Tokiwo Tomete part 2

Author: “Part 1 tanpa POV, nah… sekarang ada POVnya… enjoy reading reader^^”

 

Terlambat. Yunho memang namja yang terlambat. Sangat terlambat. Kenapa dia mengatakannya tepat setelah aku memberikan anggukan untuk Jaejoong?

 

Jebal!!! Biarkan aku tidur dengan lelap satu jam saja. Biarkan aku lupa pada hal yang sebelumnya, pada hal yang memanglah suatu kesalahan.

 

———————————————————–

TOKIWO TOMETE [PART 2]

Author’s POV

Langkah yang gontai itu tak bisa Min na sembunyikan, yeoja itu sangat terlihat lemas ketika kakinya menuntunnya untuk memasuki kelas. Suara yang ringan dan memanggil-manggilnya pun sejak tadi tak ia dengar. Entah kenapa, langkahnya begitu sulit dan berat. Mungkinkah ia sakit?

“Kenapa yeoja itu?” Tanya Jaejoong pada dirinya sendiri ketika matanya tertuju pada Min na yang berada jauh di depannya. Sedikit rasa khawatir memang terpancar disana.

“Gwenchana?” Tanya Jaejoong langsung setelah ia dapat menyusul Min na.

“Ah, oppa… anniyo… gwenchana!!” Jawab Min na sambil tersenyum.

Jaejoong segera menempelkan telapak tangannya di kening Min na dan dengan segera ia menajamkan matanya. “Kenapa demam seperti ini kau masih berangkat sekolah?”

“Oppa… aku baik-baik saja. Mungkin hanya perasaan oppa saja bila aku demam…”

“Ikut aku!” tanpa menunggu konfirmasi, Jaejoong menarik Min na menuju ruang kesehatan yang berada di dekat pintu gerbang.

Rontaan Min na tak sedikit pun di gubrisnya. Yeoja itu terlalu membuatnya khawatir. Karena  itu, tak ada rasa ampun sedikitpun dari Jaejoong untuknya.

 

“Wah!! Kenapa pagi-pagi sudah ada pengunjung ke Ruangan ini?” Kata salah satu penjaga Ruang Kesehatan tepat setelah Min na dan Jaejoong masuk.

“Mianhamneeda seongsangnim…” Kata Minna yang masih menunduk dan tangannya masih digenggam Jaejoong.

“Arraseo… sekarang lebih baik kau tidur… biar aku memeriksamu… karena sepertinya namjachingumu ini sudah sangat khawatir…”

Jaejoong membiarkan Min na untuk berbaring di salah satu ranjang Ruang kesehatan dan diperiksa. Sementara, ia sendiri masih menatap tajam Min na. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat khawatir.

‘sebenarnya apa yang kau sembunyikan Minna-ah? Kau selalu membuatku khawatir?’

Akhirnya, setelah Min na di haruskan istirahat. Jaejoong kembali ke kelasnya dan membiarkan Minna istirahat selama dua jam pelajaran pertama hari itu.

“Gwenchanayo?” Tanya Jaejoong disamping pintu ruang kesehatan.

Namja itu menyandarkan punggungnya, menunggu Min na yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.

“Oppa… Kenapa kau ada disini?” Tanya Minna yang sedikit terkejut dengan kehadiran Jaejoong yang tidak di duganya.

“Aku hanya khawatir padamu… dan memastikan kau sudah sangat baik dan bisa masuk kelas, aku tidak akan mengijinkanmu melanjutkan kelas hari ini jika keadaanmu masih sama seperti tadi pagi…”

“Oppa… aku bukan anak kecil yang harus kau awasi selama dua puluh empat jam seperti ini…”

Tanpa mengkhiraukan jawaban Min na, Jaejoong lebih memilih memasuki ruang kesehatan dan menemui Hyun ra seongsang –penjaga ruang kesehatan-.

“Mianhamneeda… Apa Min na baik-baik saja bila melanjutkan kelas hari in?” Tanya jaejoong tanpa basa-basi.

“Ah~~ kau namjachingu yang sangat perhatian sekali… nae!! Min na baik-baik saja, istirahat yang barusan cukup merefresh tubuhnya… apa kalian punya masalah? Dia tidak tidur tadi malam…” jawab Hyun  Ra seongsang.

“Ah? Kuraeyo?”

“Nae!!”

“Arrasumneeda… jeongmal kamsahamneeda seongsang… jeosunghamneeda telah banyak merepotkanmu hari ini..”

“nae! Gwenchana…”

Jaejoong segera meninggalkan tempat itu, dan ketika matanya menemukan tatapan Min na yang nanar kearahnya, ia segera menariknya. Namun kali ini, ia menariknya tanpa ada paksaan sama sekali, terkesan sangat lembut.

‘Oppa, kenapa kau bisa khawatir seperti ini padaku?’ tanya Min na dari dalam hatinya. Semakin baik perlakuan Jaejoong hanya akan semakin menyiksanya. Membuatnya sangat bersalah pada namja lembut ini.

“Jangan memaksakan dirimu. Jika kau merasa tidak baik, kau kembalilah ke ruang kesehatan, atau kau bisa segera menghubungiku… Arraseo!” Tanya Jaejoong setelah melihat Min na duduk.

“Nae! Oppa, gomapta…”

Jaejoong memerhatikan wajah nanar itu sedikit lebih lama, dan pertanyaan ‘sebenarnya ada apa denganmu?’ terus bergelayut manja di dalam pikirannya.

“Arraseo… Yuki-ah… aku titip Min na padamu… dy sedang sakit… aku harap kau segera menghubungiku bila terjadi sesuatu dengannya…” Lanjut Jaejoong setelah ia melihat Yuki duduk di samping Min na.

“Nae oppa! Arraseoyo~~~” jawab Yuki patuh.

“Sebenarnya ada apa denganmu Min na-ah? Tidak bisakah kau bercerita padaku?” Tanya Yuki setelah dilihatnya Jaejoong menghilang di balik pintu kelasnya.

“Anniyo… Na gwenchana…” Jawab Min na sambil tersenyum memaksakan.

“Hajiman—“

Kata-kata Yuki terpotong ketika dilihatnya Park seongsengnim sudah memasuki kelas dan mulai mengajar.

“Ok! Bisa kita lanjutkan pembicaraan kita yang terpotong tadi?” Tanya Yuki yang segera menghampiri Min na setelah melihat Park seongsengnim meninggalkan kelas.

“Mianhae… aku harus ke perpustakaan untuk menyelesaikan beberapa tugasku…”

“Nae? Min na-ah…”

“Mianhae Yuki-ah…”

“Aku ini sepupumu, tidak bisakah kau sedikit bercerita padaku?” Kini Yuki sedikit berlari untuk menyeimbangi langkah Min na yang cepat.

“Mianhae yuki-ah…”

“Arraseo… aku harap pulang sekolah nanti kau tidak lagi mengurung diri seperti malam kamrin…”

Min na tidak menjawab pertanyaan Yuki, ia hanya semakin mempercepat langkahnya meninggalkan yeoja itu mematung melihatnya menjauh. ‘mianhae yuki-ah’ batinnya.

Perpusatakaan memang tempat favouritenya, karena disini ia bisa sendiri tanpa ada seseorang yang mengganggunya, begitupun Jaejoong. Karena Jaejoong selalu tau jika Min na tidak pernah ingin diganggu bila ia sedang di dalam perpustakaan. Hanya menjadi penyendiri, itu yang dia inginkan, ketika ia berhadapan dengan perpustakaan.

Mengambil beberapa sembarang buku, duduk di salah satu sudut perpustakaan dekat jendela, menyimpannya diatas meja dan menatapnya kosong. Tak ada yang ingin di lakukan yeoja ini. Hanya diam. Memikirkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

“Sudah lama kau tidak bercerita padaku Min na-ah…”

“Nae?”

Sangat enggan untuk Min na memalingkan wajahnya untuk melihat namja yang menegurnya siang ini. Namun, suara namja itu sangat memaksanya untuk memindahkan pandangannya. Entah dengan terpaksa atau tidak, walaupun ia sudah menebak siapa namja itu, tapi keterkejutan itu masih sedikit terpancar di wajahnya.

“Yunho-ah?” Nama itu terlontar sangat pelan. Hampir berbisik.

Yunho yang memegang sebuah buku non-fiksi kesukaannya, dengan tiba-tiba duduk di samping Min na, walaupun matanya masih tertuju pada buku itu.

“Kau bisa bercerita padaku bila kau mau?!” Lanjut Yunho.

Mencoba mengalihkan pandangan dan pikirannya, Min na mengambil salah satu buku yang tertutup itu, dan mencoba membacanya.

“Aku rasa buku fiksi bukan salah satu buku kesukaanmu… tumben sekali semua buku yang kau bawa buku fiksi…”

“Aku.. ha..nya ingin sen..diri Yunho-ah…”Jawab Minna sedikit terbata-bata dalam perkataannya.

“Tidak cukupkah semalam kau menyendiri di kamarmu?” Yunho kini menyimpan bukunya dan difokuskannya matanya pada Min na.

“…”

“Tidak bisakah kau menceritakannya padaku?”

“Yunho-ah…”

“Aku mengenalmu bukan satu atau dua tahun seperti Jaejoong hyung…”

“…”

“Kau tidak mungkin tidur saat lampu kamarmu menyala dan jendela kamarmu terbuka..”

“Aku hanya butuh waktu Yunho-ah…”

“Untuk apa? Kau hanya tinggal mengatakannya… mengatakan apa yang menjadi bebanmu selama ini. Jangan hanya diam dan menatap kosong semua yang ada di hadapanmu. Lakukanlah sesuatu agar kau bisa menyelesaikan masalahmu. Dan… aku akan selau mendukungmu… aku akan membantumu… kau tau itu!”

Min na mengalihkan pandangannya melihat Yunho di saat namja itu menatapnya tajam. ‘bagaimana mungkin aku mengatakan masalahku padamu? Disaat masalahku saat ini adalah kau?!’ Kata Min na di dalam hatinya. Karena bagaimanapun, bibirnya sangat sulit untuk bergerak ketika berhadapan dengan Yunho akhir-akhir ini.

“Yunho-ah… mianhae…”

“apa jaejoong merubahmu menjadi yeoja seperti ini?”

“…”

“Cih!!! Sepertinya aku memang kehilangan sahabatku…”

“Yunho-ah…”

Yunho menarik nafasnya panjang, entah kesal ataupun apa. Yunho kembali melihat lembaran-lembaran buku yang dipegangnya.

“Aku tidak bisa mengatakannya sekarang Yunho-ah… mianhae…” Minna mengataknnya sambil menunduk, mungkin airmatanya sudah kering, atau dengan sekuat tenaga ia menahannya.

“Sejak kapan kau tertutup padaku seperti ini?” Tanya Yunho lagi.

‘sejak aku menyukaimu Yunho-ah…’ batinnya.

Minna mengalihkan pandangannya. Berharap ia tidak mendengar apa yang dikatakannya Yunho. Dan tepat saat itu, ia melihat seorang namja sedang memperhatikannya dari jauh, dibalik jendela perpustakaan. Namja yang berdiri dikoridor lantai satu itu tiba-tiba tersenyum ketika Minna menemukan pandangannya. Ya, seperti biasa. Dia Kim Jaejoong.

“Oppa…” gumamnya kecil. Namun, Yunho selalu mendengarnya.

Yunho segera mengikuti arah pandang Minna, ditemukannya Jaejoong sedang tersenyum pada yeoja disampingnya saat ini. Entah kenapa, ia membenci pemandangan seperti ini.

“Benarkah dia yang memintamu menjadi seperti ini?” Tanya Yunho tiba-tiba.

“Nae?”

Yunho hanya tersenyum. Ya, senyum yang dipaksakan.

Minna memperhatikan senyum itu. ‘ada apa dengan namja ini? Dia tidak pernah menjadi seperti ini sebelumnya’ pikir Minna.

“Jangan melihatku seperti itu…” Larang Yunho yang kembali melihat Minna.

Minna hanya menundukan kepalanya.

“Hem… Arraseo… aku akan menunggu ceritamu nanti…” Kata Yunho mengakhiri percakapannya kali ini dengan Minna. Setelah itu, ia segera berdiri, dan pergi meninggalkan Minna.

Lagi-lagi ia menunjukan tatapan nanarnya pada Yunho. Menatap lekat kepergian namja itu. bersalah? Entahlah. Ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Yang ia tahu, hanya keinginannya untuk sendiri saat ini.

Jaejoong’s POV

“…Minna sedang di perpustakaan…”

Hanya itu yang kuingat dari kalimat yang dilontarkan Yuki, Minna sedang diperpustakaan. Yeah. Memang benar, bila yeoja itu sedang di perpustakaan, maka tak ada seorang pun yang bisa mengganggunya. Bahkan, aku?!

Seperti biasanya, aku memperhatikan yeoja itu yang duduk di salah satu kursi dekat jendela. Baguslah, setidaknya itu bisa memudahkanku memperhatikannya dari bawah sini.

Minna sama sekali tidak menyentuh buku yang diambilnya. Ia hanya menunduk, dan sesekali menarik nafas. Apa seberat itu masalahmu Minna-ah?? Sebenarnya ada apa?

Tak lama, aku melihat Yunho turut duduk di samping Minna. Selalu seperti ini. Selalu perasaan ini yang kurasakan. Aku tidak suka melihat Yunho dan Minna. Itu membuatku sedikit kesal. Ya… walau kutahu Yunho dan Minna hanya SAHABAT masa kecil, tidak lebih –setidaknya itu yang kutahu-. Tapi tetap saja, aku merasa ada sesuatu dibalik kata sahabat –menurut mereka- itu.

Ya!

Minna menemukanku. Ia melihatku yang sedang memperhatikannya disini. Aku hanya tersenyum, menunjukkan bahwa aku memang sedang memperhatikannya. Namun, sayang. Minna tidak membalas senyumku. Kata-kata Yunho sepertinya menarik perhatiannya. Karena tak lama, ia segera melihat Yunho yang tengah menggumamkan sesuatu.

Minna menunduk. Dan Yunho pergi.

“mworago?” gumamku kecil.

Aku segera pergi dari tempat itu, kembali ke kelas. Ya, Minna butuh kesendirian tanpa harus kuperhatikan.

Minna’s POV

Sepertinya memang benar kata Yuki, aku harus beristirahat hari ini.Yuki yang mengurus ijin kepulanganku. Aku hanya duduk di kelas dan pulang setelah melihat paman Yun –supir keluarga- datang menjemputku. Hanya Yuki dan teman-teman satu kelasku yang mengetahui kepulanganku.

Tanpa memberitahu jaejoong, aku langsung pulang. Aku hanya ingin istirahat.

“yo—“

“Kenapa kau tidak memberitahuku bila kau pulang?”

Belum selesai aku menjawabnya, dia langsung berkata dengan terburu-buru seperti itu.

“Mianhae oppa, aku hanya tidak ingin mengganggumu!” Jawabku terdengar sedikit ketus.

“Tapi setidaknya kau memberitahuku…”

“Nae, mianhae~~~”

“Arraseo… apa sekarang kau mau istirahat?”

“Aku pasti sudah tidur bila kau tidak menggangguku, oppa!”

“Ah? Mianhae… arra, tidurlah!”

“nae~~~”

Aku segera menutup flip handphoneku, menaruhnya di sembarang tempat. Dan berusaha tidur.

Aku tahu Jaejoong oppa sangat mengkhawatirkanku, tapi aku tidak suka bila perhatiannya seperti ini. Karena ini akan semakin menyiksaku, semakin membuatku  merasa bersalah.

“Hei bangunlah… kau harus memakan obatmu dulu…”

Aku mendengar suara seseorang membangunkanku. Dan, setelah mengerjapkan mataku, aku melihat Yuki tengah duduk di salah satu sisi kasurku sambil membawa satu nampan makan malam dan beberapa obat di sampingnya.

“Yuki-ah…” gumamku yang terdengar sangat lemah.

“Nae… cepat bangun, kau belum makan dari tadi pagi. Sekarang makanlah, dan minum obat-obat ini.” Jawab Yuki yang setelah menyimpan nampannya ia membantuku untuk bangun. “Apa perlu aku menyuapimu??” Tanyanya lagi.

“Anniyo… aku bisa sendiri…” Jawabku sambil mengambil satu piring makan malam saat itu.

“Sebenarnya ada apa denganmu? Apa kau sangat tidak bisa bercerita padaku?”

Aku sedikit terdiam sebelum menyuapkan makanan.

“Bukannya aku tidak ingin bercerita padamu Yuki-ah… tapi saat ini, bukan waktu yang tepat untuk menceritakannya…” Jawabku yang berusaha setegar mungkin.

“Kuraeyo?? Aku ini sepupumu Minna-ah? Haruskah ada rahasia diantara kita?”

“Bu—“

“Aku tahu, aku memang baru dua tahun tinggal disini, tapi aku sudah menjadi temanmu saat kecil dulu, kau tidak ingat aku lahir di Korea dan tinggal di Korea sampai umurku enam tahun? Bahkan aku masih ingat kita dulu sering bermain?! Kau lebih dari sepupuku Minna-ah… kau sahabat dan kakakku?!”

“…”

“…”

“Mianhae Yuki-ah…”

“Keras kepalamu memang tidak bisa berubah Minna-ah… Asal kau tahu, semakin kau menyimpan masalahmu, maka kau akan semakin tersiksa…”

“…”

“Minna-ah…”

“Mianhae Yuki-ah…”

Yuki hanya mendengus kesal. Mungkin dia akan memaksaku bila dia tidak melihatku sedang sakit saat ini. Ya! Mianhae Yuki-ah… Karena memang, masalah ini tidak mungkin aku ceritakan pada siapapun, ini masalahku, dan hanya bisa diselesaikan olehku, tanpa ada campur tangan pihak lain, walaupun aku tahu, pasti akan berjalan sangat lambat.

“Hem… Arraseo… sejak dulu, aku memang tidak bisa memaksamu… Hem… bagaimana jika aku yang bercerita sekarang?” Tanya Yuki yang kembali menjadi Yuki yang selalu ceria.

“Itu ide bagus… ayolah, kau mau bercerita apa?” Jawabku yang berusaha menjadi aku yang sebelumnya.

“Habiskan dulu makanmu dan minum dulu obatmu. Baru aku akan bercerita…”

“Ya! Sekarang saja… aku sudah tidak sabar…”

“Shiro… cepat habiskan…”

“Neoya Chincha~!!!”

Yuki hanya tersenyum melihat kekesalanku. Dan memperhatikanku ketika aku makan.

Sebenarnya apa yang akan diceritakan yeoja ini? Mungkinkah ada kejadian yang mengesankan tadi di sekolah? Atau… hem… aku jadi sangat penasaran…

Akhirnya, setelah aku meminum obat, tentunya dengan bantuan Yuki. Aku segera duduk bersila dan membiarkan Yuki duduk di atas kasurku, kami berhadapan. Dan aku melihat ekspresi yang sangat berbeda dari Yuki saat itu. Kenapa wajahnya tiba-tiba berubah seperti itu? bersemu merah dan tampak sangat senang?!

“Ya! Ppali… ceritakan padaku?! Mworagoyo?” Tanyaku langsung tanpa basa-basi.

“Hem… aku harap kau tidak mentertawakanku atas ceritaku, ah~~~ anniyo… munkin ini sedikit permintaan…”

“Ya! Mworago?”

“Hem…mungkin kau tau bagaimana perasaanku pada namja itu kan? nan.. ehm… nan…”

Aku menyipitkan mataku mencoba menebak apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa dia berbicara terbata-bata seperti ini?

“Ya! Sebenarnya ada apa?”

“Nan Yunho-ah choaeyo…”

Deg!

Aku harap aku tidak mendengarnya saat ini. Jangan, jangan saat ini. Aku tahu Yuki menyukai Yunho, tapi setidaknya aku tidak ingin dipastikan saat ini, seperti ini.

“Mwo?” gumamku yang berusaha keras menunjukkan keterkejutan sekaligus ketidak inginanku.

“Kenapa kau terkejut seperti itu Minna-ah? Aku pikir kau sudah mengetahuinya sejak lama…” Jawab Yuki polos.

“Ah… Anniyo…. Aku…aku hanya—“

“Ya! Intinya, bisakah kau membuat aku dan Yunho bersama?”

“MWO?” Kini aku benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi. Yuki… Yuki memintaku menyatukannya dengan Yunho. Dengan namja yang diam-diam kucintai.

Haruskah aku menjawabnya? Apa yang harus ku katakan pada Yuki sekarang? Tidak adakah pilihan lain? Pilihan selain menjawab ‘Ya’ untuk pertanyaannya saat ini. Kenapa aku kembali dihadapkan pada situasi yang sama seperti dulu?

 

 

 

TBC…

 

Author : Ahn Hae Rin

12 responses to “Tokiwo Tomete part 2

  1. telat tau, dan telat baca, apalagi telat comment -____-

    aku reader baru, chingu 🙂

    sukaa banget sama FF ini 😀

  2. aaa mian telat komen XD
    manggilnya onnie aja kali ya, kebiasaan manggil onnie
    tapi yg aku bingung kenapa kamu manggil author yg bernick “myupang” dgn panggilan onnie???aaa lupakan.hehe
    back to the topic
    disini jaejoong bener2 tulus banget,penurut,pengertian.pokonya tipe cowo idaman deh XD
    ayodong minna,seengganya beri -sedikit- hatimu pada jaejoong..
    tapi emang posisinya ga enak juga sih.
    aku ko ngerasa kayanya lebih enak make sudut pandang author ya,in my opinion yaaah
    aku juga ngerasa minna kayanya lemah deh.semoga ga ada masalah sama kesehatannya.
    ketauan tuh yunho masih ngarep XD
    aku fikir yunho sama yuki uah pacaran,abisan yang part 1 mereka ketawa ketiwi bareng.eh ternyata engga =.=
    ayo lanjut, konfliknya belom berasa nih.hehehe

    • yuph… minna sama yuki emank suka sama Yunho..

      sipsip, liat lanjutannya aja ya~~
      maksih udah baca and komen~~ 🙂 *kiss and hug*

  3. ehem jj..
    ehem jj..

    EHEM!! *panas* wkwkw engga2 suamiku cuman 2 🙂 uchun sama junsu.. 🙂

    eh, minna suka sama yunho??
    lanjut2 🙂

    eh ia, btw, an hae rin suka sama yunho kan?? boleh minjem namamu ? 🙂

    • hahahah^^ yunjae yunjae donk~~ hahahah

      yuph… minna sama yuki suka sama Yunho…

      oh, boleh boleh banget…
      ahn hae rin sama yunho… cocok kok!! hahahaha #PLAK-abaikan-

    • hahahah^^ yunjae yunjae donk~~ hahahah

      yuph… minna sama yuki suka sama Yunho…

      oh, boleh boleh banget…
      ahn hae rin sama yunho… cocok kok!! hahahaha #PLAK-abaikan-

      btw, makasih udah baca and komen~~~ 🙂 *kiss and hug*

Tinggalkan komentar