New LOvely Days-1

“Sssttt.. Kecilkan suaramu!!” perintah seorang gadis pada seorang laki-laki yang tengah menatapnya dengan wajah setengah memelas yang ditampakkannya. Bukan karena sengaja ia tampakkan, tapi ia benar-benar sedang memohon pada gadis yang ada di hadapannya sekarang dengan penuh pengharapan.

“Karena itulah Ha Neul, ikutlah bersamaku.. ”

“Sudah aku katakan berapa kali padamu bahwa aku tidak akan pernah sudi untuk ikut denganmu.” jawabnya ketus seolah tak menghiraukan perasaan lelaki tersebut.

“Tapi Appa sangat membutuhkanmu sekarang.”

“Ciiss.. Aku sudah tidak menganggapnya sebagai Appaku lagi semenjak ia meninggalkanku dan Omma karena perempuan itu.”

“Tapi.. ”

“Aku tidak peduli lagi dengannya. katakan padanya bahwa aku bisa hidup jauh lebih baik bersama Omma walaupun ia tak ada.”

“Tapi ia ingin bertemu denganmu.”

“Sudah!! Aku tidak ingin dengar!” ucap ha Neul sambil menutup telinganya dengan kedua jari telunjuknya.

“Lebih baik sekarang kau keluar sebelum Omma melihatmu ada di sini.” jelasnya sambil membukakan pintu depannya dan mendorong lelaki itu agar segera meninggalkan rumahnya.

“Ha Neul.. Tunggu Ha Neul.. Tidak bisakah kau memaafkan Appa atas apa yang telah ia lakukan padamu dan ommamu dulu?” tanya lelaki itu sambil menahan pintu yang hendak Ha Neul tutup.

“Aniyo.. Tidak pernah sedikitpun terbesit di dalam pikiranku untuk memaafkannya ataupun kau.” ucap Ha Neul memberikan penekanan pada kata-kata terakhirnya lalu menutup pintu tersebut kasar sehingga menimbulkan suara berdebum yang sangat kencang, sementara lelaki tersebut terus mengetuk pintu rumah Ha Neul hingga akhirnya terhenti setelah merasa bahwa usahanya itu sia-sia.

“Ha Neul, nuguseyo?” tanya Omma yang tiba-tiba saja muncul sambil berpegangan pada gagang anak tangga di sebelahnya.

“Bukan siapa-siapa.” jawab Ha Neul gugup lalu berjalan melewati Ommanya menuju ke lantai atas. Dikunci kamarnya tersebut lalu iapun meraih ponsel

yang tergeletak di atas meja belajar kamarnya.

“Yoboseyo.. ” ucapnya setelah menekan nomor yang ia tuju dan memastikan orang yang ingin ia ajak bicara mengangkat telephonnya.

“Donghae~ah. Bisa kita bertemu?” lanjutnya kemudian.

^_^

“Ahjumma.. kumohon jangan kau lakukan ini padaku.” jerit seorang gadis saat seorang wanita menggeret tubuhnya mendekati pintu keluar.

“Kumohon ahjumma lepaskan aku!” pintanya sambil memberontak pada seorang wanita tengah baya dan seorang pelayan yang membantu wanita tersebut menggeretnya.

“Sekarang ini bukanlah rumahmu lagi. Jadi cepat pergi dan tinggalkan rumah ini.” ucapnya pelan namun terdengar sangat kejam bagi gadis itu.

“Ahjumma.. Kenapa kau seperti ini? Bukankah kita masih mempunyai ikatan darah?”

“Tidak, setelah apa yang telah dilakukan oleh Appamu dulu kepadaku. Dan sekarang kau sudah tidak mempunyai hak apa-apa terhadap rumah ini.” tegasnya seolah tetap pada pendiriannya lalu melemparkan gadis itu keluar dari pintu rumahnya sehingga membuatnya jatuh terduduk di teras rumah bergaya khas mewah korea tersebut.

“Ahjumma.. ” jeritnya berusaha berdiri lalu menggedor pintu rumah tersebut, mengharapkan kebaikan dari sang pemilik rumah yang sekarang telah berpindah tangan dan mengusirnya tadi.

“Ahjumma.. Aku mohon ahjumma.. Buka pintunya.. ” ucapnya tampak lelah.

“Aku rela kau menjadikanku pembantumu seumur hidup asalkan kau mengizinkanku untuk tetap tinggal di rumah ini! Aku mohon ahjumma jangan pisahkan aku dari rumah ini.. Rumah ini adalah satu-satunya kenangan yang ayahku berikan sebelum ia meninggal.. Ahjumma.. Jadi aku mohon.. Izinkan aku untuk tetap tinggal.. ” ucapnya lagi semakin memelan lalu menjatuhkan dirinya bersandar pada pintu yang telah menutup untuknya tersebut. Mata gadis itu tampak menerawang,lalu lama-kelamaan air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Air mata yang bahkan tidak pernah ia keluarkan saat bibinya memperlakukannya dengan semena-mena dan kini telah berhamburan keluar mencapai batas puncaknya.

“Appa.. Omma.. Kenapa jadi begini.. ” keluhnya dalam tangis lalu mengambil tas koper yang tadi juga ikut dilemparkan bersamanya. Ia berjalan mendekati pintu pagar secara perlahan lalu berbalik menatap rumah tersebut sebelum akhirnya ia pergi sambil mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti menetes.

^_^

“Jadi apa masalahmu sekarang, Ha Neul~Ssi?” tanya seorang laki-laki yang tadi di telephonnya dan beberapa jam kemudian mereka telah bertatapan muka di sebuah Tea Shop terdekat dipusat kota Seoul.

“Donghae~ah. ” Ha Neul tampak tidak suka Donghae menggodanya.

“Baiklah, lalu, apakah ini ada hubungannya dengan Appamu itu?” Ha Neul terdiam sesaat, tapi cukup untuk menjawab satu pertanyaan Donghae barusan.

“Berarti seperti yang kuduga. Apa lagi sekarang?”

“Orang itu tadi datang.” Ha Neul mulai membuka mulutnya yang dari tadi tampak tidak mau untuk membuka kecuali untuk meminum coffe mocca kesukaannya.

“Muorago?”

“Tadi orang itu datang lagi mencariku. Ia menyuruhku untuk ikut pergi bersamanya mengunjungi Appaku di London.”

“Maksudmu, kakak tirimu itu?” Ha Neul mengangguk perlahan, Donghae tampak tidak percaya.

“Lalu apa kau bersedia untuk ikut bersamanya?”

“Tentu saja tidak. Aku mungkin adalah orang yang terbodoh di dunia jika benar melakukan hal itu.”

“Waeyo? kau mungkin bisa bertemu dengan Appamu.”

“Lalu meninggalkan Ommaku untuk selamanya karena kemungkinanku untuk kembali sangat kecil?” sambung Ha neul membuat Donghae sendiri bingung.

“Lagipula aku tidak bisa bertemu dengannya.”

“waeyo?”

“Atas sikapnya itu.. ”

“Ha Neul~ah. Aku sudah mengenalmu sejak lama dan aku tahu kau sudah memaafkannya sejak dulu. Apa salahnya sih jadi kalau kau memaafkannya?”

“Tapi.. ”

“Lagipula aku rasa ia juga sudah merasakan derita akibat perbuatan yang ia buat dulu.”

“Tapi Donghae~ah. Kau tidak mengerti kalau.. ” sebuah ringtone ponsel terdengar dari dalam saku celana jeans yang Donghae kenakan, diikuti gerakan Donghae merogoh saku celananya membuyarkan semua obrolannya dengan Ha Neul barusan.

“Yoboseyo.. Baik, aku segera ke sana sekarang.” Donghae lalu menutup ponselnya cepat, ia tampak panik, lalu mengambil ancang-ancang untuk berdiri dan pergi sebelum akhirnya Ha Neul menahannya.

“Kau mau ke mana?”

“Aku ada urusan mendadak sekarang. Obrolannya kita lanjutkan saja nanti.”

“Hajiman.. ”

“Kau ingat? aku dan groupku juga sedang mengalami masalah besar sekarang.” sahut Donghae singkat sambil merapatkan kembali topinya, menutupi wajahnya, lalu pergi diikuti Ha Neul yang tersenyum hambar seolah mengerti keadaannya.

“Hah, setidaknya aku tahu, sahabatku ini adalah orang yang super sibuk.” Ha Neul tertawa renyah menatap Donghae yang tengah berlari kencang seperti mengejar sesuatu dan meninggalkan sesuatu yang penting itu sendirian.

^_^

“MIN RA!!!!” jerit seorang gadis sambil memeluk orang yang baru saja membukakan pintu untuknya.

“Eun Mi? Kenapa kau menangis?” Min Ra tampak bingung melihat keadaan sahabatnya sekarang. Tidak tahu harus melakukan apa, ia pun menyuruh Eun Mi masuk dan menenangkannya di ruang makan dengan segelas air mineral yang langsung diteguk habis oleh Eun Mi, karena haus yang melandanya semenjak seharian tadi menangis.

“Waeyo? Apa lagi yang dilakukan oleh bibimu itu kepadamu?”

“Ia mengusirku.” jawab Eun Mi tanpa berpanjang lebarlagi lalu kembali menangis sambil meraih beberapa helai tissue yang berada di sampingnya.

“Muo?” Min Ra tampak tidak percaya hingga membelalakkan matanya yang nyaris keluar karena terkejut.

“Berani sekali dia? Setelah mengambil alih semua kekayaanmu dan sekarang mengusirmu.” amarahnya tampak menggebu-gebu.

“Huwaaaa.. Sekarang aku harus bagaimana? aku tidak mempunyai tempat tinggal.. Uangku pun sudah menipis.. Lalu bagaimana aku melanjutkan kehidupanku.. Kuliahku.. Aaaaaa Min Ra.. aku bingung.. Tolong bantu aku…” keluhnya sambil memukul-mukul meja makan di hadapannya sementara Min Ra semakin bingung dan kasihan terhadap sahabatnya yang satu ini.

“Aku juga bingung.. Bagaimana ini.. Aduhh.. sudah diam Eun Mi.. ” perintah Min Ra sambil menepuk-nepuk punggung Eun Mi pelan.

“Huwaaaaaa.. ” tangus Eun Mi semakin kencang dan membuat Min Ra terlihat panik.

“Sudahlah Eun Mi. Bagaiamana ya? Bagaimana kalau kau tinggal di sini?”

“Joengmal?” Eun Mi terdiam sesaat,Min Ra tersenyum ragu.

“Tapi masalahnya.. ”

“Wae?”

“Aku harus pergi menyusul Appaku ke Amerika besok.”

“Apa kau bilang? Besok?” Min Ra mengangguk pelan.

^_^

“Baiklah Eun Mi aku pergi ya.. ” pamit Min Ra pagi itu dengan tangan kirinya yang memegang koper basar lalu memeluk Eun Mi sebentar kemudian kembali memberi nasihat.

“Ingat ya.. Kunci pintunya baik-baik. Aku sudah membayar uang sewa rumah ini selama setahun di muka, jadi kau bisa memanfaatkannya dengan baik. carilah pekerjaan yang baik, dengan begitu kau akan bisa membiayai kuliahmu sendiri. Jangan pernah menyerah, kau harus merebut kembali semua hakmu itu, dan jangan lupa untuk memberi kabar tentang keadaanmu padaku. kau sudah mencatat alamatnya kan?”

“Nde. Nde. sudah sana cepat pergi! Kenapa kau mau pergi lama sekali sih?” usir Eun Mi tampak malas setelah mendengar komentar Min Ra yang panjang.

“Ckksss.. Dasar orang ini. Bukankah kau semalaman menangis? Kenapa sekarang kembali liar?” balas Min Ra heran lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Baiklah, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik.”

“Min Ra!” panggil Eun Mi membuat Min Ra kembali menoleh.

“Gomapta. Hati-hati di jalan. Cepat kembali ya.. ” ucap Eun Mi terdengar tulus.

“Ndeeee.. Aku pergi… ” sahut Min Ra lalu berbalik dan tersenyum.

^_^

“SEKARANG MARI KITA PANGILKAN SUPER…. JUNIOR….!!!!” Ucap Shindong Yup saat ia membawakan acara di sebuah stasiun televisi dengan bintang tamu Super Junior.

“WWWAAAAaaaaaaa…..” Jerit para fans Super Junior saat Shindong Yup memanggil mereka masuk.  Tak henti-hentinya para fans menjerit menyebutkan nama masing-masing personil yang mereka sukai. Suara mereka makin keras dan memenuhi studio yang cukup besar tersebut apalagi saat personil Super Junior satu persatu mulai memasuki ruangan studio dengan senyum khas andalan mereka masing-masing yang dapat memikat hati para fansnya dalam hitungan detik.

“Apa kabar? Apa kabar? Silakan duduk.” Ucap Shindong Yup menghampiri mereka lalu mempersilakan mereka duduk.

“Ini pasti merupakan kejutan tersendiri bagi kalian ya? Karena semuanya dapat hadir dalam acara ini?” Tanya Shindong Yup yang duduk setelah para personil Super Junior menempati posisi duduknya masing-masing.

“Ne. Ini merupakan kejutan yang sangat besar karena kami jarang sekali dapat berkumpul bersama-sama seperti ini.” Jawab Eeteuk, leader dari Super Junior.

“Kalau begitu berarti ini adalah acara yang cukup bagus dan sayang jika anda lewati.” Ucap Shindong Yup mempromosikan acaranya diikuti tawa lepas dari para personil Super Junior dan fansnya yang hari itu hadir memenuhi ruang studio.

“Aku serius karena tema yang akan kita angkat kali ini adalah tema yang pasti membuat para fans Super Junior di seluruh dunia penasaran karena ingin mengetahuinya langsung dari kalian.” Shindong Yup menambahkan sambil sesekali melirik para fans SuJu yang hadir pada saat itu.

“Dan judul tema kita kali ini dalam acara Got Married adalah.. Kapan dan dengan Siapa SuJu akan menikah… ” Teriak Shindong Yup membuat seisi ruangan studio gempar.

“Aku dengar beberapa diantara kalian akan ada yang segera menikah? Apa itu betul?” Tanya Shindong Yup langsung menuju pada pertanyaan pertama yang menusuk tepat pada intinya. Awalnya Studio hening saat Shindong Yup memulai pertanyaannya, tapi gemuruh di studio kembali terdengar saat Shindong Yup menyelesaikan pertanyaannya yang pertama. Entahlah bagaimana reaksi para penonton di rumah..(Anda bisa membayangkannya sendiri)

“Hmm.. Itu betul.” Jawab Eeteuk sambil sedikit mengangguk.

“Kalau begitu siapa saja orangnya?” Tanya Shindong Yup lagi. Terlihat beberapa orang fans terdiam mematung menunggu jawaban dari Eeteuk dan berharap kalau bukan personil yang digemarinyalah yang akan menikah. Dan beberapa orang diantaranya ada yang menangis sambil menggigit ujung saputangannya yang digenggam dengan erat dari tadi.

“Itu.. Aku belum bisa mengatakannya sekarang. Karena walau bagaimanapun kami hanyalah manusia biasa dan cepat atau lambat pasti pernikahan itu akan terjadi.”

“Wwwaa.. ” Jerit para fans terkejut saat Eeteuk mengatakan hal tersebut.

“Baiklah kalau begitu, lalu apa kami boleh tahu siapakah calon yang beruntung akan mendampingi kalian itu?”

“Kalau itu, kami belum bisa memberitahukannya sekarang tapi diantara kami… ”

“PIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIPPPPPPPPPPPPPPPPP….”

“Braakk.. ” Eunhyuk mematikan TV dan membanting kasar remote di tangannya saat melihat siaran yang stasiun TV tersebut tayangkan. Ia lalu keluar dari ruang artis dan berjalan memasuki ruang manager.

“Hyung,ayo batalkan ini semua.” ucapnya menghampiri meja seorang laki-laki yang tengah asyik berbincang dengan dua orang yang dikenalnya.

“Apa yang harus dibatalkan?”

“Permainan ini.”

“Ini bukan permainan.” bantah lelaki tersebut lagi disaksikan dua orang lelaki lainnya.

“Arasso.. tapi bagiku ini adalah permainan yang tidak boleh dimulai dan harus cepat diakhiri.”

(Flashback)

“Kalian tahu kenapa aku mengumpulkan kalian semua hari ini di sini?” Tanya Lee Soo Man pendiri dari rumah produksi SM Entertainment yang sekaligus adalah produser merangkap manajer dari Super Junior.

“Tidak. Memangnya ada apa?” Tanya Eeteuk mewakili yang lainnya.

“Baca ini.” Ucap Lee Soo Man sambil melemparkan salah satu koran lokal korea pagi itu ke atas sebuah meja kaca bundar yang dikelilingi oleh para anak-anak SuJu.

“Karena ulah kalian semalam di bar, para wartawan mengira kalian adalah orang-orang yang suka memainkan wanita. Ini akan membawa dampak buruk bagi kelangsungan kalian.” Maki Lee Soo Man kepada ke 13 member dengan wajah yang tampak sangat cemas sambil menyandarkan dirinya ke meja itu.

“Tapi kami tidak melakukan apa-apa. Wanita-wanita itu yang mengejar-ngejar kami.” Bantah KangIn tidak terima dengan tuduhan yang di lemparkan manajernya itu.

“Iya aku tahu. Tapi ini sudah ketiga kalinya kalian melakukan hal seperti ini dan para wartawan hanya bekerja sesuai dengan apa yang mereka dapatkan tanpa mau peduli apakah berita itu benar atau salah.” Balas Lee Soo Man.

“Lalu sekarang kita harus bagaimana?” Tanya Siwon yang mulai angkat bicara setelah sekian lama diam.

“Aku sudah memikirkannya semalam. Bagaimana kalau kalian menikah saja.” Tawar Lee Soo Man memelankan nada bicaranya tidak seperti tadi.

“Apa kau bilang?” Tanya anak-anak SuJu serempak, tidak percaya dengan apa yang diucapkan manajernya barusan.

“Apa kau tidak salah barusan? Menikah? Kami masih sangat muda, masih banyak waktu yang ingin kami habiskan bersama. Walaupun kuakui memang beberapa diantara kami sudah ada yang layak untuk menikah.” Bela Donghae sambil sedikit mengejek pada Eeteuk, Hee Chul, dan juga Hangkyung.

“Hei niatmu itu sebenarnya ingin membela atau mengejek sih?” Tanya Hee Chul yang geram melihat tingkah Donghae yang masih bisa bercanda disaat-saat serius seperti ini.

“Aku tahu mungkin akan ada banyak fans kalian yang akan kecewa diluar sana, tapi paling tidak ini dapat menutup mulut para wartawan dan menjaga keberadaan Super Junior. Kalian ingin kan Super Junior tetap ada?” Tanya Lee Soo Man menyudutkan mereka.

“Itu memang benar sih.” Jawab Sungmin pasrah.

“Tapi apa kau tidak terlalu terburu-buru mengambil keputusan?” Tanya Ryeowook lagi.

“Tidak. Aku rasa ini keputusan yang tepat. Aku sudah memikirkan siapa yang pantas untuk menjalankan ini.”

“Yang pantas? Jadi maksudmu kau ingin mengorbankan salah seorang diantara kami untuk menjadi percobaan?” Tanya Shindong yang mulai menampakkan kecemasan di wajahnya kembali setelah tadi berusaha untuk rilex.

“Aku tidak menjadikan kalian kelinci percobaan. Aku serius. Ini demi kelangsungan Super Junior. Dan bukan salah seorang tapi lima orang. Karena aku pikir sorang tidak akan cukup untuk menghentikan gerakan para wartawan dengan gosip anehnya.”

“Lalu?” Tanya Kibum singkat.

“Kelima orang itu adalah…. ”

(End of Flashback)

“Ingat ini adalah kesalahan kalian.. ”

“Tapi hyung.. ”

“Eeteuk Hyung! Kenapa kau diam saja? Bukankah kau juga salah seorang yang harus menjalankan hal ini. Apa kau senang diperlakukan seperti ini?” Eeteuk mengangkat bahunya tak tahu karena ia sendiripun juga tampak bingung dan sedang mendiskusikan masalah itu dengan Lee Soo Man, manager mereka.

“Hee Chul Hyung! kau juga!”

“Hhahah.. ” Hee Chul tertawa hambar.

“Kau pikir apa yang kami lakukan sedari tadi kalau bukan membahas masalah itu.”

“Lalu kenapa kau diam?”

“Karena segala cara sudah aku lakukan untuk memohon kepadanya.” tunjuk Hee Chul pada Lee Soo Man yang tampak tidak peduli dan sibuk dengan pekerjaannya.

“Aku angkat tangan.” sahut Eeteuk cepat.

“Tapi Hyung.. ”

“Cepat cari pasangan kalian.. Cepat atau lambat berita itu akan menyebar dan semuanya harus segera diumumkan.”

“Hyung!! Hyung!! Dengarkan aku dulu.” panggil Eunhyuk mengejar Lee Soo Man.

^_^

“Eun Ri Imnida.. ” ucap seorang gadis memperkenalkan dirinya pada seorang lelaki yang tengah duduk di hadapannya dalam restaurant tersebut. Wajah gadis itu terlihat kaku dan menunjukkan perasaan tidak senang menatap lelaki di depannya.

“Yun Ho Imnida.. ” sekarang ganti lelaki itu yang memperkenalkan dirinya.

“Bagaimana Jye Yon~Ssi? Mereka sangat serasi bukan?” tanya wanita setengah baya yang duduk di samping Eun Ri kepada wanita setengah baya lainnya yang duduk di samping lelaki tersebut.

“Nde.. dan aku tidak menyangka kalau anak perempuanmu begitu cantik.” balasnya balik memuji.

“Menurutmu bagaimana YunHo?”

“Aku setuju dengan pendapat Omma, ia memang benar sangat cantik.” jawab lelaki bernama YunHo itu sambil tersenyum kepada Eun Ri yang tampak balas memperhatikannya sambil menekuk wajah.

“Kalau begitu JinHoo~Ssi, bagaimana kalau kita atur saja langsung pernikahannya. Karena semakin cepat akan semakin baik.”

“Nde.. Bagaimana Eun Ri?”

“Omma.. ” rengek Eun Ri pelan yang dibalas tatapan mengancam Ommanya.

“Bagaimana kalau bulan depan? Aku pikir semuanya akan beres dalam jangka waktu sebulan.” sahut JinHoo seakan tidak sabar.

“Bagus. Sebulan juga sudah cukup.” tambah YunHo menimpali.

“Hahaha.. Sepertinya anakku benar menyukai anakmu.” ucap Jye Yon sembari tertawa bersama yang lain kecuali Eun Ri yang hanya diam mematung dan hanya berbicara saat memperkenalkan dirinya saja. Dan kali ini perasaannya sudah tidak dapat dibendung lagi, ia sudah tidak tahan dan harus cepat menyudahi ini semua. Ia sudah lelah, terutama dengan semua pria kaya yang Ommanya jodohkan dengannya.

“Omma.. ” jeritnya diambang kekesalannya atas sikap Ommanya.

“Eun Ri apa yang kau lakukan?” tanya JinHoo terkejut tidak kalah terkejutnya dengan YunHo dan Ommanya.

“Aku tidak mau menikah!” ucapnya jelas dan lantang.

“Aku tidak mau menikah, jadi hentikan saja semua ini!”

“Eun Ri!!” seolah tidak dapat menahan emosinya JinHoo pun berdiri mengikuti putrinya yang juga telah berdiri dan hendak pergi.

^_^

“Eun Ri.. Berhenti!!” teriak Omma saat melihat Eun Ri yang sudah bersiap dengan kopernya dan berbagaimacam barang bawaannya berniat untuk pergi.

“Chosumhamnida.. tapi aku akan tetap pergi. Aku sudah muak dengan semua ini omma.. Asal Omma tahu, aku bukanlah barang dan aku tidak suka Omma memperlakukanku seperti ini. Aku juga memiliki perasaan.”

“Perasaan? Untuk apa kau memiliki perasaan jika nantinya itu tidak akan memberikanmu apa-apa.”

“Mungkin benar, tapi setidaknya aku bahagia.”

“Baiklah kalau itu memang maumu. Silakan kau pergi. Tapi jangan harap kau bisa kembali sebelum kau meminta maaf karena kesalahan yang kau perbuat. Hah, membuat malu nama keluarga.”

“Apa benar membuat malu nama keluarga? tapi aku tidak merasa malu. Mungkin Ommalah yang merasa malu terhadap diri Omma.” balasnya membuat Ommanya terdiam tak bisa menjawab.

“Aku pergi!”

“Cho Eun Ri! Jika kau benar-benar akan pergi, jangan harapaku akan mengakuimu sebagai anak.”

“Baiklah Cho JinHoo~Ssi.” tantang Eun Ri lalu melangkah keluar dari rumahnya yang berdiri kokoh bak istana dalam buku dongeng anak-anak.

“Eun Ri!!” jeritnya Ommanya tampak kesal.

^_^

Eun Ri melangkahkan kakinya ke sebuah restaurant besar di pusat kota Seoul. Dalam iklan lowongan kerja di koran yang ia baca, restaurant ini membutuhkan seorang pelayan wanita yang bisa melayani tamunya dengan tangkas. Sebenarnya Eun Ri ragu, tapi ia memberanikan diri untuk melamar kerja karena kehidupannya yang mungkin akan berubah mulai dari sekarang. Langkahnya kemudian terhenti dan tertarik untuk mengetahui apa yang sedang dibicarakan seorang gadis yang tampak sebaya dengannya bersama seorang kepala pelayan restaurant tersebut. Mereka tampak terlihat serius.

“Ahjussi! Aku yang melamar kerja duluan tapi kenapa kau malah mengambil orang lain yang tiba belakangan sebagai pegawaimu?” protes gadis itu terlihat kesal. Tampak bahwa ia membutuhkan pekerjaan itu.

“Apa kau yakin ingin melamamat kerja di tempat ini nona?”

“Tentu saja. Waeyo?”

“Penampilanmu sepertinya tidak menunjukkan kau pantas dan mampu untuk melakukan tugas ini. Ini bukan main-main nona.” jawab kepala pelayan tersebut sambil sekali lagi memperhatikan penampilan gadis tersebut dari unjung kaki hingga kepalanya. Gadis itu mengenakan rok sutera lembut dipadupadankan dengan sweater berwarna merah sebagai atasannya belum lagi segala aksesoris yang terlihat bermerek pada tangan, kaki, leher dan telinganya sementara rambutnya yang ikal tergulai panjang lengkap dengan sebuah penjepit berwarna putih sebagai hiasan kepalanya.

“Wae? kau meremehkanku ya?”

“Bukannya meremehkan, tapi sepertinya kau tidak terlalu membutuhkan pekerjaan ini setelah aku melihat barang-barang yang kau kenakan.”

“Ajussi! Bagaiamana bisa kau menilai seseorang dari penampilan luarnya?” amarah gadis itu sepertinya memuncak.

“Ahjussi!” ucap Eun Ri tiba-tiba. Ia pun akhirnya tidak bisa menahan dirinya lantaran perlakuan tidak adil ahjussi itu kepada gadis tersebut, ditambah lagi ia juga merasa diremehkan karena dandanannya yang terlihat sama dengan gadis tersebut. Rok berbahan lembut design designer terkenal dengan atasan kemeja merah muda yang tak kalah bermereknya dengan barang-barang yang ia kenakan. Rambutnya yang lurus, tampak tergerai panjang dan melambai saat ia berjalan menghampiri gadis dan kepala pelayan tersebut.

“Apa benar kau berlaku tidak adil?”

“Siapa kau? Ooo.. Arasso! kau pasti teman gadis ini, penampilanmu tampak tak berbeda jauh dengannya. Gadis itu menatap Eun Ri heran sementara Eun Ri melirik sedikit kepadanya dan tersenyum.

“Ahjussi, seharusnya kau bersikap adil. Apakah penampilan menjadi patokan seseorang untuk melamar kerja di tempat ini? Bagaimana kalau ternyata ia benar-benar membutuhkan perkerjaan ini?”

“Kalian tidak mengerti.. ”

“Apa yang kami tidak mengerti?” sahut Eun Ri cepat.

“Sudahlah, sebaiknya kalian cepat pulang sebelum orang tua kalian panik mencari kalian. Dasar, anak manja.” ucap orang itu sambil menyeret Eun Ri dan gadis itu keluar dari restaurantnya.

“Hah, apa kau bilang ahjussi?” tanya Eun Ri kesal sambil berusaha bertahan walaupun tenaganya tidak imbang.

“cepat keluar!!”

“Ahjussi.. ” jerit gadis itu juga tampak geram.

“Bruukk.. ” Eun Ri dan gadis itu sekarang benar-benar dilemparnya keluar dari restaurant tersebut.

^_^

“Aku berangkat!” teriak seorang gadis yang telah rapi menghampiri motor berwarna merah mudanya yang terparkir di halaman rumah bergaya sederhana dengan berbagai tanaman bunga menghiasi halamannya yang luas.

“Yee Jin~ah. ” panggil seorang wanita yang tampak tidak terlalu tua menghampirinya.

“Jangan pulang terlalu malam dan ingat untuk menyempatkan dirimu makan siang.”

“Nde Omma.. ” jawabnya sambil menggantungkan sebuah tas di pegangan motornya lalu memakai helm dan menyalakan mesin motornya.

“Hati-hati ya!” gadis itu hanya tersenyum.

“Aku berangkat!!” beberapa menit kemudian ia sudah melesat di jalanan kota Seoul yang telah ramai pagi itu. Banyak pejalan kaki yang berlalu lalang dan orang-orang yang memadati tempat pemberhentian bus siap untuk melakukan aktivitasnya masing-masing mulai dari anak sekolah hingga orang tua yang tampak akan pergi bekerja. Ia lalu membelokkan motornya di perempatan lampu merah, menyingkir sejenak dari kebisingan tersebut. Motornya lalu berhenti tempat disebuah toko tua tempat dijualnya berbagai aneka kue khas tradisional korea khusus untuk oleh-oleh yang akan di belinya.

“Halmoni!!” teriaknya memasuki toko kue tersebut.

“Yee Jin~ah. ” sahut seorang nenek yang tampak masih bertenaga dan sehat tampak senang melihat kehadiran Yee Jin.

“Kali ini untuk siapa?”

“Dosenku.”

“Baiklah tunggu sebentar.” ucap nenek itu mengambil beberapa buah kue dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak kue berukuran sedang.

“Ini.” lanjutnya sambil menyerahkan bungkusan box itu kepada Yee Jin sementara Yee Jin mengeluarkan dompetnya dari dalam tas slempangnya dan membayar harga kue yang dibelinya.

“Halmoni.. Kamsahamnida.. ” ucapnya lalu menunduk kemudian pamit dan pergi. Yee Jin baru saja akan keluar dari toko tersebut ketika seseorang mengambil cepat tas yang tadi sempat digantungnya di motor dan membawanya pergi. Beberapa saat ia terdiam karena terkejut, detik berikutnya ia mulai bergerak setelah berteriak menitipkan sebentar motornya pada halmoni pemilik toko kue lalu berlari mengejar jambret tersebut.

“Jambret.. Tolong.. Ia mencuri laptopku.” jerit Yee Jin sambil berlari mengejar jambret tersebut.

^_^

Berita bahwa beberapa orang personil Suju akan segera menikah membuat seluruh Asia gempar. Semua stasiun televisi korea berebut memanggil mereka untuk mengadakan wawancara lebih lanjut, tak luput para wartawan yang terus mengejar mereka menanyakan seputar masalah pernikahan itu. Nama Boyband mereka menghiasi selalu koran lokal korea setiap harinya. Siapa dan dengan siapa mereka akan menikah sekarang membuat para fans histeris dan penasaran.

(Flashback)

“Bagaimana ini seluruh orang mempertanyakan siapa calon kami?” Keluh Eeteuk pada Lee Soo Man dan ke 12 member di sebuah ruangan tempat di mana Lee Soo Man pernah mengumpulkan mereka sebelumnya.

“Kalau begitu sekarang kalian cari pasangan kalian.” Ucap Lee Soo Man melipat kedua belah tangannya ke depan dada sambil bersandar pada lemari kayu kecil di belakangnya.

“Kau bilang cari, hah?” Tanya Eunhyuk emosi dengan jawaban Lee Soo Man yang terlalu enteng.

“Memang kalian ada masalah? Yang mau menikah kan kalian masa aku yang harus mencarinya.” Jawab Lee Soo Man kali ini sambil memainkan kukunya yang terlihat panjang.

“Tapi yang mempunyai ide ini kan kau! Aku pikir kau sudah mempunyai calon untuk mereka.” Bela Hangkyung.

“Aku memang yang mempunyai ide ini, tapi aku tidak pernah bilang kan kalau calonnya pun aku punya.” Jawab Lee Soo Man membuat semua member kesal.

“Kalau begini apa yang harus kami lakukan?” Tanya Hee Chul dengan amarah yang menggebu-gebu.

“Baiklah, aku akan memberikan waktu kepada kalian berlima untuk mencari pasangan yang cocok. Member yang lain juga boleh membantu.” Ucap Lee Soo Man hendak berniat pergi keluar dari ruangan.

“Hei kau kira mencari pasangan semudah mencari sepasang sepatu apa.” Bentak Donghae yang ikut terbawa emosi.

“Itu betul!” Sahut member yang lainnya membela Donghae.

“Aku tahu. Tapi apa kalian ingat? Ini semua terjadi karena kesalahan yang kalian perbuat.” Balas Lee Soo Man pergi.

(End of Flashback)

“Hyung, ternyata aku benar orang yang sengsara ya?” tanya Eunhyuk tak bertenaga setelah gagal membujuk Lee Soo man untuk membatalkan rencana yang telah dibuatnya selama beberapa hari ini.

“Ahh sial!! Lee Soo Man brengsek!” Jerit Eunhyuk sambil menendang sebuah kaleng di depannya.

“Benar, aku tidak menyangka kalau ia akan dengan mudah berbicara seperti itu.”

“Hei kau mau minum?” Tambah Shindong sambil mendekati sebuah mesin penjual minuman otomatis diikuti Eunhyuk dibelakangnya.

“Ini.” Kata Shindong sambil memberikan minuman kaleng yang diambilnya dari mesin tersebut kepada Eunhyuk.

“Hei kau gila ya? Kenapa memberikan aku jus apel? Kau ingin membuatku mati membeku dicuaca sedingin ini ya? aku mau ini saja.” Ucap Eunhyuk sambil merebut sekaleng coklat panas milik Shindong yang sudah hampir dibukanya.

“Apa-apaan kau? Dasar, sudah bagus aku mau membelikannya untukmu.” Shindong tidak mau kalah dan berusaha merebut kembali minuman kaleng miliknya.

“Tolong!!!!!” jerit seorang gadis membuat Eunhyuk dan Shindong terkejut lantas berhenti bertengkar karena melihat suasana yang sepi disekitar mereka.

“Hah, hah, hah, hah.. ” ucap gadis itu sambil memegangi lututnya dengan napas tersengal-sengal. Rupanya ia sudah berlari lumayan jauh dan tidak mengerti di mana ia sekarang.

“Kau!” katanya menunjuk pada Eunhyuk dan Shindong lalu menghampirinya. Keriangat tampak bercucuran dari wajahnya dan rambutnya yang sedikit bergelombang tampak basah karena keringatnya tersebut. Eunhyuk tampak sedikit ketakutan apalagi saat gadis menarik kerah bajunya seolah ingin memukulnya.

“Kau! Apa kau melihat seseorang yang berlari ke arah sini sambil membawa sebuah tas hitam di tangannya?” Eunhyuk menggeleng begitu juga Shindong yang tampak tidak mengerti.

“Aaaaaaaaaaaaaaa…… ” jeritnya lalu berteriak setelah mendorong sedikit tubuh Eunhyuk. Matanya yang tadi tampak liar sekarang berubah menjadi berkaca-kaca seolah sedang memelas pada Eunhyuk dan Shindong yang berdiri di hadapannya.

“A. Ada apa?” tanya Eunhyuk memberanikan diri bertanya pada gadis yang tengah berjongkok sambil menenggelamkan wajahnya ke lutut.

“Laptopku di curi……. Ia mengambil laptopku.. ” jelas gadis itu histeris lalu menangis.

“Bagaimana ini.. Di dalamnya ada laporan tugas akhirku.. Aku harus mengumpulkannya hari ini.” keluhnya sambil menatap pada Eunhyuk dan sekali melirik ke arah Shindong yang tampak panik melihatnya menangis.

“Aaaaaaaaaaaaaa… ” jeritnya lagi lalu terduduk di jalan sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

“Bagaimana kalau melapor ke pos polisi terdekat? mungkin mereka tahu sesuatu.” saran Eunhyuk membuat gadis itu terdiam sesaat.

“Muorago?”

^_^

“Jadi kau pergi dari rumah?” Eun Ri mengangguk saat gadis yang dibelanya tadi menanyakan hal tentang dirinya.

“Lalu bagaimana dengan dirimu?”

“Na?” Eun Ri mengangguk.

“Tidak jauh berbeda denganmu.”

“Hei bagaimana kalau kau tinggal bersamaku?”

“Bersamamu?” gadis itu mengangguk.

“Temanku memberikan rumah sewaannya padaku, kebetulan juga ia sudah melunasinya setahun dimuka. Karena Appanyalah ia terpaksa harus pergi ke Amerika.”

“Tapi apa tidak apa-apa?”

“Jangan khawatir, anggap saja ini ucapan terima kasihku karena telah menolongku barusan.”

“Tunggu! Tapi namamu?”

“Oh iya hampir saja lupa. Eun Mi Imnida.. ” Eun Mi tersenyum senang padanya. Karena mulai sekarang ia tidak akan tinggal sendiri.

“Eun Mi? Eun Ri Imnida.. ”

^_^

Mata Eeteuk dari tadi tertuju pada seorang gadis yang tidak sengaja ia lihat saat sedang berjalan-jalan di sekitar taman untuk menyegarkan pikirannya. Ia sepertinya sibuk mengotak-atik sebuah laptop di depannya tanpa mengerti apa yang sedang ia lakukan, sehingga ia sering mendesah karena kesal.

“Aaaaaaa… ” jerit gadis itu kesal lalu berdiri dari bangku taman lalu kembali duduk dan mengotak-atik laptopnya kembali. Itu terus ia lakukan selama beberapa kali saat ia hampir saja menyerah. Lama-kelamaan Eeteuk jadi penasaran dengan hal yang dilakukannya dan duduk mendekati gadis itu di bangku taman, berpura-pura membaca koran di sebelahnya.

“Apa sih yang ditulisnya sebagai password?” keluh gadis itu lagi kali ini terdengar jelas oleh Eeteuk.

“Kau lupa dengan passwordnya?” tanya Eeteuk tanpa bergeming dari korannya.

“Hah? N. Nde.. ” Gadis itu tampak terkejut saat Eeteuk mulai bertanya padanya.

“Bagaimana bisa lupa? Teledor sekali?” Gadis itu memaksakan tawanya yang terkesan aneh.

“AH Ahjussi.. Jangan begitu.. Akukan hanya manusia biasa suatu saat pasti pernah lupa.”

“Untuk hal yang sepenting itu?” pancing Eeteuk menyindir gadis itu.

“Apa kau lupa ingatan?” tanya Eeteuk lagi.

“Kau mengalami kecelakaan ya?”

“Berapa jahitan yang kau dapat?”

“Kasihan sekali.. ckckckckk.. ” ucap eeteuk sambil terus membaca korannya. Lama kelamaan, gadis itu menjadi kesal lalu berdiri menatap pada Eeteuk yang dari tadi terus duduk dan berkomentar di sebelahnya.

“YA!! Ahjussi!” teriaknya pada Eeteuk setelah menutup laptop tersebut.

“Kenapa sih ahjussi peduli sekali dengan urusanku? Lebih baik ahjussi urus saja urusan ahjussi sendiri.” makinya lalu berjalan menjauhi Eeteuk.

“Atau.. Apa itu bukan laptopmu?” ucap eeteuk yang telah berdiri dan berhasil membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

“Ahjussi!!” Gadis itu membalikkan badannya menatap lelaki yang dari tadi dipanggilnya dengan sebutan ahjussi.

“Siapa yang kau panggil ahjussi?” tanya Eeteuk terlihat galak.

“Ah mian.. Aku pikir tadi kau.. hehehe.. ” gadis itu tertawa aneh lalu bermaksud pergi tapi Eeteuk kembali menahannya.

“Hei jadi apa benar kau lupa ingatan?”

“Kurae.. Aku lupa ingatan. Lalu apa maumu? kau puas?” tantang gadis itu berjalan ke arah Eeteuk dengan amarah yang telah memuncak.

“Joengmal?” tanya eeteuk seketika itu juga merubah raut wajahnya seolah mengasihani gadis tersebut.

“Jadi apa kau tidak ingat padaku?” tanya Eeteuk terlihat sedih menatap ke arah gadis itu lalu memegangi kedua belah tangannya.

“Neo?” Eeteuk mengangguk.

“Nugu?” tanya gadis itu tampak bingung lalu berpikir sesaat.

“Aku Eeteuk, Neo, namja chingu. apa kau tidak ingat padaku. Ke mana saja kau selama ini? Aku mencari-carimu ke mana-mana. Kenapakau tidak bilang kalaukau kehilangan ingatanmu?” ucap eeteuk mengundang perhatian orang-orang disekitarnya. eeteuk terus berjalan mundur hingga menyudutkan gadis itu.

“kau? pacarku? Tidak mungkin? Lepaskan tanganku. Dengar! Seumur hidupku aku tidak pernah mempunyai pacar, jadi bagaimana bisa aku berpacaran denganmu.” jelas gadis itu menggebu-gebu.

“Lagipula.. ” ucap gadis itu terhenti seolah sadar akan perkataannya.

“Jadi kau tidak lupa ingatan kan?” tawa Eeteuk sinis.

“Te.. Tentu saja lupa.. Tadi itu.. hanya.. hanya.. ” ucapnya gugup.

“Kau mencuri ya?” terka Eeteuk membuat gadis itu terbelalak karena tidak percaya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya berjalan mundur.

“Ayo ikut aku!” ajak Eeteuk sambil menarik tangan gadis tersebut untuk mengikutinya.

“Kenapa aku harus ikut denganmu?”

“Sudah,ikut saja.”

“Odie~?”

“Pos polisi terdekat sebelum kau kabur.”

“Shiro… Aku tidak mencuri.. Shiro.. ” teriak gadis itu saat Eeteuk menariknya paksa.

^_^

“Songsaengnim, cepat tolong aku! Seseorang mencuri laptopku.” ucap Yee Jin melapor ke pos polisi terdekat ditemani oleh Eunhyuk dan shindong.

“Di dalamnya ada tugas akhirku.. Bagaimana ini? Eotteoke?”

“Tenang.. Coba Anda jelaskan secara perlahan.”

“Aku sedang membeli beberapa buah kue di toko kue halmoni lalu tiba-tiba pencuri itu mencuri laptopku.” jelasnya terlihat panik.

“Hei.. tenanglah.. ” ucap Eunhyuk disela-sela kepanikan Yee Jin.

“Lalu apa Anda bisa menjelaskan ciri-cirinya?”

“Aku juga tidak tahu karena kejadiannya yang begitu cepat. Tapi ia mengenakan sebuah topi shakespeare hitam dan mengenakan mantel coklat. Rambutnya tidak terlihat karena topi yang dikenakannya jadi aku kurang tahu apakah ia laki-laki atau perempuan. Sepertinya laki-laki. Ah tunggu! tapi dari cara berlarinya seperti perempuan.”

“Jadi dia laki-laki atau perempuan?” tanya polisi tersebut bingung saat mencatat keterangan yang Yee Jin berikan.

“Molla.. ” sahut Yee Jin pasrah.

“Aaaaaaa.. songsaengnim.. kau harus menemukannya.. Karena ini menyangkut masa depanku.” jeritnya kembali.

“Shiroooo… ” terdengar suara seseorang yang berteriak dari kantor polisi membuat semua perhatian tertuju pada pemilik sumber suara tersebut.

“Eeteuk hyung!!” sahut Eunhyuk dan Shindong terkejut saat melihat Eeteuk mendatangi kantor polisi tersebut sambil menggeret seorang gadis di sebelahnya.

“Eunhyuk! Shindong! Apa yang kalian lakukan? Apa kalian membuat masalah?”

“Aniyooo.. ” bantah Shindong cepat.

“Kami mengantar seseorang yang sedang kehilangan laptopnya.” jelas Eunhyuk sambil menunjuk YeeJin dengan ujung matanya.

“Laptop?” tanya Eeteuk seperti mengetahui sesuatu lalu melirik ke arah gadis yang dibawanya.

“Muo? Lepaskan.” jerit gadis itu diikuti Eeteuk yang melepaskan pegangannya.

“Ahhhhh.. Laptopku… ” jerit Yee Jin menghampiri gadis yang dibawa eeteuk lalu mengambil laptop yang dipegang gadis tersebut.

“Laptopku.. ” jerit Yee jin kembali histeris lalu memeluk laptopnya.

“Kamsahamnida… kamsahamnida.. ” ucap Yee Jin membungkukkan badannya pada gadis tersebut lalu mengeluarkan dompet dari dalam tasnya dan memberikan beberapa lembar uang kepada gadis tersebut. Eeteuk menatapnya heran begitu juga gadis tersebut.

“Terima kasih karena sudah menemukan laptopku, sebagai imbalannya ambillah ini.” Yee Jin menyodorkan uang tersebut kepada gadis tersebut.

“Ah.. Aniyo.. Bukan apa-apa.. ”

“Tidak apa-apa ambillah ini.” ucapnya lagi lalu memaksa gadis tersebut agar menerimanya.

“Kunde.. Kunde.. ” ucap Eeteuk terpotong-potong saat bermaksud menjelaskan hal yang sebenarnya.

“Songsaengnim, aku membatalkan laporanku, aku sudah menemukan laptopku. Kamsahamnida.. ” ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkan pos tersebut. Eeteuk menatap pada Yee Jin tidak percaya.

“Hyung! Kalau begitu kami duluan ya.” Shindong dan Eunhyuk berjalan menghampiri Eeteuk yang terdiam mematung sementara gadis sebelahnya terlihat sangat senang dengan uang yang diberikan Yee Jin kepadanya lalu mulai menghitungnya.

“Satu.. dua.. tiga.. ” hitung gadis itu terhadap uang yang telah dipegangnya.

“Eunhyuk~ssi!” panggil polisi itu tiba-tiba.

“Boleh aku minta tanda tanganmu? Anakku sangat menyukaimu.”

^_^

“Untuk apa kau mengajakku ke mari?” tanya Ha Neul terlihat malas untuk pergi saat itu.

“Ayolah Ha Neul~ah. Jangan begitu.. Aku kan bermaksud baik mengajakmu makan.” sergah Donghae cepat.

“Tidak biasanya. Bukannya kau selalu sibuk?” tatap Ha Neul curiga.

“Kenapa kau selalu berprasangka buruk kepadaku?”

“Molla.. Mungkin aura dirimulah yang membuatku seperti ini kepadamu.”

“Memangnya bagaimana aura diriku itu?” tanya Donghae ingin tahu.

“Menyebalkan. Apalagi saat kau meninggalkan aku beberapa hari yang lalu itu.” ucap Ha Neul menekuk wajahnya, tidak mau menatap ke arah Donghae.

“Mianhae.. Bagaimana kalau kita melanjutkan obrolan yang kemarin?”

“Shiroo.. Aku sudah tidak berminat.” tolak Ha Neul mentah-mentah lalu menatap ke jalanan dari jendela restaurant tempatnya duduk.

“Jadi apa kau marah?” selidik Donghae dengan sedikit menggoda.

“May be Yes. maybe no. ”

“Apa kau bilang?”

“Sudahlah,lupakan!”

“Jadi kau marah rupanya. Baiklah, ayo kita pergi!” ajak Donghae lalu berdiri secara tiba-tiba membuat Ha Neul terkejut.

“Odie?”

“Pulang.”

“Pulang?”

“Lalu makanannya? Bukankah kau sudah memesannya?” tanya Ha Neul seolah tidak ingin pergi sebelum mendapatkan makanan yang menjadi haknya.

“Sudahlah,lupakan! Aku akan mengantarmu pulang atau mungkin ke kantor Ommamu.”

“Aaaa.. tidak usah. Ayo kita kembali duduk dan mengobrol.” ucap Ha Neul berusaha untuk tersenyum lalu menyuruh Donghae untuk kembali duduk.

^_^

“Apa yang kau pikirkan tentang orang itu?” tanya Eun Ri pada Eun Mi yang tengah sibuk mengelap meja kosong restaurant sepeninggal tamunya pergi.

“Yang mana?”

“Itu.. laki-laki itu dan gadis itu?” tunjuk Eun Ri kembali pada seorang lelaki yang mengenakan setelan kaus dan celana jeans santai lengkap dengan topi putih dan kacamata hitam yang menutupi wajahnya sementara sang gadis tampil modis dengan setelan kemeja dan celana hitamnya dengan berbagai hiasan menghiasi tangan dan lehernya.

“Seperti sedang melakukan transaksi barang terlarang saja.”

“Benar, itu yang dari tadi ada dipikiranku.”

“Hei kalian berdua! Cepat bekerja!” tegur seorang pelayan lelaki yang terlihat lebih senior daripada mereka.

“Kalian berdua cepat antarkan semua makanan ini ke meja nomor tujuh.”

“Wwuaaaaaaaaaahhh.. Banyak sekali.” ucap Eun Mi takjub.

“Apa benar ini untuk tamu di meja nomor tujuh?” tanya Eun Ri memastikan.

“Iya sudah sana.” Eun Ri dan Eun Mi berjalan mendekati meja tamunya yang ternyata adalah dua orang yang mereka curigai tersebut. Samar-samar percakapan keduanya semakin terdengar jelas.

“Ha Neul~ah. Sebenarnya.. ada yang ingin aku katakan padamu.” kata lelaki tersebut pada sang gadis.

“Nde.”

“Sebenarnya aku ingin bilang kalau… ”

“Maaf permisi. Ini pesanan Anda.” potong Eun Ri sambil meletakkan beberapa buah piring berisi makanan khas tradisional korea yang sangat pedas di atas meja dibantu oleh Eun Mi yang membawakan kereta dorong untuk makanan tersebut.

“Ah ya.. kamsahamnida.. ” ucap gadis tersebut tampak sopan lalu tersenyum pada Eun Ri dan Eun Mi.

“Apa sodanya ingin kami tuangkan?” tawar Eun Ri yang disambut baik oleh gadis tersebut.

“Ha Neul~ah. Aku ingin bilang kalau.. ” diam-diam Eun Ri dan Eun Mi mendengarkan pembicaraan mereka sehingga tanpa sadar Eun Ri menuangkan soda tersebut terlalu banyak pada gelas gadis itu dan membuat celananya basah.

“Ah maaf.. maaf.. ” ucap Eun Ri meminta maaf lalu membungkuk dalam-dalam.

“Aiiissh.. Eun Ri~ah. Apa yang kau lakukan?” sambung Eun Mi terlihat panik lalu ikut meminta maaf.

“Ah tidak apa-apa.. ” ucap gadis itu terlihat ramah tanpa terlihat kesan bahwa ia akan memarahi Eun Ri atas perbuatannya.

“Mari biar aku bantu bersihkan.” ucap Eun Mi lalu mengambil beberapa helai tissue di atas meja tersebut.

“Ah tidak apa-apa. Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri.”

“Ha Neul~ah. Gwenchana?”

“Hmm.. ” Ha Neul mengangguk sembari tersenyum. Tapi wajah lelaki itu tampak menunjukkan ekspresi lain. Kecewa,itu yang tampak pada raut wajahnya.

“Ada apa ini?” tanya lelaki yang tampak seperti manager restaurant tersebut.

“A. Aku tidak sengaja menumpahkan air soda mengenai nona ini.” Aku Eun Ri tertunduk menyesal.

“Apa kau bilang? Nona, kau tidak apa-apa?”

“Maafkan atas keteledoran pelayan kami ini nona.”

“Gwenchana. Donghae~ah. Aku ke toilet sebentar.” setelah memberi aba-aba dengan anggukan, gadis itu pergi.

“Eun Mi! Eun Ri! Kalian ikut aku kebelakang!” perintah kepala manager dengan tatapan buas.

^_^

“Aiiiisshh.. Asyik sekali ya jadi dirimu.”

“Wae?” tanya gadis yang tadi sempat Eeteuk bawa ke kantor polisi namun dapat kembali tanpa harus terjerat persoalan yang rumit. Tampaknya keberuntungan memang selalu berpihak padanya.

“Mencuri tapi malah diberi uang oleh orang yang laptopnya tadi kau curi.”

“Hehehehee.. Kurae.. ” ucap gadis itu tampak senang lalu kembali menghitung berlembar-lembar uangnya.

“Hehehehe.. ” Eeteuk meniru tawa gadis itu kesal.

“Lebih baik kau cepat mengembalikan uang itu kepada pemiliknya.”

“Wae?” teriak gadis itu spontan, tampak tak menyetujui saran Eeteuk.

“Pakai bertanya lagi. Tentu saja karena kau tak berhak sama sekali atas kepemilikan uang itu.” jelas Eeteuk terus berjalan beriringan dengan gadis tersebut.

“Jelas aku berhak. Karena aku telah mengembalikan laptop miliknya. Lagipula aku tak meminta uangnya sejak awal,ia yang memberikannya padaku.”

“Mengembalikan? Bukannya kau berniat mencurinya sejak awal.” balas Eeteuk membuat gadis itu risih berlama-lama berada di sampingnya.

“Noe.. ” ucap gadis itu terpotong oleh suara dering ponsel yang terdengar dari dalam tas hitam gadis tersebut. Eeteuk menatapnya takjub, apalagi saat ponsel gadis itu dikeluarkannya.

“Yoboseyo.. Ah, Taemin.. Wae? Tumben kau menelponku? Na?” ucap gadis itu lalu melirik sedikit ke arah Eeteuk lalu sedikit menjauhkan diri darinya.

“Aku sedang ada urusan sekarang. Tolong kau absenkan aku..  ” bujuknya pada orang ditelephon pelan. Tapi tetap saja Eeteuk dapat mendengarnya.

“Ooo.. Baiklah.. Gomawo.. ” gadis itu lalu menutup ponselnya.

“Sepertinya kau harus pergi ke suatu tempat?”

“Jangan dipikirkan.. Bukan urusan penting.. Hanya mengerjai dosenku sedikit.” ucap gadis itu licik.

“Dosen? Kau mahasiswi?” gadis itu mengangguk sambil memasukkan uangnya ke dalam dompet dan meletakkan dompetnya ke dalam tasnya. Eeteuk menatap gadis di sebelahnya heran.

“Mempunyai ponsel dan seorang mahasiswi.. Lalu untuk apa kau mencuri? Sepertinya kau orang mampu. Ditambah kau membolos? ckckckckck… ”

“Sudahlah, kau tidak usah tahu apa urusanku. yang penting hari ini aku sedang senang.” ucapnya sambil setengah mengulet untuk meregangkan tubuhnya.

“Sudah ya, kalau begitu aku pergi.” ucapnya lagi lalu menepuk punggung Eeteuk kencang sehingga membuatnya terdorong ke depan. Baru gadis itu akan berjalan tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi.

“Ada apa lagi?” jawabnya malas setelah mengetahui siapa yang menelphonnya.

“Nde.. Aku ke sana sekarang.” gadis itu pun berlari pergi melesat menerobos gang-gang yang sepi. Ini benar-benar hari yang aneh bagi Eeteuk sehingga ia tidak bisa melepaskan pandangannya pada gadis tersebut bahkan setelah ia pergi.

^_^

“Jangan mengeluh begitu Eun Ri.. ” ucap Eun Mi yang berusaha menenangkan Eun Ri yang tampak kalap atas surat pemecatan yang managernya berikan.

“Bagaimana bisa aku tenang, kau sendirikan juga tahu kalau kita telah bersusah payah mendapatkan pekerjaan itu.”

“Tapi masih banyak pekerjaan part time lainnya kan?”

“Aku tahu, tapi restaurant itulah yang memberikanku penghasilan paling besar. Padahaltadinya aku berniat menabung untuk bisa pindah ke universitas lain yang butuh hanya biaya kecil.” Eun Ri tampak kecewa lalu menutupi wajahnya dengan selimut.

“Aku akan keluar?”

“Muo? Wae?” Eun Ri lalu kembali duduk ke posisi awalnya di atas kasur.

“Kalau kau dikeluarkan, aku juga akan keluar.”

“Andweee.. kau juga membutuhkan pekerjaan itu bahkan melebihi aku. Aku bisa menangani hal ini. Aku akan mencoba mencari pekerjaan di tempat lain. Jadi, kau jangan berhenti.”

“Tapi restaurant akan sepi tanpamu. Aku juga akan sendiri. Bukankah lebih baik jika kita bersama.”

“Bukankah kita memang selalu bersama?” sahut Eun Ri cepat.

“Jika kau keluar,aku akan sangat membencimu. Ingat itu!” ancam Eun Ri lalu kembali merebahkan badannya dan kembali menutupi wajahnya dengan selimut. Eun Mi terdiam sesaat lalu tersenyum.

“Kalau begitu aku akan membantumu mencari pekerjaan.”

“Sudahlah jangan pikirkan aku. Lebih baik kita tidur. Karena besok akan banyak pekerjaan yang menunggu.” ucap Eun Ri terdengar setengah sadar.

^_^

“Siwoooonn~ah.. Apa kau membawakan sesuatu untukku?” tanya Hee Chul dengan terburu-buru sambil menghampiri Siwon yang terlihat masih sangat lelah seusai menempuh perjalanan panjangnyanya antara cina-korea dalam rangka promosi album terbaru super junior-M super girls.

“Aku tidak yakin dengan apa yang aku belikan untukmu. Tapi kau bisa memeriksanya di dalam koperku.” ucap Siwon lalu kembali memejamkan matanya di sofa.

“Kyuhyun~ah. Apa yang kau belikan untukku?”

“Ini.” Kyuhyun menyerahkan sebuah bungkusan putih kepada Hee Chul.

“Kaset game terbaru? Kau yakin membelinya untukku? Bukan untuk dirimu?” terka Hee Chul yang tahu bagaimana sifat Kyuhyun.

“Sebenarnya.. Kita bisa memainkannya bersama hyung.” sahut Kyuhyun sambil menunjukkan senyum manisnya dibalas dengan senyum khas andalan Hee Chul.

“Lupakan!” ucap Hee Chul melemparkan kembali bungkusan tersebut kepada Kyuhyun lalu berjalan menghampiri Ryeowook.

“Hyung apa kau lapar?” tanya Ryeowook yang langsung mengerti akan sikap Hee Chul yang mendekatinya.

“Memangnya kenapa?”

“Kau suka bakpau? Aku akan membuatkannya untukmu. Kemarin aku mendapatkan resepbagaimana cara membuat kue bakpau yang enak saat berkunjung ke salah satu toko penjualan kue di cina. Chakanman.” Ryeowook lalu bergegas menuju dapur dan mulai bermain dengan alat-alat dapur tersebut.

“Aaaaa.. Kenapa semua dongsaengku tidak ada yang peduli padaku?” keluh Hee Chulkesalkarena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

“Biasanya Donghae akan membelikan sesuatu untukku. Tapi.. Aaarrrgghhh.. ” Hee Chul mulai berteriak-teriak tidak karuan.

“Oh iya hyung, bagaimana kabar Donghae Hyung? Apa dia baik-baik saja.” tanya Kyuhyun yang tiba-tiba teringat dengan Donghae yang tidak ikut bersama mereka ke cina untuk ikut mempromosikan album mereka karena terserang flu.

“Tentu saja ia baik. Aku rasa ia hanya berpura-pura.”

“Waeyo? Apa alasanmu berpikiran seperti itu?”

“Pertama karena ia tampak terlihat sehat dan bersemangat, kedua sikapnya yang aneh setelah kepergian kalian kemarin lusa.”

“Sikapnya yang aneh?” tanya Siwon yang tiba-tiba terbangun untuk ikut mendengarkan percakapan seru tentang salah seorang hyungnya itu.

“Ia selalu pergi keluar dengan semangat yang menggebu-gebu dan kembali dengan perasaan kecewa. Seperti kemarin contohnya. Ia langsung mengunci kamarnya begitu kembali.” jelas Hee Chul panjang lebar tanpa merasa bersalah sedikitpun karena telah membeberkan hal mengenai dongsaengnya kepada yang lain.

“Lalu di mana ia sekarang?”

“Entahlah, mungkin memeriksakan kondisi kejiwaannya ke  rumah sakit.”

“Hyung.. ” ucap Siwon dan Kyuhyun bersamaan.

“Baiklah, aku hanya bercanda.” Hee chul kemudian tertawa sendiri.

“Ia disuruh mengisi siaran radio oleh Soo Man Hyung. Satu lagi, masalah yang Soo man hyung katakan tempo dulu.. ”

“Hyung, aku mau mandi dulu.. ” potong Siwon cepat lalu berlalu pergi menghampiri kamar mandi.

“Aku ingin makan siang diluar, aku rindu masakan tradisional korea.” tambah Kyuhyun lalu pergi menuju ke pintu dorm.

“Kalian…. ” jerit Hee Chul kesal karena merasa tidak dihiraukan.

“Hyung, bakpaunya sudah jadi. Kau mau mencicipinya sekarang?”

“Aiiiisshh.. Tidak.. Aku benci bakpau.” tolak Hee Chul lalu pergi meninggalkan Ryeowook sendirian ke dalam kamarnya.

^_^

Kyuhyun berjalan menyusuri pertokoan di pusat kota seoul matanya sibuk mencari-cari restaurant yang cocok dengan mood makannya hari ini. Tak lupa ia dengan penyamarannya menggunakan hoodie berwarna putih gading sehingga dapat menutupi kepalanya layaknya kupluk, kacamata putih juga menutupi matanya sehingga sempurnalah penyamarannya hari ini karena sekali saja orang-orang menyadari kehadirannya maka habislah ia. Ia kemudian melewati gang kecil menyingkir dari kebisingan kota seoul siang itu. Sebuah rumah makan tua dengan papan nama yang lapuk menjadi sasarannya, ia masuki rumah makan tersebut lalu duduk di meja yang terletak dekat jendela kayu yang terlihat telah rapuh. Dipandanginya sekelilingi ruangan tersebut hanya dia dan seorang kakek tua yang menjadi tamu di sana. Tiba-tiba seorang pelayan wanita muncul tepat di hadapannya. Wajahnya sedikit kotor seperti terkena debu, bajunya berhiaskan celemek usang yang juga tampak kotor. Rambutnya tampak lurus diikatnya hingga menyerupai ekor kuda yang melambai saat ia berjalan. Ia memegang sebuah buku kecil dan bolpoint di tangan kanannya lalu mulai menanyai Kyuhyun tentang menu yang ingin dipesannya.

“Anda mau pesan apa?” tanyanya ramah sambil tersenyum pada Kyuhyun.

“Apa kau menjual dokbogi?” pelayan itu mengangguk.

“Aku pesan itu satu lalu lengkap dengan minuman andalan tempat ini.”

“Baik. Silahkan menunggu.” ucap pelayan itu lalu pergi. Kyuhyun menunggu dengan santai sambil sesekali memperhatikan dengan cermat tiap sudut tempat tersebut sampai ia mendengar suara sebuah piring pecah dan suara orang yang tengah bertengkar dari dalam dapur. Ia sempat melirik sebentar ke belakang, lalu tidak berapa lama kemudian gadis pelayan yang tadi melayaninya keluar sambil berlari. Jelas saja Kyuhyun heran sampai kakek tua yang sedang memakan makanannya dengan lahap itu mulai angkat bicara.

“Pasti ia melakukannya lagi.”

“Apa maksud haraboji?” Kyuhyun tampak tidak mengerti.

“Pasti pelayan itu melakukan kesalahan lagi.”

“Pelayan itu? Maksud haraboji pelayan yang barusaja berlari keluar itu?” Kakek itu mengangguk.

“Semenjak aku datang ke sini,ia sudah beberapa kali melakukan kesalahan. Hahahaha.. Dasar anak muda.” jelas kakek itu lalu kembali memakan makanannya. Tak berapa lama kemudian pelayan yang lain datang membawa pesanan Kyuhyun. Sebenarnya Kyuhyun ingin menanyakan hal mengenai pelayan tadi, tapi toh itu bukan urusannya. Jadi, sekarang ia kembali melirik makanannya dan mulai menyantapnya. Setengah jam kemudian, Kyuhyun telah menghabiskan makanannya dan membayarkan semuanya. Baru saja ia melangkahkan kaki keluar saat dilihatnya gadis pelayan yang tadi keluar dari tempat makan itu tengah berjongkok sambil memegangi lututnya. Awalnya Kyuhyun tidak peduli lalu melewati gadis itu begitu saja. Tapi kemudian ia kembali tertarik karena tatapan kosong gadis tersebut lalu mulai mendekatinya.

“Hei! Kau!” tegur Kyuhyun sambil menatap gadis itu sementara tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

“Kau yang tadi melayaniku kan?” gadis itu tetap tidak menyahut.

“Hei! kau mendengarku tidak?” tanya Kyuhyun sambil sedikit menyentuh kaki gadis itu dengan kakinya yang mengenakan sepatu bermerek airwalk.

“Kenapa kau?” tanya Kyuhyun lagi.

“Aku sedang meratapi nasib.” jawab gadis itu singkat sambil menerawang.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa…. ” jeritnya kemudian lalu meloncat bangun hingga membuat Kyuhyun terbelalak karena kaget.

“A. Apa yang kau lakukan?”

“Hei kau!” tunjuk gadis itu pada Kyuhyun.

“Kau punya uangkan?” tanyanya lagi.

“K. Kau mau apa?”

“Ayo ikut aku?” ucap gadis itu sambil menarik tangan Kyuhyun agar mengikutinya.

“Kau mau membawaku ke mana?” tanya Kyuhyun sedikit takut.

“Belikan aku minum!!” jawabnya kemudian.

^_^

Kyuhyun terus menatap gadis di depannya tersebut. Hari sudah kunjung malam tapi belum ada tanda-tanda dari dirinya untuk mau pulang. Gadis itu terus meneguk semua botol soju yang telah di pesannya. Matanya menunjukkan bahwa ia sudah mulai tidak sadar dengan keadaanya. Sementara Kyuhyun sendiri kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya dengan gadis itu. Sebenarnya bisa saja ia meninggalkan gadis itu sendirian, tapi waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan tidak baik jika ia meninggalkan seorang gadis sendirian seperti ini.

“Bagaimana ini? Besok kan ada jadwal manggung.. ” keluh Kyuhyun sendiri karena tidak mungkin gadis itu mendengarnya kalau Kyuhyun melihat bagaimana keadaannya saat ini.

“Hei kau! Ayo pulang! Di mana rumahmu?” tanya Kyuhyun terlihat sedikit malas dan kesal karena dengan bodohnya ia mau saja mengikuti ke manapun gadis itu membawanya.

“Hiks.. Hiks.. Tunggu sebentar lagi.. ” jawab gadis itu sambil sesegukkan. Bukan karena menangis tapi karena banyaknya soju yang telah minum.

“Sudahlah, jangan minum lagi.” larang Kyuhyun sambil mengambil paksa gelas minuman gadis tersebut.

“Aaarrgghh.. Aku ingin minum.. ” ucapnya sambil berusaha merebut kembali gelas tersebut dari Kyuhyun.

“Sudah! Hentikan!” ucap Kyuhyun dengan sedikit membentak. Tampak gadis itu sedikit terkejut lalu menyerah dan pada akhirnya ia menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

“Aaaaa.. Omma.. ” jeritnya pelan.

“Ada apa? kau ingin mengantarkanmu kepada Ommamu?” tanya Kyuhyun sambil memperhatikan gadis tersebut.

“Jangan sebut-sebut dia lagi!” teriak gadis itu tiba-tiba kepada Kyuhyun sambil mengangkat kepalanya lalu kembali menjatuhkannya kembali ke atas meja.

“Kenapa kau membentakku? Kau kan yang menyebutkan namanya lebih dahulu.” sahut Kyuhyun tak terima.

“Gara-gara dia, Hiks.. gara-gara dia, aku jadi begini sekarang, AKU BENCI!!!!!” keluhnya lagi.

“Memangnya apa salahnya, apa salahnya jika aku pergi dari rumah, hah?” Kyuhyun tampak terkejut lalu menatap gadis itu dalam.

“Muo? Kau pergi dari rumah? Lalu bagaimana aku harus mengantarmu?” tanya Kyuhyun tampak kebingungan.

“Jangan khawatir… jangan khawatir.. Aku menginap di rumah temanku sekarang.” jawab gadis itu sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Kyuhyun.

“Kalau begitu cepat katakan alamat rumah temanmu itu.. ”

“Aku tidak tahu.. ”

“Muo?” Kyuhyun kembali dibuatnya terkejut.

“Yang aku tahu.. Untuk mencapai ke rumahnya.. ” gadis itu tiba-tiba berdiri lalu mulai berjalan dengan langkahnya yang gontai dan hampir saja terjatuh.

“Hei mau ke mana kau?” tanya Kyuhyun bermaksud mengejarnya.

“Anak muda! Bayar dulu semua minuman yang pacarmu itu minum!” tegur pemilik kedai. Buru-buru Kyuhyun mengeluarkan dompetnya dan membayar semua minuman tersebut sambil memberikan catatan untuk pemilik kedai tersebut.

“Dia bukan pacarku.” ucap Kyuhyun lalu berlari mengejar gadis itu.

“Yang aku tahu… kita harus… melewati jalan ini….” ucap gadis itu menunjuk pada sebuah gang yang tampak terlihat sepi. Hampir saja ia terjatuh kalau saja Kyuhyun tak cepat-cepat menopangnya.

“Lalu melewati jalan ini.. Menyebrangi trotoar ini.. ” tunjuk gadis itu hingga membuat Kyuhyun kesal karena dari tadi ia hanya berputar-putar di tempat yang sama.

“Hei! Sebenarnya di mana rumah temanmu itu?” tanya Kyuhyun lalu melepaskan tangan gadis itu hingga membuatnya terjatuh sementara ia berkacak pinggang menatapnya dengan kesal.

“Hei!” ucapnya lagi sambil menendang badan gadis itu pelan. Tiba-tiba dari dalam tas gadis itu berbunyi suara ponsel, dilihatnya gadis itu meraba tasnya dan mulai menjawab ponselnya.

“Yobo.. Yoboseyo.. ” ucap gadis itu tersendat-sendat karena mabuk.

“Ooo.. Eun Mi~ah. Muorago? Na? Aku.. di mana..?” gadis itu lalu menengok ke kanan dan ke kirinya.

“Aku.. tidak tahu.. tapi.. aku.. baik-baik saja… Aniyo… aku tidak mabuk… ” tiba-tiba saja Kyuhyun langsung merebut ponsel gadis tersebut.

“Cepat katakan di mana rumahmu!! Temanmu mabuk.” ucap Kyuhyun dengan kekesalannya yang memuncak.

^_^

“Kyuhyun… ” panggil Eeteuk saat melihat Kyuhyun memasuki pintu dorm ketika hari sudah benar-benar larut dengan badan yang tampak lemas sembari melepas kacamatanya.

“Darimana saja kau? Kami cemas menunggumu? Apa kau lupa besokkita mempunyai jadwal yang padat?” Eeteuk terus mengintrogasinya tanpa tahu keadaan Kyuhyun yang sebenarnya.

“Cukup Hyung! Jangan kau lanjutkan lagi! Aku sudah cukup muak dengan hari ini. Jangan kau tambah lagi bebanku hyung.” ucapnya sambil mendekati pintu kamarnya.

“Kyuhyun ada apa dengan dirimu?”

“Aku mendekati sendiri kesialanku hari ini. Yangn jelas aku minta maaf padamu.” ucapnya lalu masuk dan mengunci pintu kamarnya.

“Ada apa dengannya?” tanya Yesung yang tiba-tiba muncul dengan membawa mangkuk nasi di tangannya.

“Entahlah, aku juga tidak tahu.”

“Apa itu?” tanya Eeteuk lagi sambil melirik ke arah mangkuk nasi yang Yesung pegang.

“Maaf hyung, tapi aku hanya membuatnya untukku seorang.”

“Tak apa. Berikan jatahmu itu kepadaku.”

“Baiklah, kalau begitu kita makan bersama.” sahut Kyuhyun pasrah tanpa ekspresi yang berarti di wajahnya.

^_^

“Aa~ aaaa~ aaaaaaa~ aaaaaaa~………. ” jerit seorang gadis di sela-sela aktivitas super padat yang dimilikinya di sebuah kampus di Seoul.

“Ada apa Yee Jin~Ssi?” tegur salah seorang temannya sambil sedikit membungkuk saat melihatnya mengais-ngais lantai kelasnya.

“Ke mana? Ke mana?” tanya Yee Jin tampak kebingungan.

“Kali ini apalagi yang kau hilangkan?” tanya temannya tersebut seperti sudah hapal sekali dengan tabiat Yee Jin yang senang menghilangkan barang.

“Kalung yang Ommaku berikan sebagai hadiah ulang tahunku kemarin.”

“Memang di mana terakhir kali kau menyimpannya?”

“Aku memakainya.. tapi sekarang tidak ada.. ” jawabnya kemudian kembali berkaca-kaca untuk memohon bantuan.

“Mungkin kau menjatuhkannya di suatu tempat.”

“Aaa.. Bagaimana ini? Bagaimana kalau aku menjatuhkannya tadi saat akan berangkat ke sini? Bagaimana kalau ternyata diambil orang? Aaaaa.. Aku tidak bisa membayangkannya.” ucap Yee jin histeris sambil memegangi kepalanya.

“Kau tidak bisa membayangkannya tapi kau baru saja membayangkannya. Ckkss.. ”

“Lalu sekarang aku harus bagaimana?”

“Yee Jin~ah.” ucap seorang gadis yang tiba-tiba masuk ke kelas Yee Jin dan merangkulnya.

“Lihat ini?”

“Apa itu?”

“Tiket menonton konser.”

“Aku tidak suka menonton konser.” ucap Yee Jin langsung tanpa berbasa-basi lagi.

“Tapi yang ini lain. Ini konser Super Junior.”

“Siapa lagi itu?”

“Sudahlah, Yeong Mi. Hentikan usahamu itu, ia tidak akan mungkin suka walaupun kau mencekokinya dengan berbagai hal semacam itu. Karena di otaknya itu hanya ada rumus dan hapalan yang telah banyak ia masukkan. Lebih baik kau membantunya mencari kalungnya yang hilang.”

“Hilang? Kalungmu hilang lagi Yee Jin~ah?” Yee jin mengangguk lalu kembali meraba-raba ke dalam tasnya.

“Ya sudah, kalau begitu ayo kita berangkat.” ucap Yeong Mi sambilmenarik tangan Yee Jin yang telah dirangkulnya dari tadi.

“Tapi kalungku?”

“Sudahlah, nanti juga ketemu. itukan yang sering terjadi padamu?”

“Tapi.. ”

“sudahlah.. ”

“Shirooo.. ” jerit Yee Jin kencang.

^_^

Dua jam kemudian konser tersebut berakhir. Ternyata Super Junior hanya tampil pada sesi akhir acara (sedih |_| ). Mungkin itu sangat menjadi masalah bagi Yeong Mi, tapi tidak bagi Yee Jin yang menghabiskan waktu dua jamnya dengan tidur memanfaatkan waktunya yang sering ia pakai untuk menulis tugas akhirnya.

“Yee Jin~ah. Ayo bangun! Apa yang kau lakukan?” secara perlahan Yee Jin mulai membuka matanya lalu menguap dan mengulet.

“Apa sudah selesai?” Yeong Mi mengangguk.

“Sepertinya percuma juga aku membelikanmu tiket.” sindir Yeong Mi sambil membaca sms yang baru saja masuk ke ponselnya.

“Kalau begitu aku duluan ya, pacarku sudah menungguku di luar.”

“Muorago? Kau tidak bilang bahwa pacarmu akan datang.”

“Memang, karena ia juga baru saja memberi tahuku.”

“Lalu bagaimana denganku?”

“kaukan membawa motor.”

“Tapi.. ”

“Sudahlah.. ” ucap Yeong Mi menepuk pundak Yee Jin lalu bergegas pergi. Yee Jin terdiam beberapa saat barulah ia kemudian berpikir untuk mengejar Yeong Mi. Namun terlambat, karena Yeong Mi baru saja pergi bersama dengan pacarnya yang juga membawa motor. Tinggalah Yee Jin sendirian di halaman parkir gedung konser. Matanya kemudian melirik ke arah seorang laki-laki yang baru saja melewatinya. laki-laki itu mengenakan setelan celana kaus hitam dengan baju kaus putih berlengan panjang lengkap dengan kacamata hitam dan topinya. Hampir saja Yee Jin tidak mengenalinya.

“Eunhyuk~Ssi!” panggil Yee Jin pada lelaki tersebut dengan wajah berseri-seri. Eunhyuk yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh ke arah sumber suara.

“Eunhyuk~Ssi, sedang apa kau di sini?” tanya Yee Jin mendekati Eunhyuk.

“Apa kau juga baru saja menonton konser.. ”

“Ssstt.. ” Eunhyuk meletakkan telunjuknya pada bibirnya pertanda menyuruh Yee Jin untuk diam.

“Ada apa denganmu?” tanya Yee Jin heran sambil memperhatikan orang-orang di sekelilingnya.

“Hei Eunhyuk~Ssi, bagaimana kalau kau ikut pergi makan denganku? Aku akan mentraktirmu. Anggap saja sebagai rasa ungkapan terima kasihku karena telah menolongku. Bagaimana?”

“Hari ini aku tidak bisa, aku sedang ada urusan.. ”

“Kenapa tidak bisa? Ayolah!” Yee Jin lalu menarik lengan baju Eunhyuk secara paksa.

“Tunggu! Hari ini aku benar-benar tidak bisa.. Bagaimana kalau besok.”

“Justru besok aku tidak bisa… Aku sibuk.. ”

“Sudahlah.. Ayo ikut.. ”

“Tapi aku… ”

“Ada apa sih denganmu? Ayo pergi.” tarik Yee Jin, Eunhyuk tidak bisa menolaknya.

^_^

“Apa yang kau perhatikan?” tanya Yee Jin saat Eunhyuk terlihat sedang berpikir sejenak sambil memandangi ponsel di tangannya.

“Tidak ada.” jawab Eunhyuk singkat. Tak berapa lama kemudian pelayan restaurant A&W tersebut datang sambil membawa senampan besar makanan yang membuat Eunhyuk takjub.

“Kau yang memesan semua ini?” Yee Jin mengangguk lalu menggulung lengan bajunya sedikit siap untuk makan.

“Apa kau yakin?” tanya Eunhyuk menatap pada beberapa potong ayam, kentang, dan juga beberapa makanan cepat saji lainnya lalu beralih menatap Yee Jin yang tengah melahap makanan di depannya.

“Waeyo? Cepat makan!” perintah Yee Jin lalu kembali makan. Setengah jam kemudian makanan di atas meja tersebut telah habis, yang tersisa hanyalah segelas es krim coklat dan sebuah jus jeruk pesanan Yee Jin yang telah siap untuk di santapnya. Eunhyuk terbengong menatap Yee Jin untuk yang kesekian kalinya sambil sesekali menatapnya aneh dan sekali pula menatapnya kagum.

“Ternyata makanmu banyak juga ya.” ucap Eunhyuk sambil menghisap minuman bersoda di depannya.

“Wae? Kau meledekku ya?” Yee Jin tampak tersinggung tapi tetap lahap memakan es krimnya.

“Aniyo. Tapi aku baru pertama kali melihat seorang gadis makan dengan lahapnya di depanku. Biasanya mereka akan malu dan memilih untuk sedikit menyantap makanan tersebut.”

“Apa kau tidak takut aku memandangmu aneh?” lanjut Eunhyuk pada Yee Jin.

“Untuk apa aku malu. Ini kebutuhanku. Aku bisa mati kalau tidak memenuhi kebutuhan hidupku. Lagipula aku perlu mengisi tenagaku sebelum memulai peperangan.”

“Perang?”

“Hmm.. Mengerjakan tugas akhirku, bisa juga disebut peperangan kan?”

“Oh iya,lalu bagaimana dengan tugas akhirmu itu?” tanya Eunhyuk tampak teringat akan sesuatu.

“Semuanya baik walaupun masih terdapat kesalahan dalam beberapa bagian, tapi aku sekarang dalam rangka membetulkannya.”

“Baguslah kalau begitu. Aku sedikit cemas waktu tahu kau menangis.” Yee Jin tersenyum hambar.

“Aku sudah berjuang untuk menulisnya.. Akan terasa menyakitkan jika hal yang sudah kita usahakan itu menghilang begitu saja.” tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Eunhyuk. Terlihat Eunhyuk membalas pesan tersebut dengan cepat sambil tersenyum senang. Selang beberapa menit kemudian ponselnya tampak berbunyi dengan senyum yang lebih terkembang lagi ia menjawab ponsel tersebut setelah tahu siapa yang menelphonnya.

“Nde Yoon Mi~ah. Aniyo… Aku sedang makan.. ” kira-kira seperti itu percakapannya di telephon.

“Ciss.. ternyata dia juga playboy.” ucap Yee Jin pelan sambil mengalihkan tatapannya kembali ke es krimnya.

“Apa kau bilang?” tanya Eunhyuk yang baru saja menutup ponselnya dan tidak sengaja mendengar ucapan Yee Jin.

“Kau menduakan pacarmu ya?” terka Yee Jin tampak tidak suka.

“Aku tidak bermaksud menduakannya.” bantah Eunhyuk.

“Lalu?”

“Mereka sendiri yang mengejarku. Padahal aku sudah bilang bahwa aku hanya menganggap mereka sebagai temanku tapi mereka tetap bersikeras jadi terpaksa… ”

“Dasar! Ucapanmu terdengar seperti kau adalah lelaki tampan yang menjadi rebutan para wanita.”

“Memang kau tidak menganggap aku seperti itu?”

“Aniyo.” jawab Yee Jin singkat tanpa perlu berpikir terlebih dahulu.

“Wae~ ? Padahal ku kira kau juga menyukaiku.” tanya Eunhyuk terlihat sedikit kecewa.

“Hahahaha.. ” Yee Jin tertawa lepas.

“Tidak semua wanita seperti yang kau pikirkan kan? Lebih baik kau akhiri saja hubunganmu itu jika memang kau tidak menyukainya.. Mereka pasti akan sangat kecewa jika tahu hal yang sebenarnya nanti.. ”

“Sebenarnya aku juga sempat berpikiran seperti itu.. Tapi untuk saat ini biarlah.” Eunhyuk tampak tidak begitu peduli.

“Yee Jin~Ssi. Memangnya kau tidak punya pacar?” Yee Jin terdiam sesaat lalu menggeleng.

“Aku belum pernah sekalipun mempunyai pacar dalam hidupku. Aku sibuk, jadi tidak ada waktu untuk melakukan hal tidak berguna seperti itu.”

“Bagaimana kalau kau berpacaran denganku?” goda Eunhyuk sambil menunjukkan pesonanya.

“Dengan playboy sepertimu?” Yee Jin tampak memperhatikan keseluruhan penampilan Eunhyuk.

“Shirooo.. ” teriak Yee Jin pada akhirnya. Yee Jin lalu mengeluarkan sebuah buku catatannya untuk mengintip kegiatannya selanjutnya. pada saat itulah ia melihat cahaya putih bersinar dari dalamnya.

“Kalungku!!” jeritnya senang.

“Aku menemukan kalungku. Oh iya, aku ingat semalam meletakkannya di buku noteku agar tidak hilang.”

“Apa sebelumnya hilang?” Yee Jin mengangguk.

“Jadi apakah itu nasibmu untuk selalu kehilangan barang-barangmu?”

“Mereka juga bilang begitu.”

“Nugu?”

“Na chingu.”

“Tapi pada akhirnya aku akan selalu mendapatkannya kembali. Itu yang mereka katakan.” Yee Jin memberikan catatan pada kata-kata terakhirnya.

^_^

Eunhyuk merasa semua orang di dorm sedang menatapnya dengan tatapan buas. Padahal ia baru saja tiba malam itu dan disambut dingin oleh Eeteuk, Yesung, dan kangin di depan pintu.

“Neo!!” teriak Kangin lalu menghampiri Eunhyuk sambil melingkarkan tangannya pada leher Eunhyuk.

“Ah hyung, apa yang kau lakukan?” tanya Eunhyuk yang mulai kesulitan untuk bernapas.

“Lepaskan Hyung!!” jeritnya lagi.

“Eunhyuk~Ah!! Ke mana saja tadi kau pergi?” tanya Eeteuk sambil menekuk wajahnya saat menatap Eunhyuk.

“Bukankah kami menyuruhmu untuk membelikan kami semua minuman selepas konser itu?” sambung Yesung yang wajahnya terlihat tidak jauh berbeda dengan Eeteuk.

“Neo! Kau tahu? Hampir saja kami mati kehausan karena menunggumu. Untung saja Siwon dan Hangkyung bersedia menggantikan tugasmu untuk membeli minum karena kau yang tak kunjung datang.” tambah Kangin semakin membuat Eunhyuk terpojok dan merasa bersalah.

“Mian hyung, tadi aku bertemu teman, lalu ia mengajakku untuk ikut makan bersamanya. Aku sudah menolak, tapi ia tetap bersikeras mengajakku.” jelas Eunhyuk meminta maaf.

“Jadi kau asyik-asyik makan sementara kami menunggu dan kau tak kunjung datang.” Eeteuk tampak tidak bisa menerima penjelasan Eunhyuk karena terlanjur kesal.

“Paling tidak kan kau bisa menelphon.” ucap Yesung menimpali.

“Maaf hyung, aku lupa.. ” Eunhyuk lalu menunjukkan senyum polosnya.

“Hal sepenting itu kau bisa lupa?!”

“Rasakan ini!” Kangin lalu memperkuat cekikannya pada Eunhyuk hingga membuat wajahnya terlihat merah.

“Aaaaa hyung.. sakit.. sakit.. Aku minta maaf hyung.. ”

“Tidak ada maaf bagimu! Kau harus diberi pelajaran.” Kangin tampak terlihat senang.

“Mulai malam ini kau harus melayani kami.” timpal Eeteuk menambahi.

“Tapi hyung.. ”

“Tidak ada tapi-tapian.. ”

“Hyung!!!!!” jerit Eunhyuk sambil memohon.

^_^

“Eun Ri~ah. Kau tidak ingin mencari orang yang telah menolongmu itu?” tanya Eun Mi sambil berbenah dengan dirinya yang siap untuk bekerja.

“Tidak ah, aku malas.” jawab Eun Ri sambil mengambil beberapa buah cemilan di atas meja makan yang telah tersedia.

“Tapi dia kan telah menolongmu. Apa kau tidak ingin mengucapkan terima kasih kepadanya?”

“Tidak ah. Aku kan tidak mengenalnya lagipula aku tidak pernah memintanya untuk menolongku.”

“Bahkan setelah kau tahu ia menggedongmu hingga kemari.”

“Joengmal?” tanya Eun Ri yang tampaknya baru tahu.

“Hmm.. Ia menggedongmu hingga napasnya terdengar tersengal-sengal kau tahu?”

“Aniyo. Biarlah, toh aku juga tidak akan bertemu dengannya lagi.”

“Ckkkss.. ” Eun Mi menggelengkan kepalanya lalu berjalan mendekati pintu.

“Kau mau pergi?” tanya Eun Ri pada Eun Mi yang terlihat telah rapi dan siap untuk berangkat.

“Nde. Aku mau membantu Ahjumma penjual mie kecap itu untuk mengantarkan dagangannya. Hitung-hitung aku bisa menambah penghasilanku.”

“Wwaahh.. Asyik sekali.. Kapan ya aku mendapatkan pekerjaan sepertimu?”

“Lho,bukannya pekerjaanmu bertebar di mana-mana?”

“Nde. Tapi tidak seenak dirimu. Pekerjaanku hampir semuanya part time.” ucap Eun Ri terlihat sedikit iri dengan Eun Mi lalu menekuk wajahnya.

“Semangatlah Eun Ri, aku yakin kau pasti akan mendapatkannya.”

“Kau benar! Aku harus semangat. Eun Ri Fighting!!” ucap Eun Ri lalu menyemangati dirinya tiba-tiba.

“Eh, Eun Mi kok sepertinya aku perhatikan ada yang beda dengan penampilanmu belakangan ini?” tatap Eun Ri pada Eun Mi dengan lebih saksama.

“Benarkah?”

“Nye.. Oh iya.. belakangan ini aku perhatikan kau sudah jarang memakai rok atau dress. Memangnya kau ke manakan semua bajumu itu?”

“Heheheehe.. Aku membuangnya.”

“Dibuang? Wae?” Eun ri terlihat kecewa.

“Aku rasa aku sudah tidak memerlukannya lagi. Lagipula.. ”

“Lagipula apa?” Eun Ri tampak tidak sabar.

“Aku merasa tidak cocok memakainya.”

“Aiiissshh.. Sayang sekali, padahal menurutku kau sangat cocok mengenakannya. Yaa… Aku sudah tidak ada teman lagi jika ingin memakainya.”

“Kalau kau ingin memakainya, pakai saja. Kau sangat cocok mengenakannya.”

“Hah, sudahlah!” ucap Eun Ri mendesah pelan.

“Kalau begitu aku berangkat ya.” pamit Eun Mi lalu merapikan topi putih yang dikenakannya sekali lagi.

“Nyeee.. Hati-hati… ”

^_^

“Ji Sun~ah. bagaimana dengan ujian barusan?”

“Muo?” Ji Sun yang tampak sedang sibuk dengan buku-bukunya yang tebal lantas mengangkat kepalanya.

“Oh iya.. kau pasti bisa.. Kau kan selalu bisa mengerjakan semua ujian yang diberikan dosen kita itu.” ucap laki-laki yang tampak sebaya dengannya dengan raut wajah suram.

“Plakkk!!” secara tiba-tiba Ji Sun memukulkan sebuah buku tepat ke atas kepala laki-laki tersebut hingga membuatnya merintih kesakitan.

“Ji Sun~ah. Apa yang kau lakukan?”

“Aku sedang membereskan otakmu.”

“Memangnya ada apa dengan otakku?”

“Otakmu tidak waras.” balas Ji Sun singkat lalu berjalan keluar dari kelas disusul oleh laki-laki tersebut.

“Memangnya apa yang salah dengan otakku? Aku memang benar kan kalau kau bisa mengerjakannya?”

“Tapi kau tidak perlu mengatakan hal seperti itu.”

“Iya, iya, aku tahu. Ji Sun~ah. Bagaimana kalau kau aku traktir mie kecap dekat kampus kita? Kudengar mie kecap di sana enak dan harganya murah. Apa kau mau mencobanya?”

“Ayo cepat!” ucap Ji Sun tiba-tiba.

“Odie?” laki-laki itu tampak heran dengan Ji Sun yang sudah menarik tangannya.

“Taemin~ah. Kau ini bagaimana sih? Katanya kau ingin mentraktirku. Ayo cepat! Aku sudah lapar.” Ji Sun lalu menunjukkan senyum penuh artinya.

“Dasar! Aku pikir kau marah denganku.”

“Lho, untuk apa aku marah denganmu sahabatku…” Ji Sun lalu melingkarkan tangannya ke leher Taemin.

“Lihatlah sikapmu ini. Selalu saja seperti ini jika ada maunya.” Taemin tampak cemberut lalu kembali pasrah.

“Ya sudahlah, kaja.. ” kini giliran Taemin yang menarik tangan Ji Sun untuk mengikutinya.

^_^

“Ahjumma!! Aku pesan mie kecapnya dua!!” teriak Taemin lalu mengambil tempat di meja paling pinggir rumah makan kecil tersebut.

“Kenapa kau pesan dua?”

“Wae? Kita kan cuma berdua.”

“Iya, tapi jatahku dua.” ucap Ji Sun sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Ji Sun~ah.” Taemin tampak tak bersedia tapi dengan malas akhirnya ia memesan juga mie kecap pesanan Ji Sun tersebut.

“Ahjumma.. mie kecapnya tiga!!” Taemin kembali berteriak.

“Ji Sun~ah. Apa kau tidak takut gendut jika kau makan terlalu banyak? Bagaimana jika nanti tak ada orang yang mau menikah dengamu karena melihatmu gendut.”

“Memang aku terlihat gendut?” Ji Sun sedikit memajukan badannya.

“Tidak sih… Tapi kalau setiap hari makanmu seperti itu kau bisa jadi gemuk.. ”

“Tenang.. tenang.. Aku tidak akan semudah itu gemuk dengan sedikit pemanasan maka semua lemak itu akan terbakar. Lagipula… Jika tidak ada yang mau menikah denganku kan masih ada kau.” goda Ji Sun sambil terkekeh lalu melepaskan topi shakespeare hitam kesayangannya sehingga rambutnya yang pendek itu tergerai menutupi bahunya.

“Dasar kau ini, selalu seenaknya. Oh iya, Ji Sun~ah.” ucap taemin lagi sambil menetap ke arah rambut Ji Sun tersebut sebantar.

“Kenapa kau selalu menyembunyikan rambutmu di balik topi hitammu itu? Kenapa kau tidak membiarkannya tergerai.”

“Panas. Kau tahukan udara di Seoul ini jadi semakin panas semanjak adanya global warming?”

“Bagaimana kalau musin dingin? Kau juga tetap menyembunyikannya.”

“Kalau itu aku kedinginan.” Ji Sun kembali tertawa kecil membuat Taemin yang ada di depannya sedikit merasa dipermainankan dengan semua jawaban Ji Sun. Tapi itu tidak berlangsung lama setelah ahjumma pemilik rumah makan tersebut datang sambil membawa nampan berisi mie kecap di atasnya.

“Hmm.. Enak… ” puji Ji Sun hingga membuat ahjumma itu tampak tersipu malu.

“Jjinja?” Ji Sun mengangguk dengan semangat.

“Kalau begitu sering-seringlah mampir ke sini.. ”

“Ndeee.. ” sahut Ji Sun sambil melirik ke arah Taemin seolah ingin berkata ‘Taemin ayo kita ke sini lagi, tentu saja kau harus mentraktirku lagi’. Taemin yang tahu akan sifat Ji Sun itu buru-buru membuang mukanya seolah balas menjawab ‘Aku tidak akan membawamu ke sini lagi’. Beberapa menit kemudian seorang gadis datang sambil membawa box untuk pengantaran pesanan sambil berteriak memanggil ahjumma tersebut. Gadis itu mengenakan celana jeans 3/4 dengan kaus putih bergambar beruang sebagai motifnya. Ia menggerai rambutnya yang ikal panjang dan tampak mengenakan topi putih sebagai hiasan kepalanya.

“Ahjumma.. Aku sudah mengantarkan pesanannya.” teriak gadis itu sambil tersenyum lebar pada ahjumma pemilik rumah makan tersebut yang juga membalas senyumnya.

“Gomawo.. sekarang kau bisa beristirahat sebentar.” ucap ahjumma tersebut.

“Tidak ah. Aku akan membantu ahjumma.” ucap gadi itu lalu mengambil sebuah note kecil dan menanyakan menu yang ingin di pesan oleh beberapa orang yang baru saja datang memasuki rumah makan tersebut. Pada awalnya Ji Sun memperhatikan gadis itu sebentar. Namun, perhatiannya kemudian kembali tertuju pada mie kecap yang ada di depannya. Selang beberapa waktu kemudian, tiga orang pria bertubuh tinggi besar tampak memasuki rumah makan tersebut. Mereka terlihat seperti mafia dengan jas hitam yang mereka kenakan. Mereka tampak berdialog dengan ahjumma. Ahjumma tampak terlihat sedikit takut dan tampak sedang mencoba bernegosiasi dengan mereka. Sampai pada akhirnya suara mereka semakin keras dan berjalan mengahancurkan toko hingga membuat semua pelanggan takut dan pergi meninggalkan rumah makan tersebut. Gadis yang tampak baru saja sampai itu berusaha untuk mencegahnya, tapi ia terdorong hingga menabrak dinding rumah makan tersebut diikuti ahjumma yanng juga berniat mencegah mereka. Ji Sun terus memperhatikan hal itu dari awal hingga akhir, sampai ia merasa tidak sabar dan memancing perhatian dari ketiga pria bertubuh besar tersebut.

“Hei kalian!” teriak Ji Sun tampak sudah berdiri dari kursinya.

“Siapa kalian? Berani sekali mengganggu makanku.” tanyanya lagi dengan berani.

“Ji Sun~ah. Apa yang kau lakukan? Cepat kita pergi dari sini.. Tangan ikut campur urusan mereka.. ” Taemin tampak ketakutan lalu menarik tangan Ji Sun, namun Ji Sun malah mengibasnya.

“Jangan ikut campur urusan kami!” balas salah seorang dari pria itu sambil sedikit mengangkat kepalanya seolah ingin mengatakan bahwa ia tidak takut dengan apapun yang Ji Sun katakan.

“Tapi secara tidak langsung ini menjadi urusanku karena kalian telah merusak makan siangku.”

“Jadi kau bermaksud menantang kami?” tanya pria itu lagi lalu secara perlahan berjalan mendekati Ji Sun. Sementara Taemin mempererat genggaman tasnya karena ketakutan.

“Tidak! Aku hanya tidak suka dengan sikapmu itu.”

“Hei apa yang kau tahu? Apa kau tahu kalau wanita itu berhutang padaku dan ia belum melunasinya hingga sekarang? Apa kau ingin menjadi pahlawan dan menggantikan dirinya untuk membayar semua hutangnya kepadaku.”

“Aniyo.” Ji Sun menggeleng.

“Lalu apa maumu?”

“Aku ingin kau meminta maaf dengan ahjumma itu.” ucap Ji Sun sambil melirik sedikit ke arah ahjumma pemilik rumah makan tersebut bersama seorang gadis yang tampak bekerja bersamanya itu. Mereka tampak ketakutan dan bersender pada dinding tempat itu masih dalam posisi yang sama saat mereka terjatuh akibat pria-pria yang mendorong mereka tersebut.

“Bagaimana kalau aku tidak mau?” tanya pria itu tampak tidak sudi untuk melakukan hal tersebut.

“Terpaksa aku harus memaksamu.” sahut Ji Sun lantang tanpa ada rasa takut sedikitpun.

^_^

“Donghae~ah.” Ha Neul menepuk kencang pundak Donghae hingga membuatnya terkejut ditambah lagi dengan topeng monster yang dikenakan Ha Neul.

“Ha Neul~ah. Apa yang kau lakukan dengan benda seperti itu?”

“Muo? Ini lucukan?” ucap Ha Neul lalu tertawa kecil sambil memperhatikan bentuk topeng tersebut seperti mengaguminya.

“Tidak lucu!”

“Baiklah, baiklah, mianhae.. Lalu ada apa kau mengajakku ke taman hiburan?”

“Ayo temani aku bermain.” ucap Donghae lalu menarik tangan Ha Neul untuk mengikuti langkahnya yang lumayan cepat.

“Tunggu! Kau ingin bermain? Bagaimana kalau nanti ada orang yang mengenalimu Donghae Super Junior?” Ha Neul tampak cemas.

“Kau tidak perlu khawatir.” Donghae menunjuk pada kacamata berwarna transparannya serta jaket kupluknya yang ia kenakan menutupi kepalanya.

“Tapi kalau sampai itu terlepas bagaimana?”

“Ha Neul~ah. Kau terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu kau pikirkan. Jadi kau ingin bermain denganku tidak.”

“Tentu saja.” Ha Neul kemudian tersenyum lalu mulai mengikuti langkah Donghae ke arena permainan. Mereka menaiki jet coaster, kapal bajak laut, bianglala, dan berbagai macam mainan lainnya hingga Ha Neul mulai tampak bosan.

“Donghae~ah. Kenapa semua permainan kau yang pilih? Aku juga mau memilih permainan yang ingin aku mainkan.” protes Ha Neul tampak cemberut sambil melipat tangannya di dada.

“Baiklah, baiklah. Kau boleh memilih mainan yang ingin kau naiki.” Donghae kemudian mengalah gantian mengikuti langkah Ha Neul yang kecil dan terlihat sangat senang seperti anak kecil yang baru pertama kali pergi ke taman hiburan. Langkah Ha Neul kemudian terhenti di depan arena permainan yang paling ingin Donghae hindari.

“Ha Neul, kau saja yang masuk.” ucap Donghae setelah melihat tempat apa yang ingin Ha Neul datangi.

“Ayolah Donghae, aku ingin sekali mencobanya.” Ha Neul tampak tersenyum jahil.

“Tidak ah, kau saja. Bukankah dulu saat SMA ini tempat yang selalu kau datangi saat pergi ke taman hiburan? Jadi untuk apa kita datang lagi ke mari?”

“Aku ingin melihat, apakah arena ini telah berubah semenjak terakhir kali kita ke sini atau tidak.”

“Keinginan yang buruk!” sahut Donghae cepat.

“Ayolah.. ” Ha Neul menarik tangan Donghae sementara Donghae terus memberontak, hingga akhirnya Donghae mengalah, dan memberanikan diri untuk menemani Ha Neul melihat-lihat dalamnya.

“Kau sudah lihatkan? Tidak ada yang berubah.” ucap Donghae tampak kesal.

“Ayo,lebih baik kita keluar saja.” ajak Donghae yang terlihat merinding dengan suasana yang dipancarkan oleh rumah hantu tersebut.

“Tunggu! Kita kan belum melihatnya hingga ke dalam.” cegah Ha Neul lalu berlari masuk duluan ke dalam tempat tersebut meninggalkan Donghae sendirian.

“Ha Neul! Kau di mana?” teriak Donghae tampak semakin ketakutan sambil sesekali melirik ke arah kanan kiri tempat tersebut yang di design sangat apik hingga berhasil membuat para pengunjung berlari keluar karena ketakutan.

“Ha Neul~ah. Jangan bercanda! kau di mana?” tapi Ha Neul tetap tidak menjawab. Donghae semakin panik dan cemas apalagi saat ia mendengar suara seorang gadis yang tengah berteriak dari arah dalam tempat tersebut. Tidak menghiraukan lagi pemandangan di sekelilingnya, Donghae buru-buru masuk mencari dari mana arah datangnya suara tersebut.

“Ha Neul!” panggil Donghae saat dilihatnya Ha Neul berdiri kaku karena ketakutan dengan boneka hantu yang tiba-tiba keluar dan berdiri di depannya.

“Gwenchanayo?” tanya Donghae lalu mengelus-elus punggung Ha Neul yang sedang menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya.

“Kan sudah kubilang,lebih baik kita tidak usah datang ke arena ini.”

“Tapi aku akan penasaran nanti.. ”

“Kau sudah melihatnya sekarang kan? Ayo kita keluar.” ajak Donghae sambil menutupi wajah Ha Neul agar tidak lagi melihat pemandangan di sekelilingnya. Karena semakin dalam kita masuk ke tempat itu tempat itu akan semakin gelap dan mengerikan.

“Aaaaaaa… ” jerit Ha Neul pelan setelah menyeruput jus yang baru saja Donghae belikan untuknya selepas mereka keluar dari arena permainan yang menyeramkan itu.

“Bagaimana? Enak tidak?”

“Enak. Aku jadi teringat kita terakhir kali datang ke tempat ini waktu SMA.” ucap Ha Neul sambil tersenyum kemudian menerawang.

“Itukan sudah lama sekali.”

“Karena sudah lama mangkanya aku rindu.”

“Rindu?” Donghae tampak tidak mengerti dengan ucapan Ha Neul barusan.

“Dulu kita dapat bermain dan berlarian sepuasnya di taman bermain ini, sekarang, kita hanya bisa pergi ke arena-arena tertentu saja, karena takut kalau ada orang yang sampai mengetahuimu adalah Donghae Super Junior.” jelas Ha Neul secara gamblang hingga membuat Donghae tertegun sesaat.

“Ha Neul, apakah kau tidak suka aku menjadi seorang artis?” Donghae berusaha membaca pikiran Ha Neul yang tampak dari ucapannya.

“Aniyo~ ” bantah Ha Neul cepat.

“Tentu saja aku senang. Hanya saja… ”

“Hanya saja apa?”

“Aku merasa ada yang hilang.” ucap Ha Neul jelas tepat mengenai hati Donghae dan membuat dadanya terasa sakit karena sesak. Jadi, apakah Ha Neul ingin berkata bahwa ia merasa kesepian? Jadi apakah mungkin perasaan Donghae selama ini kepadanya akan terbalas? Akankah Donghae mempunyai harapan itu?

“Ha Neul.. Sebenarnya.. Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu.” ucap Donghae di tengah keheningan mereka yang secara tiba-tiba.

“Muorago?”

“Sebenarnya aku.. ”

“Hei kau!” ucap seorang gadis kasar menunjuk pada Donghae dan Ha Neul yang sedang duduk di bangku taman hiburan tersebut.

“Mau tidak kalian membeli balon-balonku?” ucap gadis itu kemudian terdengar sedikit memelas.

“Aku akan dimarahi oleh bosku, jika sampai balon-balon ini tidak habis lagi.” jelasnya terlihat sedih.

“Untuk apa kami harus membeli bolon-balonmu?” ucap donghae ketus karena gadis itu sudah menyela pembicaraannya yang tengah serius dengan Ha Neul, walaupun Ha Neul sendiri tampak biasa-biasa saja.

“Kau kan gadis yang di restaurant itu bukan?” tanya Ha Neul setelah memperhatikan wajah gadis tersebut sebentar.

“Ooo.. rupanya kau gadis yang terkena tumpahan minuman soda itu ya? Maafkan aku ya.. gara-gara aku bajumu jadi basah.” ucapnya terlihat menyesal.

“Tidak apa-apa. Lalu sedang apa kau di sini?” Ha Neul semakin menjadi penasaran.

“Aku dipecat dari pekerjaanku yang sebelumnya.”

“Itu pasti karena kerjamu yang tidak becus.” sela Donghae membuat gadis itu semakin bertambah sedih.

“Donghae~ah. Jangan begitu.”

“Tidak apa-apa nona. Ia memang benar.”

“Jangan panggil nona, panggil saja aku Ha Neul. Sepertinya kita sebaya.”

“Ooo Ha Neul.. Aku Eun Ri. Jadi Ha Neul~Ssi, apa kau bersedia membeli semua balon-balonku?”

“Tentu saja.” ucap Ha Neul sambil menyikut tangan Donghae pelan.

“Muo?” tanya Donghae yang terlihat sedang sangat kesal.

“Cepat bayarkan balon-balon itu!” perintah Ha Neul sambil berbisik.

“Kenapa aku yang membayarnya? Kan kau yang mau membelinya.” suara Donghae terdengar sedikit lebih keras.

“Sudah, cepat! Bayar saja! Kita harus membantunya.. ”

“Ha Neul~ ah. Kita kan sedang berbicara serius tadi, sudah biarkan saja dia.”

“Bicaranya bisa kita lanjutkan lain kali.”

“Ha Neul~Ssi.. ” panggil gadis itu tampak tidak sabar karena menunggu terlalu lama.

“Sebentar ya Eun Ri~Ssi.”

“Cepat bayar! Mau bayar atau tidak!” ancam Ha Neul kali ini.

“Ndeee.. ” Donghae hanya bisa pasrah mengeluarkan dompetnya dan membayar balon-balon itu. Sementara gadis itu terlihat senang karena balon-balonnya sudah habis.

“Ha Neul~ah. Ayo kita lanjutkan pembicaraan kita lagi.” ajak Donghae setelah gadis itu pergi.

“Aku mau pulang, ayo kita pulang, akuk sudah capek. Bicaranya kita lanjutkan lagi saja besok.” sahut Ha Neul ringan sambil beranjak dari bangkunya.

“Tapi kita kan.. ”

“Ayo pulang… ” ucap Ha Neul lagi.

^_^

Eun Mi benar-benar dibuat kagum oleh gadis yang ada di depannya itu. Padahal tampaknya umur mereka sebaya, tapi gadis itu dapat dengan mudahnya dapat memukul,menendang,lalu memukul lagi pria-pria bertubuh besar yang telah menghancurkan rumah makan milik ahjumma tersebut dengan gesit dibantu oleh laki-laki yang ada di sebelahnya. Ia tidak menyangka juga, kalau laki-laki itu dapat berkelahi bahkan hingga membuat pria-pria itu babak belur dibuatnya. Lima menit berikutnya, pria-pria itu terkapar tak berdaya.

“Cepat minta maaf!” perintah gadis itu lagi.

“I.. iya.. iya.. Kami akan minta maaf, tapi jangan pukuli kami lagi.” Mereka lalu membungkuk di hadapan ahjumma dan meminta maaf kepadanya baru setelah itu mereka lari pergi dengan terburu-buru.

“Hah.. Lega rasanya setelah melakukan pemanasan.” ucap gadis itu sambil mengelap keringat yang bercucuran dari keningnya denganpunggung tangan kirinya.

“Ji Sun~ah!!!!” jerit laki-laki yang tadi dibantunya. ia tak kalah hebatnya dengan gadis tersebut.

“Jjinja… ” lanjutnya lagi namun terputus karena kelelahan.

“Mianhae.. Taemin.. Jasamu akan kubalas kapan-kapan.”

“Dasar! Masih bisa bercanda kau rupanya.” gadis itu tertawa sebentar, lalu dibantu laki-laki bernama Taemin tersebut, mereka membantu Eun Mi dan ahjumma pemilik rumah makan untuk berdiri.

“Gwenchana?” tanya gadis itu pada Eun Mi yang dibantunya berdiri. Dilihatnya mata Eun Mi yang berkaca-kaca.

“Songsaengnim… ” jerit Eun Mi melompat ke arah gadis itu seraya memeluknya.

“Songsaengnim??” gadis itu dan Taemin tampak saling bertatapan tidak mengerti.

“Jadikan aku muridmu. Aku juga ingin bisa berkelahi seperti tadi.” ucap Eun Mi histeris.

“Kau bercanda ya?” tanya gadis itu menatap Eun Mi aneh.

“Tidak! Aku serius.”

“kau pikir ini main-main.” sahut gadis itu seraya berjalan mengambil tasnya dan tas lelaki tersebut dan memberikannya kepadanya.

“Aku benar-benar serius. Bisa tidak kau mengajarkan aku?”

“Tidak ah. Sepertinya kau tidak akan bisa melakukan hal ini.” ucap Ji Sun membuat Eun Mi menekuk wajahnya.

“Kenapa sih semua orang melihat apapun dari penampilannya?” keluhnya kesal.

“Karena penampilan memberikan image tersendiri bagi orang yang pertama kali melihatnya.

“Tapi aku benci semua orang hanya memandangku dari penampilan luarnya. Aku juga ingin diperlakukan adil. Aku juga ingin mendapatkan kesempatan yang sama. Ternyata kau sama saja dengan ahjussi kepala pelayan restaurant itu.”

“Apa kau bilang?” gadis itu tampak terlihat marah kalau saja tidak ada laki-laki itu yang menenangkan di sebelahnya.

“Baik. Kau ingin bisa berkelahi kan?” Eun Mi kemudian kembali tersenyum sambil mengangguk mantap.

“Kalau begitu besok datang ke gang ******.”

“Benar kau akan mengajariku?”

“Tergantung, jika kau memenuhi persyaratan.”

“Apa syaratnya?”

“Kau lihat saja besok. Oh iya, jangan lupa untuk membawa dokbogi saat kau datang.”

“Untuk apa?”

“Pokoknya kau lihat saja besok.”

“Siap Songsaengnim!!” sahut Eun Mi semangat.

^_^

“Donghae~ah. Ada apa denganmu?” tanya Eeteuk cemas saat melihat keadaan Donghae yang tidak bersemangat.

“Iya hyung, sayur sangat bagus untukmu.” ucap Kyuhyun lalu menyuapkan nasi kemulutnya.

“Pabo~!! Itu kan kata-kata yang selalu Donghae katakan padamu.” Hee Chul lalu memukul kepala Kyuhyun pelan dengan koran yang baru saja dibacanya.

“Sakit Hyung.”

“Kalau kau tidak lapar sini biar jatahmu aku yang makan.” ucap Eunhyuk yang sudah siap mencomot makanan di depan Donghae.

“Plaaakkk!!!” lagi-lagi Hee Chul mulai bertindak. Kali ini dengan memukul tangan Eunhyuk kencang.

“Aiiiisshh.. hyung.. ”

“Jangan ganggu dia!”

“Berikut makanannya.” tambah Hee chul saat dilihatnya Eunhyuk kembali akan berulah.

“Apa kau sakit?” tanya Eeteuk lagi.

“Hyuuuunnnngggggg…. ” teriak Donghae tiba-tiba membuat semua orang di dorm terkejut seketika.

“Donghae, ada apa denganmu?” tanya Yesung heran melihat sikapnya yang tidak biasa.

“Aku menyia-yiakannya.”

“Apa yang kau sia-siakan?” tanya Eeteuk tidak mengerti.

“Aku bermaksud melamarnya, tapi semua sia-sia.”

“Tu.. Tunggu.. Apa kau bilang? kau ingin melamar siapa?” tanya Kangin merasa tidak percaya dengan pendengarannya.

“kau ingin melamar seorang gadis sedangkan aku bersusah payah mencari seorang gadis.” Hee Chul kali ini mengganti sasarannya pada Donghae dengan memukul kepalanya kencang seperti halnya Kyuhyun dan Eunhyuk.

“Hyung! kauini kenapa sih? Aku bilang kan semua sia-sia.”

“Kenapa? Ia menolakmu?” tanya Shindong menimpali.

“Aniyo.. ”

“Lalu?” Yesung akhirnya mendekat ke arah Donghae.

“Aku gagal mengatakannya.”

“hhaah.. Aku pikir apa.” ucap member suju yang lainnya pergi menjauh.

“Kalau gagal, kau kan bisa mencobanya lagi. Dasar bodoh!” ucap KangIn lalu menghampiri Kyuhyun yang sedang memainkan gamenya lalu menggodanya.

“Tapi itu tidak akan mudah.”

“Bukan tidak mudah, tapi kau yang membuatnya susah.” sahut Yesung dari arah dapur sambil mengambil nasi dari rice cooker.

“Benar hyung, kau coba saja lagi.” tambah ryeowook.

“Hhhaaah kalian ini. Sudah kuduga, membicarakannya dengan kalian adalah yang bodoh.”

“Bukannya bodoh, tapi kau membuatnya menjadi bodoh.” sahut member yang lainnya disambut tawa Eeteuk lepas.

“Hyung!Apa yang kau tertawakan? kau pikir ini lucu?” Donghae terlihat kesal.

“Ah, maaf.. maaf.. ”

“Kalau kau memang ingin melamarnya kenapa tidak kau saja yang menggantikan aku meuruti kata-kata Lee Soo Man.” ucap Hee Chul dari arah ruang TV.

“Tidak ah, aku tidak mau main-main.”

“Memangnya kau pikir kami semua main-main.”

“Tidak, hanya saja aku tidak mau membuatnya repot nanti.”

^_^

“Apa aku terlambat?” tanya Eun Mi dengan napasnya tersengal-sengal karena terlihat habis berlari dari kejauhan tadi. Di depannya telah berdiri gadis bertopi shakespeare hitam sambil melipat kedua belah tangannya ke depan dada dan memainkan kaki kanannya.

“Hampir.” jawabnya singkat lalu mengambil sebuah bungkusan dari tangan Eun Mi.

“Apa ini yang aku pesankan padamu untuk membawanya?” Eun Mi mengangguk cepat sambil berusaha untuk tersenyum.

“Aiiiisshhh…” ucap gadis itu tiba-tiba membuat Eun Mi terkejut.

“Waeyo?”

“Kenapa? Apa ada yang salah dengan dokbogi yang aku bawa itu?”

“Sangat salah!”

“Apanya yang salah?”

“Kenapa kau hanya membawa satu porsi?”

“Memangnya berapa yang kau mau?”

“Tiga.”

“Tiga?”

“…”

“…” lama keduanya terdiam hingga akhirnya laki-laki yang Eun Mi lihat selalu mendampingi gadis itu mulai bicara.

“Baiklah, aku yang akan pergi mencari makanan tambahan di supermarket terdekat.”

“Jjinja?” tanya Eun Mi dan gadis itu kompak.

“Eh, tunggu! Sebenarnya untuk apa kita membeli banyak makanan?”

“Sudah.. Nanti kau juga akan tahu. Taemin semuanya aku serahkan padamu.” ucap gadis itu menertawakan Taemin yang telah pergi.

“Ayo kita makan!” ajak gadis itu kemudian.

“Songsaengnim! Sebenarnya untuk apa ini semua? Bukankah kau mau mengajariku cara berkelahi?”

“Songsaengnim!! ” panggil Eun Mi lagi kemudian.

“Arrrghh.. Berisik! Cepat habiskan makananmu.” perintah gadis itu sambil memakan makanan itu di atas sebuah bangku kosong di jalan kecil tersebut.

“Satu lagi! Jangan panggil aku songsaenim.. Panggil saja aku Ji Sun.. Park Ji Sun.. Aku benci kau menyebutku songsaenim.. Awas kalau sampai aku mendengar kau mengatakan itu lagi.” ancam gadis bernama Ji Sun tersebut.

“A.aa. Baik.. ” tak lama kemudian Taemin pun tiba dan ikut bergabung dengan Eun Mi dan Ji Sun memakan habis semua makanan yang baru saja dibelinya.

“Bagaimana? Apa kau kenyang?” tanya Ji Sun sambil menyenderkan dirinya pada dinding jalan tersebut.

“Nde. Lalu apa yang kita lakukan setelah ini?” tanya Eun Mi penasaran.

“Menunggu.”

“Menunggu apa?”

“Nanti kau juga akan tahu.” sepuluh menit kemudian tiba-tiba muncul sebelas orang pria yang terlihat sebaya dengan Eun Mi, Ji Sun, dan Taemin, bergerumul mendekati mereka tampak seperti singa lapar yang buas.

“Ji Sun~Ssi. Hari ini kau harus membayar semuanya.” ucap salah seorang pria itu menatap kepada Ji Sun dan Taemin, sementara Eun Mi berdiri kaku karena ketakutan.

“Memang aku berniat membayarnya, tapi tidak dengan nyawaku.” balas Ji Sun tidak terlihat takut sedikit pun sama halnya seperti ketika Ji Sun berbicara pada lintah darat yang menyerang ahjumma pemilik rumah makan mie kecap itu.

“KAU!!” beberapa orang pria tampak sangat geram mendengar ucapan Ji Sun tersebut dan bersiap untuk menyerang. Sementara Ji Sun dan Taemin tampak sudah mengambil ancang-ancangnya untuk melawan kesebelas orang yang tampaknya adalah musuh mereka tersebut.

“Ji Sun~Ssi ada apa ini?” tanya Eun Mi tidak mengerti lalu mencoba untuk berjalan mundur ke belakang merapatkan dirinya pada tembok jalan.

“Kau ingin menjadi muridku kan?” tanya Ji Sun sambil memutar-mutar tubuhnya mencari posisi yang enak untuk melawan mereka.

“Nde.. Tapi.. ”

“Jika kau ingin menjadi muridku, kau harus mengalahkan mereka.”

“Muorago?” tanya Eun Mi terbelalak, tak percaya menatap ke arah Ji Sun yang tampak tidak memperhatikannya sedikitpun.

“Tiga. Tiga saja. Jika kau berhasil melumpuhkan tiga diantara mereka, maka kau kuanggap lolos persyaratan menjadi muridku.”

“Ji Sun~Ssi, kau tak pernah bilang.. ”

“Kau siap Taemin?” tanya Ji sun yang dibalas anggukan olehnya. Perkelahian pun akhirnya dimulai. Tampak mereka mulai mengeluarkan jurus-jurus liar mereka untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya, sementara Eun Mi berdiri dengan kebingungan dan rasa takut yang amat sangat.

“Ji Sun~Ssi!” panggil Eun Mi namun percuma karena Ji Sun sedang asyik melawan salah satu orang yang tampaknya adalah ketua komplotan tersebut.

“Tiga saja. jika kau bisa melumpuhkan tiga.. ” ucapan Ji Sun teputus saat seseorang hendak menyerangnya dengan tiba-tiba nemun berhasil ia lumpuhkan dengan cepat sebelum ia benar-benar mendapatkan memar di wajahnya.

“Tapi.. bagaimana aku melakukannya?” tanya Eun Mi lirih lalu mengambil sebongkah kayu dan memukulkannya ke arah pria yang pada akhirnya tertarik untuk melawannya.

“Kau berani untuk melawanku ya??” tanya pria itu tampak sangar.

^_^

Siwon dan Hee Chul baru saja tiba di depan kantor SM saat dilihatnya para wartawan bergerumul menunggu di depan tempat tersebut sambil bersiap dengan kamera, alat tulis, dan berbagai peralatan lainnya. Mereka pun saling berpandangan saat dilihatnya Siwon dan Hee chul tiba dan langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Sementara keduanya masih tampak bingung sampai mereka tahu maksud dari arah pertanyaan para wartawan tersebut.

“Apa benar beberapa orang personil kalian akan menikah?” tanya seorang wartawan yang tampak menyeruak diantara wartawan lainnya.

“Bisa kalian beritahu kami siapa orangnya?” timpal wartawan lainnya. Siwon dan Hee Chul hanya bisa tersenyum sambil mengangkat tangannya memberi tanda kalau para wartawan itu bisa cukup sampai di sini dengan segala pertanyaan mereka. Mereka berdua berusaha menerobos masuk ke kantor SM dan berhasil, sekarang mereka berdua telah berada di dalam tempat tersebut. Terselamatkan dari kepungan para wartawan. Mereka jadi teringat dengan salah satu pertanyaan wartawan tadi saat menanyakan pendapat mereka tentang pernikahan tersebut. Mereka lalu bergegas lari ke lantai tiga untuk mencari manager mereka tersebut.

“Hyung, ada yang harus kami bicarakan denganmu.” ucap Hee Chul sambil berjalan mengikuti langakah Lee Soo Man bersama Siwon dibelakangnya.

“Nanti saja kita bicaranya. Sekarang aku sedang sibuk.” jawab Lee Soo man tampak terburu-buru.

“Tapi ini sangat penting.” Hee Chul tampak tak mau kalah.

“Urusanku juga penting.” sahut Lee Soo man kemudian.

“Apa kalian tidak lihat banyak wartawan di luar?” tambahnya.

“Kami lihat dan baru saja kami bertemu dengan mereka.”

“Kalian bertemu dengn mereka? Lalu apa yang mereka katakan?” Lee Soo Man menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Siwon dan Hee Chul.

“Soal pernikahan itu maksudmu.” ucap Siwon.

“Lalu apa yang kalian jawab?” tanya Lee Soo Man semakin tidak sabar.

“Tidak ada.” jawab Hee Chul singkat.

“Memangnya kenapa?” tanya Siwon tampak bingung melihat tingkah songsaengnimnya itu.

“Tidak ada. Sekarang kalian cepat kumpulkan dua belas member yang lainnya. Kita akan bicara. Penting.” perintah Lee Soo Man lagi.

^_^

“Ada apa hyung? Tumben sekali?” tanya Kangin saat mendapati dirinya dan kedua belas member lain telah berkumpul di sebuah ruangan tempat biasanya para staff manajemen SM mengadakan meeting di satu meja bundar yang besar itu.

“Aku ingin membahas soal pernikahan itu.” ucap Lee Soo Man membuat ruangan yang ramai menjadi senyap seketika.

“Ada apa lagi hyung?” tanya Donghae heran karena tumben-tumbennya Lee Soo Man menyebut-nyebut kembali soal perkara itu.

“Wartawan sekarang sedang gencar mencari info tentang berita pernikahan kalian itu.”

“Lalu apa yang kau risaukan?” tanya Kangin enteng.

“Pasangan kalian. Apa kalian sudah mendapatkannya?” semua member saling berpandangan satu sama lain.

“Sudah kuduga. cepat cari pasangan kalian.” perintah Lee Soo Man terdengar terburu-buru.

“Nasib grup ini ada di tangan kalian sekarang. Setelah semua masalah yang kalian perbuat, apa kalian tidak ingin memperbaikinya?”

“Tapi itu semua bukan sepenuhnya salah kami.” bantah Eunhyuk cepat.

“Tapi kudengar beberapa orang mempunyai bukti-bukti tersebut. Apa lagi kau Eunhyuk, wajahmu terekspos jelas dalam bukti tersebut. Apa kalian masih ingin menyangkalnya.” semuanya terdiam.

“Lalu apa yang harus kami lakukan?” tanya Eeteuk yang terlihat tenang tidak seperti biasanya.

“Cepat cari pasangan kalian dan segera adakan acara pernikahan itu.”

^_^

Eun Ri baru saja pulang dari rangkaian rutinitas part timenya, saat malam itu ia melewati sebuah restaurant perancis yang terakhir kali pernah ia kunjungi bersama dengan Ommanya sementara Appanya pergi dinas ke luar negeri untuk beberapa bulan. Mungkin sekarang Appanya juga belum tahu tentang hal kepergiannya. Ia pandangi sekalilagi restaurant tersebut, kunjungan terakhirnya yang tidak menyenangkan kembali teringat di dalam memory otaknya. Ommanya bermaksud menjodohkannya dengan seorang pria kaya yang bahkan Eun Ri sendiri tidak mengenalnya, apalagi menyukainya. Itulah satu-satunya alasan, yang membuat Eun Ri nekat meninggalkan rumahnya dan bertaruh hidup di jalanan, walaupun pada akhirnya Eun Mi menampungnya di rumah sahabatnya itu. Tapi walau bagiamana pun juga, ia tetap harus merasakan pengalaman kerja yang terkadang menyakitkan karena terpaksa sang pemilik toko atau restaurant mengusirnya karena kerjanya yang tak pernah becus. dan setelah sekian lama hidup dalam kemewahan ia akhirnya merasakan hidup susah dengan dirinya sendiri. Tapi kini memory tentang kunjungannya yang tidak menyenangkan itu terkalahkan oleh rasa lapar yang melandanya semenjak tadi karena belum sempat makan siang dan sibuk bekerja.

“Aiiiissshh.. Kenapa wanginya harum sekali sih?” Eun Ri lalu mencoba untuk mengintip ke dalamnya. Rasa-rasanya ada orang yang dikenalnya ada di dalam restaurant tersebut.

“Omma!!” jeritnya pelan lalu cepat-cepat bersembunyi di gang kecil dekat restaurant tersebut.

“Apa yang Omma lakukan malam-malam di tempat tersebut?”

“Oh iya, hari ini kan hari di mana Omma dan teman-temannya selalu mengadakan kumpul-kumpul bersama.” diliriknya lagi ke dalam restaurant. Rasanya rindu juga ia dengan punggung itu. Seandainya ia tidak nekat untuk pergi waktu itu mungkin ia sedang hidup enak di rumahnya. Tapi tidak! Karena jika itu terjadi berarti ia seharusnya sekarang ia sudah menjadi istri dari YunHo, anak Jye Yon, teman Ommanya tersebut. Dilihtanya lagi kali ini Ommanya hendak berjalan menuju kepintu depan. Buru-buru ia kembali bersembunyi. Baru setelah mobil sedan hitam itu menjemput Ommanya pergi ia keluar dari persembunyiannya.

“Hhaah.. Apa sebaiknya aku telephon Omma saja ya dan meminta maaf padanya.” Eun Ri tampak sedang menimbang-nimbang sambilmemperhatikan ponsel yang sedang dipegangnya tersebut.

“Ah tidak! Jika itu sampai terjadi berarti aku……… Ah tidak Eun Ri! Kau harus kuat! Kau harus kuat kalau kau mau membuktikan pada Ommamu bahwa kau hidup bahagia tanpa semua pria bodoh yang pernah ia carikan.” semangatnya lalu kembali menggebu-gebu. Ia pun kembali berjalan melawan arah terpaan angin malam yang dingin.

^_^

Eun Ri membuka pintu rumahnya secara perlahan lalu berjalan gontai menuju ke arah dapur. Ia bermaksud mencari secercah harapan untuknya bertahan hidup. Matanya lalu menangkap sesosok orang yang mengenakan piyama tengah makan sambil mengendap-ngendap di dapur rumahnya.

“Aaaaaaa….. ” jeritnya dan orang itu bersamaan.

“Eun Mi~ah! Apa yang kau lakukan disitu?” tanya Eun Ri saat dilihatnya Eun Mi tengah menyuap mulutnya yang penuh dan berantakan.

“Aku sedang makan.”

“Iya aku tahu, tapi kenapa harus gelap-gelapan?”

“Tadinya aku berniat untuk tidur, tapi perutku keroncongan jadi aku mengisi perutku dulu, baru melanjutkan tidurku.”

“Lampunya?”

“Aku lupa.. Hehehe… ”

“Dasar kau ini!” Eun Ri lalu berjalan menghampiri Eun Mi dan mulai mencomot makanannya.

“Eun Mi, wajahmu kenapa?” tanya Eun Ri saat memperhatikan banyak luka memar pada setiap sudut wajah Eun Mi.

“Bukan apa-apa.”

“Kau habis berkelahi ya?” tanya Eun Ri sambil memegang salah satu lukanya.

“Aaaaaawwww…wwww… ” jerit Eun Mi kesakitan.

“Aniyo. Aku.. Aku habis terjatuh tadi saat mengantarkan pesanan.”

“Masa sih?” tanya Eun Ri curiga.

“Sudah kau coba obati?”

“Sudahlah, tidak usah! Nanti juga akan sembuh sendiri.” Eun Mi lalu mengibas tangan Eun Ri pelan.

“Sudah ya, aku tidur dulu.” ucap Eun Mi seperti menghindar.

“Eun Mi!”

“Oh iya, nanti jangan lupa cuci piringnya ya.”

“Dasar kau ini.”

“Oh iya Eun Ri, ada yang ingin aku katakan padamu.” ucap Eun Mi tiba-tiba berubah serius.

“Muo?”

“Mulai sekarang aku bukan Eun Mi yang dulu lagi.” ucap Eun Mi mantap tapi terdengar sedang bercanda oleh Eun Ri.

“Memangnya kau yang dulu seperti apa?” ledek Eun Ri sambil tertawa kencang.

“Terserahlah.” jawab Eun Mi lalu ngeloyor pergi.

^_^

“Ha Neul~ah.” panggil Omma pelan sambil membukapintu kamar Ha Neul yang telah siap untuk pergi saat itu.

“Donghae sudah menunggumu di bawah.”

“Joengmal?” tanya Ha Neul terlihat senang.

“Memangnya ke mana kalian akan pergi kali ini?” tanya Omma sambil mencoba membetulkan tata letak baju luar Ha Neul yang ia padankan dengan topi hijau untuk menutupi teriknya sinar matahari sementara rambutnya tergerai lurus dan panjang mencapai punggungnya.

“Entahlah, Donghae merahasiakan tempatnya dariku.” Ha Neul lalu memasang wajah cemberutnya yang lucu untuk ditunjukkannya pada Omma yang tengah tersenyum.

“Mungkin ia ingin membuat kejutan untukmu.”

“Mungkin.”

“Apa kau sudah menanyakan jadwalnya hari ini? Omma perhatikan belakangan ini kalian sering sekali keluar bersama. Apa itu tidak menggangu jadwalnya?”

“Oh iya, Omma benar. Belakangan ini memang ia sering mengajakku jalan. Baiklah, kalau begitu nanti aku tanyakan padanya. Aku pergi ya Omma.” ucap Ha Neul berniat untuk keluar dari kamarnya untuk menemui Donghae yang sudah menunggunya di bawah.

“Ha Neul~ah.” panggil Omma membuat langkahnya terhenti.

“Waeyo?”

“Apa kau menyukai Donghae~Ssi?” tanya Omma tiba-tiba membuat Ha Neul terkejut hingga tidak dapat berkata-kata.

“O.Omma.. Apa yang Omma katakan. Tentu saja tidak. Kami sudah berteman sejak SMA. Aku hanya menganggapnya sebagai teman.” jelas Ha Neul berusaha memberi pengertian kepada Ommanya.

“Ooo.. Habis aku tidak melihat hal yang sama pada Donghae~Ssi.”

“Maksud Omma?”

“Coba saja nanti kau perhatikan!” ucap Omma membuat Ha Neul kembali berpikir.

^_^

“HUwaaaaa… Ommaa…. ” jerit Yee Jin yang tengah bersimpuh di depan Ommanya seperti halnya orang korea biasa lakukan saat memberi hormat kepada orang tua mereka.

“Maafkan aku karena telah menghilangkan laptopku.” ucapnya sambil menangis di hadapan Ommanya yang dari tadi hanya memperhatikannya dengan sabar. Tidak tertangkap sedikit pun bahwa Ommanya akan marah.

“Hhhaaahh.. Sudah kuduga. Cepat atau lambat pasti kau akan menghilangkannya.” ucap Ommanya pelan.

“Huwaaaa… maafkan… maafkan aku…. ”

“Sudahlah Yee Jin, ayo berdiri!” perintah Omma lembut sambil membantu Yee Jin untuk bangun.

“Omma tidak marah padaku?” Ommanya menggeleng.

“Semuanya sudah terjadi. Lagipula omma yakin pasti kau akan menghilangkannya. Mungkin akan kembali lagi padamu, tapi pasti akan benar-benar hilang untuk yang kesekian kalinya.”

“Kenapa Omma berkata seperti itu?”

“Karena itulah yang sering kau lakukan.”

“Lalu sekarang bagaimana?” tanya Yee Jin terisak-isak.

“Nanti coba Omma akan bicarakan pada Appamu. Tapi mungkin akan sangat sulit untuk mendapatkan yang baru. Appa mungkin akan memberikannya sedikit lama untuk memberimu pelajaran.” Yee Jin mengangguk perlahan.

“Huwaaaa… ” jerit Yee Jin untuk kesekian kalinya.

“Sudah,kenapa kau menangis lagi?”

“Bukan. Aku bukan menangis karena laptopku.”

“Lalu karena apa?”

“Karena dilaptopku yang hilang, ada revisi dari tugas akhirku yang telah selesai… ” jeritnya lagi kali ini benar-benar menyesal. Sementara Ommanya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali.

^_^

Eun Mi berjalan menyusuri daerah Metropolitan Seoul di kawasan Gwangjin yang lumayan padat siang itu sambil menjinjing box untuk pesanan di tangan kanannya.

“Waaaahhh… ” jerit Eun Mi tampak sumringah saat menatap gedung bertingkat lima puluh yang menjulang tinggi di hadapannya tersebut. Ia berjalan memasuki gedung apartemen bertaraf bintang lima yang bertuliskan star city tersebut. Setelah menanyakan pada resepsionis tentang kamar orang yang memesan pesanannya tersebut, ia lalu bergegas menuju lift dan memencet angka 12 pada tombol lift. Apartemen ini terdiri dari empat buah tower, sementara tower yang sekarang Eun Mi sedang kunjungi itu adalah tower C, tempat di mana orang yang memesan pesanannya itu meminta makanannya diantarkan. Setelah lift berhenti tepat di lantai 12, Eun Mi pun keluar dan mulai sibuk mencari kamar pelanggannya tersebut. Masing-masing kamar di apartemen itu dipasangi oleh kunci security yang dapat melacak siapa tamunya yang datang. Eun Mi kemudian berhenti tepat di sebuah pintu kamar, setelah memencet belnya dan mendengar panggilan dari dalam seseorang  laki-laki pun keluar dari kamar tersebut.

“Pesananku?” tanya orang itu sambil tersenyum senang menatap ke arah box yang Eun Mi pegang. Awalnya Eun Mi ingin balas tersenyum tapi entah kenapa matanya berputar cepat ke arah seseorang yang berada di sebelah laki-laki yang baru saja membukakannya pintu.

“Neo!” ucap Eun Mi dan orang itu saling terkejut. Sementara laki-laki yang membukakan pintu tersebut menatap Eun Mi dan laki-laki di sebelahnya dengan tatapan heran.

“Kau mengenalnya?” tanya laki-laki itu lagi. Laki-laki yang ditanyanya pun mengangguk.

“Bagus! Kalau begitu ayo kau masuk!” ajak laki-laki yang membukakan pintu itu sambilmenarik tangan Eun Mi masuk.

“Eh, tapi.. tapi aku… ”

“Sudahlah.. ” katanya lalu membawa Eun Mi menuju ke sebuah ruangan khusus untuk menonton TV.

“Ayo duduk!” perintahnya lagi. SEtelah dibuat takjub dengan apartemen mewah itu, sekarang Eun Mi kembali terkagum-kagum dengan isi dari kamar tersebut. Kamar itu kira-kira berukuran 14 kali 15 meter dengan dilengkapi 4 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang keluarga, ruang makan, dan berbagai ruangan lainnya termasuk ruangan di mana Eun Mi duduk sekarang ini. Belum lagi dengan ruangannya yang tertata rapi dan tampak berisikan barang-barang mahal yang tampak bertumpuk, contohnya seperti berbagai macam sepatu dengan berbagai merk yang tertumpuk di depan. Eun Mi jadi bertanya-tanya sendiri berapa banyak orang yang tinggal di sini sementara yang dilihatnya hanya dua.

“Kau kenal di mana dengan Kyuhyun?” tanya laki-laki tadi sambil menyeruput mie kecap yang telah dibukanya.

“Eh. Eh, Kyuhyun?” Eun Mi tampak bingung dengan nama orang yang lelaki itu sebutkan.

“Nde Kyuhyun. kau bilang kau mengenalnya?”

“Hyung… Kami hanya pernah bertemu sekali saat mengantarkan temannya pulang, tapi kami tidak sempat berkenalan.” jelas Kyuhyun lalu kembali sibuk dengan game yang ada di laptopnya.

“Ooo… Kalau begitu sekarang saja berkenalannya. Dia Kyuhyun dan aku Hee Chul.” ucap lelaki itu memperkenalkan dirinya.

“Tapi… masa sih kau tidak mengenal kami?” Hee Chul manatap Eun Mi heran.

“Memangnya siapa kalian?”

“Kami adalah…. ”

“Aku pulang!!” ucap seorang laki-laki lainnya yang tampaknya baru saja tiba sambil membawa sebuah tas besar di tangan kanannya.

“Lho Kyuhyun. Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya lelaki itu tampak heran melihat kyuhyun.

“Tidak apa-apa kan hyung? Kamarku sedang sepi. Semuanya pergi. Hanya aku yang tidak ada jadwal, jadi aku ke sini.” jelasnya masih tetap sambil memperhatikan layar laptopnya.

“Itu… Sebenarnya, berapa orang yang tinggal di sini?” Eun Mi memberanikan dirinya untuk bertanya.

“Aku lihat di pintu depan banyak sekali tumpukkan sepatunya.”

“Lalu siapa ini?” tanya lelaki itu lagi saat baru menyadari kehadiran Eun Mi disekeliling mereka.

“Ooo.. dia kenalan Kyuhyun. Namanya Eun Mi.”

“Oooo… ”

“Annyeong, Eun Mi Imnida.. ”

“Eeteuk Imnida.. ” ucap lelaki itu membalas salam Eun Mi.

“Apa pertanyaanmu tadi Eun Mi?” tanya Hee Chul lagi pada Eun Mi.

“Sepatu itu… ”

“Ooo.. kalau soal sepatu itu, sebenarnya kami tinggal bersepuluh di apartemen ini. Tapi kami terbagi menjadi 2. Lima berada di lantai 11 dan kami yang berada di lantai 12. Mangkanya tadi aku heran saat melihat Kyuhyun di sini, karena seharusnya ia berada di lantai 11.” jelas Eeteuk panjang lebar.

“Memangnya kau tidak tahu siapa kami Eun Mi~Ssi?” Eun Mi menggeleng.

“Justru itu dari tadi yang ingin aku coba tanyakan padanya.” tambah Hee Chul.

“Ya sudah kalau kau tidak tahu. Biar kami memperkenalkan diri kami.” ucap Eeteuk terlihat ingin memperagakan sesuatu dengan tangannya.

“Kami adalah….. ” belum sempat Eeteuk memulai perkenalan siapa mereka, ponsel Eun Mi berbunyi. Setelah menjawab ponselnya sebentar, baru ia kembali berbicara kepada mereka.

“Maaf.. Aku harus segera kembali. Ada banyak pesanan yang menunggu untuk diantar. Kalau begitu aku permisi… ” ucap Eun Mi pamit pergi.

^_^

“Ha Neul~ah. Kau mau ke mana lagi? Kita sudah seharian berkeliling semua pusat perbelanjaan di Seoul ini.”

“Wae?” tanya Ha Neul seolah tidak mengerti bahwa Donghae merasa lelah. Itu terlihat saat napasnya terdengar tersengal-sengal sambil memegangi lututnya.

“Apa kau merasa lelah?” tanya Ha Neul sambil iku membungkuk.

“A. Aniyo.” bantah Donghae cepat lalu kembali tersenyum ke arahnya.

“Kalau begitu ayo kita istirahat.” ajak Ha Neul sambil menarik tangan Donghae mendekati kedai penjual crape di taman itu.

“Tolong crapenya satu.” pesan Ha Neul pada seorang ahjussi pemilik kedai mobil crape tersebut.

“kau mau?”

“Tidak. Terima kasih.” Donghae lalu duduk di kursi taman dekat penjual crape tersebut. Tidak lama kemudian Ha Neul telah duduk di sampingnya sambil memakan crape yang ada di tangannya.

“Ha Neul~ah. Kenapa kau menolak makan di restaurant yang telah kupesan?” Donghae masih tampak penasaran menanti jawaban Ha Neul yang masih terdiam seolah sedang memikirkan jawaban atas pertanyaannya itu. Tangannya tampak memainkan crape di tangannya.

“Ha Neul~Ssi?” panggil Donghae, membangunkan Ha Neul dari lamunannya.

“Donghae~ah!”

“Waeyo? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?”

“Itu.. Aku rasa tempat itu sedikit membosankan.” jawab Ha Neul cepat lalu memakan sedikit potongan crape di tangannya.

“Ooo.. Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau kita cari restaurant lain.” tawar Donghae yang kini telah berdiri dari duduknya.

“Jangan.” sahut Ha Neul cepat menarik tangan Donghae lalu terdiam.

(Flashback)

“Apa kau menyukai Donghae~Ssi?” tanya Omma tiba-tiba membuat Ha Neul terkejut hingga tidak dapat berkata-kata.

“O.Omma.. Apa yang Omma katakan. Tentu saja tidak. Kami sudah berteman sejak SMA. Aku hanya menganggapnya sebagai teman.” jelas Ha Neul berusaha memberi pengertian kepada Ommanya.

“Ooo.. Habis aku tidak melihat hal yang sama pada Donghae~Ssi.”

“Maksud Omma?”

“Coba saja nanti kau perhatikan!” ucap Omma membuat Ha Neul kembali berpikir.

(End Of Flashback)

“Aku sedang tidak ingin makan di restaurant untuk saat ini.”

“Ha Neul~Ssi!” panggil seseorang secara tiba-tiba dari arah samping.

“Eun Ri~Ssi?” ucap Ha Neul tampak terkejut namun langsung menyunggingkan senyum lebarnya. Sementara Donghae lagi-lagi harus menelan kekecewaannya.

^_^

“PLAAAAAKKK!!” sebuah tamparan keras tepat mengenai pipi Eunhyuk untuk yang ketiga kalinya. Kali ini berbeda tempat dari sebelumnya, setelah cafe, restaurant, dan kali ini di depan sebuah universitas di Seoul.

“Kenapa kau menamparku?” tanya Eunhyuk tidak terima dengan perlakuan kasar gadis yang baru saja menamparnya dan hampir membuat penyamarannya terbongkar.

“Kau masih bertanya kenapa? Kau gila ya?” tanya gadis yang baru saja menampar Eunhyuk tampak marah.

“Aku tidak gila? Aku hanya bertanya apakah kau mau menikah denganku? Itu saja.” jawab Eunhyuk tanpa ada rasa perasaan bersalah sedikit pun.

“Menikah? Kau pikir aku sudi apa menikah denganmu? Memangnya kau pikir, selama ini aku tidak tahu kalau kau menduakanku?”

“Kau sudah tahu?”

“Tentu saja. Memangnya aku gadis bodoh yang gampang kau permainkan sesuka hatimu apa? Wajahmu memang tampan, dan menyerupai wajah seorang artis, tapi kelakuanmu minus. Mungkin, artis sesungguhnya pun tidak akan melakukan hal seperti itu.” Makinya tampak menggebu-gebu mengeluarkan seluruh isi hatinya.

“Tapi aku benar Eunhyuk Super Junior.”

“Bodoh! kau ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menikahiku ya? Kalau kau memang Eunhyuk Super Junior, kau tidak akan mungkin sempat mempunyai waktu untuk bermain-main seperti ini.”

“Tapi aku benar-benar… ”

“Aku adalah… Song Hye Gyo kalau kau tahu? Kalau kau bisa mengaku sebagai Eunhyuk Super Junior,aku juga bisa mengaku menjadi Song Hye Gyo.” ucap Gadis itu lalu pergi meninggalkan Eunhyuk di depan kampusnya.

“Hhhahhh gadis itu… ”

“Eunhyuk~Ssi! Kau Eunhyuk~Ssi kan?” ucap seorang gadis lain yang tiba-tiba datang dan menyapanya.

“Yee Jin~Ssi? Sedang apa kau di sini?”

“Aku kuliah di sini. Kau sendiri sedang apa?” Eunhyuk terdiam menundukkan kepalanya sambil berkacak pinggang. Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas dipikirannya.

“Yee Jin~Ssi. Apa kau punya waktu? Apa bisa, kita bicara sebentar?”

^_^

Sudah hampir tiga jam Donghae berjalan mengikuti arah Ha Neul dan Eun Ri pergi. Mereka terus berputar di daerah Seoul dan hingga sekarang belum terdengar kata capek terdengar keluar dari mulut mereka berdua. Mereka berdua terus mendiamkan Donghae sambil berbicara mengenai hal seputar wanita yang tentu saja Donghae tidak akan mengerti untuk tiba-tiba ikut berdialog. Padahal kakinya sudah lelah dan kesabarannya sudah hampir habis.

(Sound Of Donghae)

Kenapa sih Eun Ri~Ssi ini selalu muncul di saat-saat yang tidak tepat?

Kenapa sih ia selalu merusak suasana?

Merusak acara yang sudah kususun rapi

Dilihatnya lagi Ha Neul dan Eun Ri tampak sedang tertawa bersama-sama. Dan itu membuat Donghae semakin bertambah kesal. Belum lagi dengan teriknya sinar matahari siang itu. Rasanya hampir membuatnya tidak bersabar lagi.

“Donghae~ah. Kau lelah kan?” tanya Ha Neul membuat Donghae sedikit tersenyum dan menghapus rasa kekesalannya dengan melihat senyuman dari Ha Neul.

“A. Aniyo~ ” bantah Donghae cepat.

“Kalau kau lelah, lebih baik kau pulang saja duluan.. Karena setelah ini aku berencana akan ikut pergi ke rumah Eun Ri.” jelas Ha Neul membuat kekesalan Donghae kembali bertumpuk.Lagi-lagi Eun Ri, Eun Ri dan Eun Ri.

“Nde. Donghae~Ssi, tampaknya kau sudah lelah. Kau tidak usah terlalu cemas dengan Ha Neul~Ssi. Aku dapat menjaganya.” tambah Eun Ri membuat Donghae sekarang benar-benar tidak ada apa-apanya di mata Ha Neul.

“Ooo.. Begitu… Baiklah, aku pergi. Ha Neul hati-hati ya.” ingat Donghae lalu pergi. Namun Donghae tetap saja tidak bisa meninggalkan Ha Neul. wajahnya saat tersenyum, selalu terbayang di pikiran Donghae. Tadinya ia bermaksud untuk melamar Ha Neul di restaurant itu, tapi Ha Neul malah tidak suka dengan tempatnya. Donghae masih bisa terima itu, dan berpikir bisa melakukannya di tempat lain walau pun tidak romantis. Tapi itu terbuang sia-sia dengan kedatangan Eun Ri, dan dia selalu datang disaat-saat sepenting itu. Sekarang Ha Neul bersamanya dan apakah Donghae harus harus menyerah sekarang? Donghae jadi merasa bahwa Ha Neul menghindarinya. Seharusnya Ha Neul tidak perlu mendiamkannya seperti tadi walaupun ada Eun Ri bersama mereka. Dengan banyaknya pertanyaan yang terus bergerumul diotaknya, Donghae lalu membalikkan kembali badannya dan menarik tangan Ha Neul secara tiba-tiba hingga membuatnya terkejut.

“Donghae~ah. Apa yang kau lakukan?” tanya Ha Neul tampak terkejut tapi Donghae hanya diam tak menjawab dan terus membawanya menjauhi kerumunan orang-orang di jalan itu.

“Ha Neul~Ssi! Kau mau ke mana?” tanya Eun Ri heran.

“kau tunggu saja di situ, nanti aku akan segera kembali.” sahut Ha Neul pada Eun Ri yang dibalas anggukan olehnya. Donghae lalu melepaskan tangan Ha Neul di taman tempat mereka sebelumnya. Kali ini Donghae sudah tidak bisa mengulurnya kembali. ia harus mengatakannya. Perasaannya pada Ha Neul selama ini harus segera ia katakan. Dan ha Neul harus tahu akan hal itu.

“Aku ingin kita bicara.” ucap Donghae dengan wajah yang cukup serius.

“Waeyo? kau kenapa Donghae~ah?” tanya Ha Neul terlihat sedikit cemas dengan keadaan Donghae yang tidak seperti biasanya.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” ucap Donghae kemudian.

“Muorago? Apa tidak bisa kau mengatakannya di lain waktu? Eun Ri~Ssi sedang menungguku.” ucap Ha Neul berniat melangkahkan kakinya untuk pergi menyusul ke tempat Eun Ri sedang menunggunya sekarang.

“Justru karena ia lah, aku harus mengatakannya sekarang. Karena ia yang terus mengganggu dan membuatku tidak bisa mengatakannya padaku.” jelas Donghae membuat Ha Neul terdiam di tempat tanpa berani membalikkan badannya menatap Donghae.

“Kalau begitu jangan katakan.”

“Muorago?” tanya Donghae tidak mengerti dengan ucapan Ha Neul yang menyerupai bentuk kalimat kiasan.

“Jangan katakan apa yang ingin kau katakan.” Ha Neul memperjelas maksudnya.

“Ha Neul~Ssi. Kau.. Apa kau sudah tahu tentang hal yang ingin aku katakan padamu?” tanya Donghae tampak terkejut dan berusaha mendekati Ha Neul.

“Aniyo. Tapi aku tidak ingin mendengar apapun darimu saat ini.” Ha Neul berusaha tersenyum, walaupun terkesan memaksa.

“Ha Neul~ah. Aku menyukaimu!” ucap Donghae tidak menghiraukan perkataan Ha Neul sebelumnya.

“Sudah kubilang jangan katakan!” jerit Ha Neul menutup kedua telinganya.

“Ha Neul~ah. Kau kenapa?” tanya Donghae sambil berusaha melepaskan tangan Ha Neul agar tidak menutupi telinganya.

“Sudah kubilang, jangan katakan.”

“Memangnya kenapa?”

“Karena aku tidak ingin mendengarnya.”

“Tapi kenapa?” tanya Donghae tidak kalah kerasnya dengan suara Ha Neul.

“Karena aku tidak pernah menganggapmu lebih dari sekedar sahabat dan kakakku.” ucap Ha Neul membuat Donghae melepaskan tangannya dari Ha Neul dengan wajah yang tampak sangat kecewa lebih dari biasanya.

“Tapi kupikir kau… ”

“Apa? Menyukaimu?”

“Mungkin selama ini kau telah salah mengartikan sikap baikku kepadamu. Aku minta maaf. Joengmal mianhae… ” ucap Ha Neul terlihat sungguh menyesal.

“Jadi begitu… hahahaha… ” Donghae tampak tertawa kecil.

“Dasar! Aku lah yang bodoh kalau begitu. Kenapa kau yang minta maaf?” Donghae tampak menyalahkan dirinya kali ini.

“Tapi.. ”

“Sudahlah Ha Neul. Aku mengerti.. ”

“Donghae~ah!! ”

^_^

“Yee Jin~Ssi sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu.” Eunhyuk tampak sedang bersusah payah merangkai sebuah kalimat sementara orang yang diajaknya bicara malah asyik menghabiskan semua makanan yang telah dengan sengaja memang dipesankan Eunhyuk untuknya.

“Kau ingin bicara apa? Cepat katakan saja. Aku sudah siap mendengarkannya.”

“Yee Jin~SSi. Sebenarnya aku… ” Eunhyuk tampak terbata-bata mengucapkannya sambil dengan perlahan melepas kacamata yang selalu ia kenakan tersebut.

“Sebenarnya aku adalah… ”

“Wwwaaaahh… ” gumam Yee Jin tiba-tiba tampak takjub menatap ke arah Eunhyuk di depannya. Eunhyuk sendiri terlihat bingung tidak mengerti dengan gumaman Yee Jin tersebut sambil sesekali melirik ke arah kanan dan kirinya.

“A.Ada apa?”

“Ternyata kau manis juga ya.. ” ucap Yee Jin pada Eunhyuk yang terlihat semakin bertambah kebingungan.

“Nugu? Na?” Yee Jin mengangguk. Sesaat, Eunhyuk terlihat tersipu malu atas pujian Yee Jin, namun sekarang raut wajahnya kembali serius.

“Nde. Kau. Habisnya aku kan tidak pernah melihatmu tidak mengenakan kacamata saat bertemu. Maaf ya. hehehehe… Lalu apa yang ingin kau katakan? Silakan lanjutkan.” ucap Yee Jin lagi kemudian, sambil memutar sedotan yang ada pada gelas minumannya.

“Yee Jin… Sebenarnya aku adalah….. ”

“Nde. Kau adalah apa?”

“Aku adalah… Eunhyuk Super Junior.” ucap Eunhyuk terlihat cemas menunggu tanggapan dari Yee Jin setelah bersusah payah menungkapkan pada Yee Jin.

“Yee Jin… ” panggil Eunhyuk pelan saat melihat Yee Jin tidak terlalu peduli dengan kata-katanya dan tampak sedang menikmati minuman segar di depannya.

“Kau mendengarkanku tidak?”

“Iya aku dengar… ”

“Lalu apa yang aku katakan?” tanya Eunhyuk mencoba untuk menguji Yee Jin yang terlihat tidak mendengarkannya dan terlihat sibuk sendiri.

“Kau bilang, kau Eunhyuk Super Junior kan?” Eunhyuk mengangguk. Ia merasa sedikit heran menatap gadis di depannya. Tidak. Lebih tepatnya lagi,ia sudah penasaran dengan gadis itu semenjak pertama kali mereka bertemu. Tapi hanya saja, kali ini, ia benar-benar merasa penasaran, dan ingin mengetahui lebih banyak tentang gadis itu. Karena gadis itu terlilhat unik baginya.

“Lalu apa kau tidak merasa terkejut?” Yee Jin menggeleng sambil menatap dengan wajah yang polos ke arahnya. Eunhyuk sedikit bingung sekarang, karena sepertinya kata-kata yang sudah dengan susah payah ia rangkai tidak berpengaruh bagi gadis di depannya itu sekarang.

“Apa kau tidak tahu Super Junior?” lagi-lagi Yee Jin menggeleng dan lagi-lagi membuat Eunhyuk merasa sedikit kecewa.

“Memangnya ada apa dengan Super Junior? Apa itu nama merk barang?”

“Atau nama merk makanan?” tambah Yee Jin dengan polosnya.

“Apa kau tidak pernah menonton Tv?” Yee Jin kembali menggeleng.

“Aku jarang sekali menonton benda itu sekarang-sekarang ini. Kau tahu kan? Tugasku menumpuk dan aku sibuk dengan berbagai macam hal. Untuk menonton berita saja, terkadang aku hanya membacanya sekilas dari koran.” jelasnya membuat Eunhyuk menjadi sedikit kesal dan semakin kesal.

“Ooo… Jadi kau sibuk rupanya… ” ucap Eunhyuk berusaha menahan rasa kesalnya. Sebenarnya, Yee Jin tidak bermaksud mengatakan hal itu, ia hanya tidak mengerti saat mengatakannya. Bisa dibilang, karena kepolosan yang dimilikinya, mangkanya ia bisa berkata seperti itu. Tapi kepolosan Yee Jin itulah yang membuat Eunhyuk bertambah kesal dengannya.

“Sepertinya ini tidak akan berguna.” Eunhyuk tampak menyerah lalu mengambil napasnya secara perlahan sambil memikirkan hal apa yang akan ia lakukan  sekarang.

“Baiklah. Jadi, jika aku katakan padamu bahwa aku adalah seorang artis apa kau percaya?” Yee Jin terdiam sesaat menatap Eunhyuk.

“Mungkin. Wajahmu cukup mendukung.” sahut Yee Jin kemudian.

“Benarkan? Memang wajahku ini memang manis dan tampan. Hyung-hyungku saja yanng iri dengan ketampananku.” tiba-tiba saja Eunhyuk terlihat senang dan melupakan masalahnya yang sebenarnya.

“Tapi apa kau benar kau artis?” tanya Yee Jin lagi kali ini tampak ragu.

“Kenapa kau sekarang terlihat ragu? Bukankah tadi kau sendiri yang bilang jika tampangku ini memungkinkan.”

“Iya sih.. tapi kalau aku lihat kembali dari sifatmu yang buruk dan suka mempermainkan wanita.. sepertinya aku salah… ”

“Aaaiiiiisssshhh…. Jjinja… Kau ini…. Sudahlah!!” bentak Eunhyuk pelan terlihat kesal.

“Sebenarnya aku mentraktirmu, karena aku ingin meminta bantuanmu.”

“Bantuanku? Memangnya kau butuh bantuan apa?”

“Bisa tidak kau menikah denganku?” ucap Eunhyuk tanpa berbasa-basi lagi seperti tadi. Karena orang yang diajaknya bicara, bisa jadi tidak akan pernah bisa mengerti jika ia terlalu banyak berbasa-basi.

“Apa kau bilang?”

“Iya, menikah denganku.. ”

“Hah??”

>_<

12 responses to “New LOvely Days-1

  1. Waww , baru part 1 udah panjang bgt thor 🙂 pi bagus ko , menarik jg critanya .
    Pi juga msih bingung siapa aja yang mau nikah . Trus bingung juga sma cast cwe’nya 😀

Tinggalkan komentar