The Floating Red Roses in the Ocean (Part 3)

Taman di pagi hari memang merupakan pemandangan yang indah pada musim semi waktu itu. Bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang akan menemani langkah kita di sepanjang taman itu.

“Hei, kalian berdua kita duduk disini saja! Pemandangan di sini sangat indah”, ujar Naomi pada kedua sahabatnya itu. Saori dan Matt menghampirinya, bersamaan.

Ketiga orang itu duduk di taman itu, dengan bunga-bunga di sekeliling mereka. “Bunga-bunganya sangat indah”, ujar Saori lembut, sambil menghirup udara pagi.

“Aku paling suka bunga mawar putih itu”, kata Naomi sembari menunjuk kumpulan bunga mawar putih di dekatnya.

“Kalau aku lebih suka mawar merah”, kata Saori. “Warnanya yang merah membuat ia lebih mencolok disbanding bunga lainnya”, tambahnya.

Matt tersenyum memandang kedua sahabatnya itu.


***

“Matt kau mau memberi bunga mawar untuk hadiah ulang tahun ibumu?”, ujar Naomi yang sedang mengantar Matt ke took bunga.

“Tentu, ibuku sangat menyukai bunga mawar”, Matt sedang melihat-lihat deretan bunga mawar berbagai warna dihadapannya. “Menurutmu, warna apa yang bagus?”

Naomi menjawab dengan mantap, “Bagaimana dengan mawar putih, warnanya senada dengan rumah ibumu. Pasti dia menyukainya”

Matt terlihat ragu untuk meng-iyakan jawaban Naomi. Ia berpikir sejenak, “Kelihatannya mawar merah lebih cocok, warnanya yang mencolok akan membuatnya terlihat lebih indah”

Dan tanpa menunggu komentar Naomi, Matt sudah mengambil mawar merah itu untuk dihadiahkan pada ibunya.

‘sejak kapan Matt menyukai mawar merah?’, pikir Naomi. Sejak kecil Naomi tahu Matt menyukai segala hal yang berwara putih, maka dari itu ia juga menyukai apa yang disukai Matt. Saat itu Naomi menyadari sesuatu yang ganjil, sesuatu yang membuat hatinya sedikit tak nyaman.

o0MoY0o

Naomi sampai di rumah sakit, ia segera menuju kamar tempat Matt di rawat. Sesampainya di depan ruang itu Naomi bertemu dengan Ny.Asuka.

“dia ada di dalam”, katany seraya mempesilahkan masuk.

Di kamar itu, Naomi melihat tubuh Matt yang terbaring di tempat tidur. Tanpa sadar Naomi sudah mengeluarkan air mata. Melihat kondisi orang yang disayanginya sepenuh hati itu, kini terbaring tak sadarkan diri.

Ny. Asuka mendekati Naomi, “Kata dokter dia akan baik-baik saja”, katanya lembut.

Naomi memalingkan wajahnya kearah Ny. Asuka. “Benarkah? Tapi dia….”, lagi-lagi Naomi tak dapat membendung air matanya. “Kenapa bisa seperti ini?”

Ny. Asuka memeluk Naomi, “kecelakaan saat pulang kerja, mungkin saat itu dia kurang berhati-hati”.

“Dia hanya mengalami benturan kepala ringan, beberapa hari lagi mungkin Matt akan sadar”, tambahnya

o0MoY0o

Naomi berdiri di pinggir dermaga, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Ia melempar seikat mawar merah ke lautan dengan perlahan.

“Di satu sisi aku membencimu, tapi aku akan lebih membenci diriku sendiri jika aku membencimu… Saori”, desis Naomi lemah.

Tiba-tiba seorang pria berdiri disamping Naomi, “kau menjatuhkan mawarmu?”, kata pria itu.

Naomi tidak menjawab. “Kalau aku, memang sengaja ingin menjatuhkan mawar ke lautan”, katanya lagi.

Saat itu Naomi melirik ke arah pria disampingnya, dan ternyata pria itu menggengam seikat mawar merah sama seperti dirinya tadi.

“Untuk apa kau menjatuhkan mawar merah itu ke laut?”, Tanya Naomi yang tertarik dengan sikap pria itu.

“Ritual”, jawab pria itu singkat. “Yoochun”, kata pria itu sambil mengulurkan tangannya. Naomi menerima uluran tangan pria itu, “Naomi”, balas Naomi.

“Oh ya, terima kasih telah meminjamkan handphonemu waktu itu”, kata Yoochun.

Naomi tersadar, ‘Yoochun’, ‘bunga mawar-ritual’, ‘handphone miliknya’, “Kau yang waktu itu?”, ujar Naomi. “senang bisa bertemu denganmu lagi”

Yoochun hanya tersenyum. “Kalau kau? Apa alasanmu melempar mawar milikmu ke laut?”, Tanya yoochun.

Naomi terdiam lama, yoochun yang melihat raut wajah Naomi hendak menarik kembali pertanyaannya tadi tetapi Naomi terlihat membuka mulutnya untuk bersuara. “Alasan… hmm… sepertinya bukan alasan, tetapi… penyesalan”

“Aku suka melihat bunga mawar itu mengambang di lautan, rasanya damai saat melihat itu”

Yoochun menghadap ke arah Naomi, “Aku pendengar yang baik loh!”, ujar Yoochun.

Naomi heran mendengar kalimat itu. “Kau terlihat seperti menyimpan beban yang berat. Mungkin kau mau membagi bebanmu itu denganku, ehm… mungkin dengan bercerita?”, kata Yoochun.

“Memang aku terlihat seperti itu ya”, balas Naomi diiringi dengan tawa. “Tapi maaf… aku saja baru mengenalmu, lalu…”, belum sempat Naomi menyelesaikan kalimatnya, Yoochun segera menimpali kalimat Naomi.

“Kau tidak mengenalku sebelumnya??”, Tanya yoochun, “benar-benar tidak mengenaliku?”, tambahnya.

Naomi menggeleng, “kita baru bertemu dua kali bukan?”

Yoochun menghembuskan napasnya, kecewa. “Kau tidak tahu tohoshinki?”.

Naomi tidak bereaksi, “Tohoshinki?… Maaf, sudah setahun ini aku tidak tinggal di jepang, jadi…”

“Oh, pantas saja. Kalau begitu perkenalkan, aku mickey yoochun salah satu anggota tohoshinki, boyband yang sedang terkenal di jepang saat ini”, kata yoochun seraya bercanda.

“Wah, kalau begitu aku sedang bersama seseorang yang sedang dipuja-puja di seluruh jepang ini”, canda Naomi.

***

Mulai saat itu Naomi mulai mengenal yoochun, sebagai temannya. Entah apa yang membuat mereka cepat akrab, mungkin kesamaan dari ‘ritual’ mereka.

o0MoY0o

Hari ini Naomi kembali menjenguk Matt, setiap hari Naomi selalu menjenguknya. Ia selalu setiap berada di sisi pria itu, walau sesungguhnya pria itu tidak benar-benar ‘menyukainya’.

Hari ini ia meletakkan mawar putih ke dalam vas bunga di samping tempat tidur Matt. Saat ia menata mawar-mawar itu, Naomi melihat gerakan tangan Matt.

“Matt kau sudah sadar”, pekik Naomi terkejut. “Kau bisa mendengar suaraku Matt?”, Tanya Naomi perlahan.

Matt mulai membuka kedua matanya, “Naomi”, ujarnya lemah.

Naomi menggenggam tangan Matt, “Kau sudah sadar”, Naomi tersenyum.

Tiba-tiba Matt merintih kesakitan dan memegang kepalanya yang masih diperban, Naomi panik, ia takut terjadi sesuatu pada Matt. “Aku akan memanggilkan dokter untukmu”, ujar Naomi, sigap.

***

“Dia baik-baik saja, mungkin rasa sakitnya itu timbul dari luka di kepalanya”, kata dokter itu seraya tersenyum pada Naomi.

“Kondisinya sangat baik, untuk pasien yang mengalami benturan di kepala. Biasanya pasien yang menderita luka di kepala akan mengalami hilang ingatan atau semacamnya”, tuturnya lagi.

Naomi mengangguk menyatakan bahwa ia mengerti. Tetapi di lain sisi Naomi tahu, bahwa ingatan Matt tidak baik-baik saja. Iya yakin akan hal itu.

Tapi Naomi bersyukur, Matt tidak mengingat masa lalunya. Ini adalah yang terbaik untuk Matt, pikrnya.

“terbaik untuknya atau untukmu?”, itulah yang didengar Naomi di lubuk hatinya, tapi ia menghiraukannya.

Naomi kembali ke kamar Matt dirawat, saat itu Ny. Asuka ada disana. Ia yang menghubungi Ny. Asuka setelah Matt sadar.

“Matt, kau harus berterima kasih pada Naomi, karena ia selalu menungguimu setiap hari”, kata Ny. Asuka pada Matt.

“Tentu saja, sudah seharusnya pacarku ini setia menungguiku”, canda Matt.

Naomi tersenyum, ia senang kondisi Matt baik-baik saja. Kondisi Matt masih seperti yang ia harapkan.

“Baiklah, kalau begitu ibu pulang dulu, karena sudah ada Naomi yang menjagamu”, ujar Ny. Asuka mantap. Ny. Asuka sangat percaya pada Naomi, ia sangat menyukai gadis itu, sikapnya, kepribadiannya.

Ny. Asuka melangkah keluar ruangan itu.

“Naomi, bisa kau kupaskan buah apel itu untukku?”, pinta Matt.

Naomi menyeringai geli, “Ah, kau ini!!”. Naomi mendekati Matt, mengambil buah apel yang ada di samping tempat tidur Matt. Naomi memotongnya perlahan, menyuapi potongan apel kecil itu ke arah Matt.

“Wah, pacarku baik sekali”, canda Matt lagi.

Naomi hanya tersenyum, mengarahkan pandangannya pada mawar putih yang dibawanya tadi. Ia berharap, mawar putih itu tetap bisa berada di samping Matt.

o0MoY0o

Changmin sedang melihat-lihat tumpukan buku di dalam rak buku, di ruang tengah. Ia melihat sebuah album foto diantara tumpukan buku-buku itu. Changmin tertarik dan segera mengeluarkan album foto itu dari rak.

“Ini kan rumah yang pernah ditinggali oleh Yoochun-hyung, pasti ini milik keluarganya”, ujar Changmin sambil membuka lembar foto di album itu.

Di lembar pertama, ia melihat seorang gadis bersama laki-laki. ‘yang laki-laki pasti yoochun-hyung’, pikir Changmin.

“Changmin, sedang apa kau?”, Tanya seseorang yang langsung menghampirinya.

“Ah, yoochun-hyung! Kebetulan sekali”, ujar Changmin yang menyadari kedatangan hyung-nya itu. “Aku menemukan album foto ini, di rak itu. Ini milik hyung, kan?”, Tanya Changmin.

Yoochun mengangguk. “Hyung, siapa wanita yang bersamamu ini? Dia orang jepang?”, Tanya changmin lagi.

Yoochun melirik album foto yang dipegang Changmin, melihat ke arah foto itu. “Dia adikku”, jawabnya datar.

“Hah!! Hyung punya adik perempuan? Orang jepang? Bagaimana bisa?”, Tanya Changmin yang terkejut dengan pernyataan Yoochun.

Yoochun tertawa, “tidak seperti yang kau pikirkan!”, ujarnya. “Dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri”.

“aku sangat menyayanginya”, kata Yoochun pelan.

“lalu hyung, dimana dia sekarang?”,

To be continue

Next part :  The Floating Red Roses in the Ocean (Part 4)

14 responses to “The Floating Red Roses in the Ocean (Part 3)

  1. Aahhh.. apa janganjangan
    Perempuan yang dianggap adik oleh Yoochun itu Saori?
    Kalo boleh menarik kesimpulan.
    Saori kan meninggal dan dia menyukai mawar merah

  2. sangat menyakitkan ktk org yg kita cintai justru tdk menyadari perasaan kita padanya…
    Lebay dech laila..

    Hehehhehe

  3. Yg di bilang adik’a itu si saori ya??
    Kan sama” dah gga ada..
    Trnyata gga trlalu ribet koq alur cerita’a..
    Mank dasar ni reader’a aja yg babo .. 😀

Tinggalkan komentar