadi selingkuhanmu??” kataku dengan sinis ke arahnya.
Eun hae mengerjapkan matanya. Dia tampak terluka mendengar perkataanku. “Selingkuh?? Apa kamu tau arti kata-kata itu kyu?? Selingkuh hanya untuk orang yang berpacaran dan kita hanya pura-pura. Kamu tidak punya hak untuk marah padaku.” balasnya dengan marah. Dia berbalik dan berjalan pergi.
Kutarik tangannya, membuatnya menghadapku. “Tentu saja aku punya hak. Kamu itu milikku!!!”
Aku membeku, kaget dengan perkataanku sendiri. Apa yang kukatakan?? Kenapa aku mengatakan itu??
“Apa??”
Kulepaskan tangannya cepat. “Kita punya perjanjian. Aku tidak peduli kamu dekat dengan namja manapun, tapi jangan sampai perjanjian kita ketahuan. Aku sudah membayarmu.”
“Ah~perjanjian. Tentu saja itu yang kamu khawatirkan. Tenang saja, kupastikan tidak akan ada yang tau tentang perjanjian kita.” gumamnya pelan. Kulihat wajahnya memucat dan matanya berkabut, tapi sebelum kupastikan dia sudah berbalik dan berjalan pergi.
Aku hanya diam melihatnya yang berjalan pergi. Rasa sesak menghimpit dadaku. Ada apa sebenarnya denganku?? Kenapa rasanya ada yang salah?? Kenapa rasanya bukan perjanjian itu alasan kemarahanku?? Kenapa rasanya aku sudah berbohong pada diriku sendiri??
——————-
“Kyu..” Aku tersentak dan menatap yeoja di hadapanku. “Gwenchana?? Daritadi kamu melamun. Apa kamu sakit??” Sunny mendekat dan menempelkan tangannya di dahiku.
“Badanmu panas kyu…Lebih baik kita pulang sekarang saja..” katanya dengan khawatir. Aku hanya mengangguk pelan, mengikutinya keluar restoran dengan melamun. Pikiranku tidak bisa lepas dari kejadian tadi siang. Perasaan yang aneh ketika aku mengatakan alasan kemarahanku adalah perjanjian itu. Rasanya ada yang salah ketika mengatakannya. Tapi apa yang salah??
“Kyu…kamu dengar kata-kataku gak sih..” Aku menoleh dan mendapati sunny menatapku kesal. “Kamu kenapa sih?? Akhir-akhir ini sering banget melamun. Apa kamu memikirkan yeoja itu??”
Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaan sunny. “Sebenarnya kapan sih perjanjian kalian berakhir?? Aku kan ingin kamu memperkenalkanku pada teman-temanmu. Aku ingin mereka tau bahwa aku yeojachingumu yang asli bukan yeoja itu.”
“Sudah sampai sini saja sunny. Aku ingin langsung istirahat jadi kamu langsung pulang saja..” potongku cepat, turun dari mobil. “Hati-hati di jalan..” Aku melambaikan tangan ke arahnya dan berjalan menuju apartemen.
Dengan cepat kuhempaskan tubuhku di kasur, merasa sangat lelah. Tanpa sadar aku pun terlelap.
———————-
Aku mengerjapkan mata perlahan dan berusaha bangun, tapi jatuh kembali ke kasur. Kepalaku pusing sekali, rasanya semua benda di sekelilingku berputar. Aku berusaha bangun sekali lagi dan berjalan tertatih menuju dapur. Beberapa kali aku menabrak benda di sekitarku dan hampir jatuh ke lantai jika tidak berpegangan pada tembok. Kubuka lemari dapur dan mencari kotak obat di sana. Aku mengobrak-abrik lemari, menyebabkan beberapa barang terjatuh ke lantai. Aku segera mengambil obat pusing yang ada di kotak obat dan berjalan kembali ke kamar. Kuminum obat itu cepat, kembali meringkuk di balik selimut. Sepertinya obatnya mulai beraksi karena aku sudah terlelap.
——————-
Sesuatu yang dingin menyentuh dahiku, membuatku terbangun. Kurasakan seseorang di sebelahku, menggenggam tanganku erat. “Cepatlah sembuh kyu..Aku tidak suka melihatmu seperti ini.” bisiknya pelan. Kurasakan sesuatu menetes di tanganku. Kubuka mataku perlahan dan mendapati eun hae ada di sampingku. Kedua tangannya menggenggam tanganku erat, air mata turun membasahi pipinya.
Kuulurkan tangan ke arahnya perlahan, menghapus air mata di pipinya. Dia tersentak dan melepaskan genggaman tangannya. “Kamu sudah bangun?? Mian aku masuk ke apartemenmu tanpa ijin. Tadi pintunya tidak dikunci jadi aku langsung masuk.” katanya pelan dengan nada menyesal. “Mungkin lebih baik aku pulang..Cepat sembuh ya..” Eun hae berdiri dan berjalan pergi.
Dengan cepat kupegang pergelangan tangannya dan menariknya ke arahku. “Jangan pergi…Tetaplah di sini..” bisikku pelan, meraihnya kepelukanku. Eun hae berusaha melepaskan tanganku yang memeluknya erat. “Lepaskan aku kyu..”
Kueratkan pelukanku. Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin kehilangannya.
Eun hae berhenti dan menghela nafas dalam. “Jangan seperti ini kyu..Jangan buat aku terlalu berharap padamu. Aku lelah seperti ini.” bisiknya pelan, suaranya terdengar pecah. “Saranghae..”
Aku terdiam. Kurasakan jantungku berdetak sangat kencang. Rasanya hatiku akan meledak mendengar kata-katanya. Dia mencintaiku. Dia bilang mencintaiku.
Belum sempat aku mengatakan apapun, kepalaku tiba-tiba terasa sakit dan semuanya pun menggelap.
————————
“Kyu…” Aku mengerjapkan mata dan menatap seseorang yang ada di sampingku. “Syukurlah kamu sudah sadar..Aku sangat khawatir..” kata sunny, memelukku erat. Aku hanya diam, menatap sekeliling ruangan. Dimana eun hae??
“Kamu mencari siapa kyu??” Sunny melepaskan pelukannya dan menatapku. “Dimana dia??”
“Dia siapa?? Tidak ada siapa-siapa selain aku kyu. Aku dari tadi di sini menemanimu.”
Aku menatap sunny dengan bingung. “Tapi tadi…”
“Mungkin kamu hanya bermimpi. Oh ya, aku sudah membuatkanmu bubur. Cobalah…”
Apa benar aku hanya bermimpi?? Tapi rasanya begitu nyata. Dia ada di pelukanku dan begitu dekat denganku. Aku bahkan bisa merasakan detak jantungnya. Apakah kata-kata itu juga hanya mimpi?? Kenapa rasanya aku tidak rela?? Aku ingin itu menjadi kenyataan.
Sunny mengulurkan sesendok bubur ke arahku. Aku membuka mulut dan menerima suapannya. Rasa ini…
“Ini..” kata eun hae bersemangat sambil mengulurkan kotak makan padaku. “Aku membuatnya sendiri lho..”
“Untukku??” Kuambil kotak makan itu dan membukanya. “Apa ini bisa dimakan??” candaku sambil tertawa pelan.
Eun hae menatapku kesal, mengambil kembali kotak makanan di hadapanku. “Kalau gak mau juga gak masalah. Biar aku aja yang makan..”
“Yah~jangan marah dong. Aku kan hanya bercanda..” Aku mengambil kembali kotak makan itu dan melingkarkan tanganku ke bahunya. “Jagiyaaaaaa….gomawo sudah membuatkan bekal untukku. Kamu memang yeojachingu yang sangattttt perhatiannn..” teriakku keras, membuat semua anak menatap kami penasaran.
Eun hae menginjak kakiku keras. “Aishh!! Tau seperti ini harusnya tidak kubawakan saja deh..”
Aku tertawa keras melihat wajahnya yang kesal dan mulai memakan satu telur gulung. “Kenapa??” tanyanya dengan khawatir melihatku yang diam mendadak. Dia mengambil satu telur gulung dan memakannya. “Asinnn…”
Dia mengambil air minum dan meminumnya habis. “Sudah jangan dimakan deh..nanti kamu keracunan lagi. Sepertinya aku harus berlatih lagi dengan heechul oppa…” kata eun hae pelan dengan wajah kecewa. Aku mengambil satu telur gulung lagi dan memakannya. “Yah~memang asin sih, tapi lumayan ko’…Sini biar kumakan…Rasanya gak parah-parah banget ko’. Lain kali jangan buatkan yang asin ya..”
Eun hae mengerjapkan matanya. “Gomawo kyu..” katanya sambil tersenyum.
Sejak saat itu eun hae sering membawakanku bekal, tapi tetap saja semua rasanya asin. Dia selalu bilang tidak bisa membedakan gula dengan garam, makanya semua makanan yang dibuatnya asin. Dan rasa bubur ini persis sekali dengan bekal yang sering dibawakannya untukku.
“Apa ini kamu yang membuatnya sendiri??” tanyaku pelan pada sunny.
“Tentu saja..tidak enak ya…” Sunny menyuapkan satu bubur ke mulutnya dan terdiam. “Aishh!! Rasanya asin..Mianhae kyu..”
“Tidak apa-apa ko’…Sini biar kumakan..”
Aku mengambil mangkok dari tangannya dan menyuapkan bubur ke mulutku perlahan. Aku rindu saat bersamanya. Aku rindu senyumnya. Aku rindu caranya menatapku. Aku sangat ingin bertemu dengannya.
——————-
Aku masuk sekolah hari ini setelah dua hari terbaring di kasur. Badanku sudah lebih sehat sekarang, tapi pikiranku tetap tidak bisa konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran di hadapanku. Aku sangat ingin bertemu dengannya, memastikan bahwa kejadian itu bukan mimpi. Aku ingin mendengar kata itu sekali lagi darinya. Aku sangat ingin mendengarnya.
“Kyu..kyu..” jinki mengguncang tubuhku keras, membuyarkan lamunanku. “Waeyo??” tanyaku dengan curiga. Jinki menatapku dengan padangan jail, seulas senyum keluar dari bibirnya.
“Ada yang mencarimu..” katanya sambil menunjuk pintu kelas. Eun hae berdiri di depan pintu dengan canggung.
Dengan cepat aku berdiri dan berjalan ke arahnya. “Jangan lama-lama pacarannya. Sebentar lagi choi seonsangnim datang lho..” teriak jinki keras sambil tertawa. Aku hanya menatapnya kesal dan menoleh ke arah eun hae.
“Bisa bicara sebentar??” tanyanya pelan dengan serius. Aku menganggukkan kepala, berjalan mengikutinya ke pojok ruangan yang sepi. “Ada apa??” Aku menatapnya yang tampak pucat. Ada apa dengannya?? Apa dia ada masalah??
“Aku…” Eun hae mengambil nafas dalam dan menghembuskannya pelan. “Aku ingin berhenti kyu. Aku ingin menghentikan perjanjian ini…”
To Be Continue~

15 responses to “Say it just for me 5

  1. lanjutkan eonnie….
    Jd penasaran bgt…jeongmal,
    Law blh tau gmana y cra ngepost fanfict disini….?
    *maklum pembaca baru tapi dah buat fanfict n g tau gmana cr ngepost’y….
    Hwaiting….!
    Seru bgt

Tinggalkan komentar